Bab 16. Awal mengubah takdir

Teruntuk sahabatku,

Persahabatan kita bagai senja.

Hanya dengan menatapmu saja sudah bisa membuatku tenang.

Hanya berpisah denganmu sejenak, maka rasa rindu akan datang padaku tanpa permisi.

Hanya dengan mendengar celotehmu saja sudah bisa memberiku rasa nyaman.

Kamu sahabatku, ditiap tatapanmu terpancar ketulusan tanpa harus aku buktikan lagi.

Kamu sahabatku, selalu bisa kujadikan sebagai salah satu tempatku pulang.

Kamu sahabatku, bahumu selalu bisa kujadikan sandaran berjam-jam mendengarkan segala kelu dan kesahku.

Kuharap persahabatan kita akan mengukir kesan yang bahagia hingga akhir hayat.

⚘🍀⚘🍀⚘🍀⚘🍀⚘🍀

# Sherina POV #

“Aku menyesal sudah jujur pada Harsya!” Gerutuku.

Yah, Aku sungguh-sungguh menyesal.

Sejak malam mengharu biru, tepatnya 3 bulan yang lalu, saat kami berdua memilih untuk mengungkap apa yang kami sembunyikan selama ini.

Sejak saat itu entah sudah berapa banyak pakaian modis dengan gaya kekinian yang Harsya berikan padaku.

Selalu ingin kutolak, namun pria itu akan merajuk seperti anak kecil saat aku melakukannya.

Bagai sebuah misi, Harsya selalu ingin aku meninggalkan image gadis culun dan jelek yang sudah bertahun-tahun menjadi identitasku, atau lebih tepatnya Fake Identity kata Harsya.

Meski sering merasa kesal dibuatnya, namun aku paham jika semua itu dilakukan Harsya dengan alasan yang baik.

Namun aku sudah terlanjur nyaman dengan penampilanku saat ini. Jujur saja, aku masih trauma dengan apa yang bisa dilakukan seseorang jika sudah merasa iri.

Dan aku masih percaya jika bisa menghindari hal itu dengan cara bersembunyi di balik penampilan ini.

Fokusku kini hanya satu, Aku akan mengubah takdirku. Dan target pertamaku adalah pindah dari gudang yang menjadi tempatku bernaung selama ini.

Aku bersyukur dengan tempat ini, namun tak mungkin selamanya aku tinggal di sini. Aku harus membuat kemajuan.

Tok... tok... tok...

Bunyi ketukan di pintu gudang bersamaan dengan aku yang telah selesai bersiap dan akan segera berangkat ke ruang kelas yang lokasinya tak jauh dari gudang tempatku tinggal.

“Siapa yang datang sepagi ini? Apa mungkin Harsya? Tapi aku ragu jika dia bisa bangun sepagi ini,” batinku.

Ceklek....

Dan.... "Aaaaaarrrrggggghhhhh Harsya!” teriakku.

Si Usil Harsya mengambil paksa kacamata besar yang sudah bertengger manis di wajahku.

Aku berlari mengejar Harsya yang jaraknya semakin jauh dariku.

“Kembalikan kacamataku Harsya,” teriakku di sela-sela napasku yang semakin memburu.

Aku sudah mulai lelah berlari, namun tak mungkin aku akan ke kampus tanpa kacamata itu. Bisa-bisa bagaimana wujudku yang asliku terungkap.

Braaaakkk.....

“Auuuccchhhh,” ringisku.

Aku terjatuh setelah tak sengaja menabrak seseorang.

Rasanya b*kongku sangat sakit setelah berciuman langsung dengan lantai marmer yang beberapa jam lalu kusapu dan kupel.

Kukedipkan mataku berkali-kali saat melihat sebuah tangan terulur untuk membantuku berdiri.

Sebab sangat jarang ada orang yang suka rela membantuku dalam kondisi seperti ini, biasanya mereka juga akan menertawaiku.

“Apa karena tak memakai kacamata hingga kau tak melihat tanganku yang hendak membantu?” ucap seorang pria.

“Aku kenal suara ini,” batinku.

Aku menengadah untuk membuktikan dugaanku, dan binggo... dugaanku benar.

Tangan ini milik Pak Sadewa, salah satu dosenku yang dahulu sempat tak kukenali.

Jentikan jari tepat didepan wajahku berhasil membawaku kembali dari lamunanku.

Aku terlonjak tatkala melihat wajah Pak Sadewa tiba-tiba berada sangat dekat dengan wajahku.

“Apa wajahku semenakutkan itu?” tanyanya dengan kening yang mengernyit.

Aku segera bangkit berdiri sembari menggeleng.

Aku tak ingin Pak Sadewa semakin tersinggung.

“Maaf Pak, aku hanya kaget saja tiba-tiba wajah Bapak ada dihadapanku,” jawabku jujur.

"Yang aku tak jujur, jika dalam hati aku sempat memuja ketampanan wajahmu Pak Dosen," batinku.

“Tak masalah,” balasnya dengan tersenyum.

Cukup membuatku lega karena ternyata Ia tidak tersinggung.

“Tapi.....” Pak Sadewa menggantungkan kalimatnya.

Belum juga dosenku ini menyelesaikan ucapannya, Si biang kerok akhirnya kembali.

“Sherin,” panggilnya.

“Kukira kau akhirnya menyerah karena tak lagi mengejarku,” sambungnya.

Aku segera merebut kacamataku yang ada dalam genggaman Harsya lalu kembali memakainya.

“Tapi nyatanya kau malah asik mengobrol di sini,” ujarnya sambil melirik sinis pada Pak Sadewa.

Segera kucubit lengan Harysa, membuat pria itu meringis, “Yang sopan kalau bicara, Pak Sadewa ini dosen kita,” bisikku pada Harsya.

“Maaf Pak, tadi Bapak mau ngomong apa yah?” tanyaku setelah kembali mengalihkan perhatianku pada Pak Sadewa.

Pak Sadewa menggeleng, “Bukan apa-apa,” jawabnya, “Sebenarnya tadi aku bertanya-tanya apa yang berbeda dari wajahmu, namun aku akhirnya tahu jawabannya.”

Pak Sadewa sepertinya gemar sekali menggantungkan ucapannya.

“Ternyata kamu makin cantik jika tanpa kacamata,” sambungnya.

Lalu dengan santainya Pak Sadewa berbalik dan berjalan menjauh meninggalkan aku dan Harsya.

Meninggalkan aku yang mematung. Sebab kuyakin wajahku kini sudah merona akibat pujian dosen muda tampan nan rupawan seperti Pak Sadewa.

Tak kusadari jika Harsya sedang mengamati wajahku,

“Sherin, apa kau baru saja merona karena pujian dari si mobil merah?”

Pertanyaan tidak berfaedah dari Harsya berhasil mendorongku jatuh setelah baru saja aku terbang melayang hingga ke awan. Dan ternyata jatuh itu rasanya sakit.

“Dasar sahabat luck-nut!” rutukku.

⚘🍀⚘🍀⚘🍀

Cibiran, tatapan sinis, bahkan yang secara terang-terangan menghujatku juga sudah tak asing lagi bagiku.

Sejak Harsya memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di kampus yang sama denganku, hal itu membuat para mahasiswi berbondong-bondong mencari perhatian sang model.

Dan lagi-lagi, akhirnya aku lah yang kembali menjadi bahan gunjingan di antara wanita yang mengatas namakan diri mereka sebagai grup pengagum Harsya Baskara.

Jika dulu di SMA, sejak aku menjadi kekasih palsu Gibran maka tak ada lagi yang berani merundungku, melirik pun rasanya mereka enggan. Semua karena mereka takut pada Gibran

Berbeda saat sekarang bersama Harsya. Profesinya sebagai seorang model dan publik figur membuatnya harus menjaga image sebagai pria tampan, baik, dan ramah.

Itulah sebabnya pria itu selalu memintaku untuk tak memasukkan di hatiku semua ucapan kejam dari orang-orang yang sebenarnya hanya iri.

“Acuhkan saja, biarkan haters memanen dosa,” begitu nasihat Harsya, jika Ia sedang dalam mode bijak.

Meski terkesan acuh dan tak peduli, Harsya akan berusaha selalu menemaniku selama kami berada di kampus.

Sudah seperti amplop dan perangko, bisa juga seperti Upin dan Ipin, kemanapun aku dan Harsya selalu bersama.

Banyak orang yang mengira kami adalah sepasang kekasih, pasangan kekasih yang sangat tidak serasi.

Bagiku, aku dan Harsya seperti induk dan anak ayamnya. Misalnya seperti saat ini, disetiap kelas Aku dan Harsya akan selalu duduk berdampingan.

Harsya yang masih mengantuk menelungkupkan wajahnya di atas meja sembari menunggu dosen, sedang Aku yang akan bertugas membangunkannya jika dosen sudah tiba.

Namun aku kembali dibuat mematung ketika melihat sosok Pak Sadewa, untuk pertama kalinya mengajar di kelas. Biasanya Ia akan diwakili oleh seorang asisten dosen.

Ku lihat Pak Sadewa kini menatap ke arahku juga, segera aku memalingkan pandanganku. Aku masih gugup ketika mengingat kejadian pagi tadi.

“Sherina,” seru Pak Sadewa.

“Sherina,” panggilnya sekali lagi.

“Sherina,” ketiga kali dan jujur aku tak mendengarnya.

Pujian Pak Sadewa pagi tadi terus terngiang di telingaku.

“Woiii Cupuuuu, kau dipanggil Pak dosen tuh!” teriak salah satu mahasiswi centil anggota club penggemar Harsya.

Dan benar saja, ketika aku kembali menatap Pak Sadewa beliau kini sedang menggelengkan kepalanya dan menahan tawa.

“Malu... Aku Malu,” batinku.

“Sherina, jika temanmu masih ingin tidur sebaiknya kamu suruh pulang saja,” ujar Pak Sadewa lembut.

“I... Iya Pak,” balasku sambil menepuk-nepuk pundak Harsya.

⚘🍀⚘🍀⚘🍀

Aku tak lagi bekerja di restoran cepat saji, sejak aku bekerja paruh waktu sebagai guru privat dari seorang gadis kecil bernama Zaskia, murid kelas 4 Sekolah Dasar.

Aku bisa mendapatkan pekerjaan ini juga tak luput dari bantuan Harsya.

Ibu Zaskia bernama Kiara, beliau seorang wanita karir yang berprofesi sebagai pimpinan salah satu bank swasta.

Mbak Kiara sangat baik, beliau merekomendasikanku pada sebuah lembaga bimbingan belajar, yang mulai hari ini akan resmi menjadi tempatku berkerja di malam hari.

Seperti biasanya, ketika aku tiba di rumah Zaskia, gadis kecil itu sedang bermain bersama pengasuhnya.

“Hai Kia,” sapaku.

“Kak Sherina,” balasnya dengan tersenyum.

“Jadi, kejadian seru apa yang terjadi hari ini?” Tanyaku seperti biasa untuk mengawali sesi belajar kami, dan selalu disambut antusias oleh gadis kecil itu.

Dua jam aku dan Zaskia belajar bersama, dan selebihnya kami akan bertukar cerita dan bercanda bersama sambil menanti Harsya menjemputku.

Aku sangat menikmati setiap detik yang kuhabiskan bersama Zaskia. Gadis kecil itu mengingatkanku pada mendiang adikku Shafiyyah.

“Zaskia......... Sayang.... Papa pulang,” terdengar teriakan seorang pria membuat aku dan Zaskia menoleh bersamaan ke sumber suara.

Deg!

Dan untuk ketiga kalinya di hari yang sama, aku kembali dibuat terkejut oleh sang pemilik suara.

“Papa.....” balas Kia dengan riang kemudian berlari kearah pria yang Ia panggil Papa.

“Pa-pa,” lirihku.

⚘🍀⚘🍀 To be continue ⚘🍀⚘🍀

Terpopuler

Comments

🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅

🍁MulaiSukaSamaKamu(tyas)✅

lebih baik apa adanya sherin walau banyak yg suka menghina penampilan
sherin kaget saat papanya kia dateng

2022-07-06

2

🍁ɳιℓα❣️💋🄽🄸🄻🄰-🄰🅁🄰👻ᴸᴷ

🍁ɳιℓα❣️💋🄽🄸🄻🄰-🄰🅁🄰👻ᴸᴷ

tetetet pasti pak dewa ni papanya kia😁😁😁

2022-07-06

3

🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧

🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧

wah.. mudah2n Sherina benaran isa pindah ke rumah gedong..😗😅😅

2022-07-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Roda kehidupan
2 Bab 2. Bukan lagi Sherina
3 Bab 3. Petaka
4 Bab 4. Aku kembali
5 Bab 5. Bye, Jakarta
6 Bab 6. Rencana dan Tujuan
7 Bab 7. Masih banyak orang baik
8 Bab 8. Semua ada hikmahnya
9 Bab 9. Sesal jadi Dendam
10 Bab 10. Harsya Baskara - 1
11 Bab 11. Harsya Baskara - 2
12 Bab 12. Siapa Harsya?
13 Bab 13. Sepi
14 Bab 14. FuntasThree of El-Fatih
15 Bab 15. Saling Jujur
16 Bab 16. Awal mengubah takdir
17 Bab 17. Bertemu Rafie
18 Bab 18. Be the real Sherina Kanza
19 Bab 19. Jakarta, Aku kembali
20 Bab 20. Pertemuan pertama
21 BAB 21.BERTEMU SANG MANTAN KEKASIH [PALSU]
22 Bab 22. Tunangan wanita lain
23 Bab 23. Tak pernah berakhir
24 Bab 24. Ulang tahun Sherina - 1
25 Bab 25. Ulang tahun Sherina - 2
26 Bab 26. Belum terlambat, kan?
27 Bab 27. Dukungan Ayah
28 Bab 28. Liontin Angsa
29 Bab 29. Persiapan reuni
30 Bab 30. Reuni
31 Bab 31. Dilema
32 Bab 32. Dia ada di mana-mana
33 Bab 33. Suka, Cinta, Jatuh hati, dan Obsesi
34 Bab 34. Licik dan Pemaksa
35 Bab 35. Penawaran rahasia
36 Bab 36. Kekasih (palsu) lagi?!
37 Bab 37. Restu Sahabat
38 Bab 38. Isi hati ayah
39 Bab 39. Dipermalukan lagi
40 Bab 40. Menyampaikan rasa
41 Bab 41. Sisi lain Gibran
42 Bab 42. Cinta pertama Pasha
43 Bab 43. Amarah Pasha
44 Bab 44. Cinta pertama dua pria
45 Bab 45. Bukan Kesalahpahaman
46 Bab 46. Dosen Cantik Kekasih Si Bos
47 Bab 47. Mulai terkuak
48 Bab 48. Mencintai semua tentangmu
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 1. Roda kehidupan
2
Bab 2. Bukan lagi Sherina
3
Bab 3. Petaka
4
Bab 4. Aku kembali
5
Bab 5. Bye, Jakarta
6
Bab 6. Rencana dan Tujuan
7
Bab 7. Masih banyak orang baik
8
Bab 8. Semua ada hikmahnya
9
Bab 9. Sesal jadi Dendam
10
Bab 10. Harsya Baskara - 1
11
Bab 11. Harsya Baskara - 2
12
Bab 12. Siapa Harsya?
13
Bab 13. Sepi
14
Bab 14. FuntasThree of El-Fatih
15
Bab 15. Saling Jujur
16
Bab 16. Awal mengubah takdir
17
Bab 17. Bertemu Rafie
18
Bab 18. Be the real Sherina Kanza
19
Bab 19. Jakarta, Aku kembali
20
Bab 20. Pertemuan pertama
21
BAB 21.BERTEMU SANG MANTAN KEKASIH [PALSU]
22
Bab 22. Tunangan wanita lain
23
Bab 23. Tak pernah berakhir
24
Bab 24. Ulang tahun Sherina - 1
25
Bab 25. Ulang tahun Sherina - 2
26
Bab 26. Belum terlambat, kan?
27
Bab 27. Dukungan Ayah
28
Bab 28. Liontin Angsa
29
Bab 29. Persiapan reuni
30
Bab 30. Reuni
31
Bab 31. Dilema
32
Bab 32. Dia ada di mana-mana
33
Bab 33. Suka, Cinta, Jatuh hati, dan Obsesi
34
Bab 34. Licik dan Pemaksa
35
Bab 35. Penawaran rahasia
36
Bab 36. Kekasih (palsu) lagi?!
37
Bab 37. Restu Sahabat
38
Bab 38. Isi hati ayah
39
Bab 39. Dipermalukan lagi
40
Bab 40. Menyampaikan rasa
41
Bab 41. Sisi lain Gibran
42
Bab 42. Cinta pertama Pasha
43
Bab 43. Amarah Pasha
44
Bab 44. Cinta pertama dua pria
45
Bab 45. Bukan Kesalahpahaman
46
Bab 46. Dosen Cantik Kekasih Si Bos
47
Bab 47. Mulai terkuak
48
Bab 48. Mencintai semua tentangmu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!