Bab 8. Semua ada hikmahnya

Hasil tak akan pernah mengkhianati usaha.

Cepat atau lambat, usahamu akan membuahkan hasil.

Terima tantangan untuk merasakan nikmatnya kesuksesan dengan melakukan yang terbaik yang kamu bisa.

⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘

# Sherina POV #

Malam ku kali ini masih sama seperti malam-malam sebelumnya, sunyi, sepi.

Namun, segelap-gelapnya malam, setidaknya masih ada bintang yang memberinya cahaya.

Jauh berbeda denganku, seperti cahanya enggan membuatku bersinar di kegelapan.

Sebenarnya akulah yang selalu menyalahkan malam, menjadikan gelapnya sebagai alasan hatiku yang sepi.

Sebab sebanarnya, untuk melihat kegelapan, aku tak perlu menunggu malam tiba, karena di sudut hidupku yang sepi ada kegelapan disana.

Malam yang kian larut, tak ada lagi langkah kaki jemaah masjid yang sejak tadi bagai syair yang meramaikan sunyiku, tak ada lagi tawa anak-anak yang bercanda bagai sebuah lelucon yang menghibur, atau tak ada lagi yang melantunakan ayat-ayat suci yang sejak tadi menenangkanku di dalam ruang yang sempit dan gelap ini.

Sekilas ku lirik jam di ponselku, “Astaga malam kian larut dan mataku semakin sulit terpejam,” batinku.

Meski malam semakin larut, tapi yang bersarang di kepalaku sepertinya semakin bising, mengingatkanku pada kejadian menyedihkan beberapa bulan yang lalu.

(Flash Back On)

“Gibran, sepertinya Naila curiga dengan hubungan kita,” ucapku.

Saat ini adalah sudah waktunya pulang sekolah dan kami sedang di mobil menuju ke apartemen Gibran.

Kulirik Gibran yang mengernyitkan alisnya, “Lalu? Urusannya denganku apa?”

“Jangan bilang kamu berniat memberitahu Naila memgenai hubungan palsu kita?” lanjutnya bertanya.

Aku mengangguk, tapi melihat rahangnya yang mengeras aku segera mengubahnya menjadi sebuah gelengan.

“Sepertinya kamu tidak suka dengan hubungan palsu kita? Apa kamu tak merasa bahagia bersamaku? Bukannya sekarang kamu sudah bebas dari Soraya? Atau ada orang lain yang mengusikmu?" Tanya Gibran.

Kini gantian aku yang mengernyit, “Apakah pantas aku bahagia, jika nyatanya hubungan ini hanya palsu belaka? Terlebih sekarang bukankah orang lain yang mengusikku itu adalah dirinya sendiri?” batinku.

Ingin sekali ku suarakan semua isi hatiku. Jujur saja, kadang aku berpikir apa mungkin dia cemburu?

Gibran masih terus memandang padaku, dalam hati aku menggerutu karena lampu merah kali ini terasa begitu lama hanya karena pria ini tak mengalihkan pandangannya.

“Apa dari semua kebersamaan kita, pagi, siang, sore, bahkan malam, apa kamu tak pernah merasakan ada yang hal yang berbeda? Seperti kamu nyaman bersamaku?” tanya Gibran.

Namun kini Ia bertanya dengan lembut, membuatku melirik ke langit, apa mungkin akan turun hujan deras hingga Gibran tiba-tiba saja berucap lembut padaku.

“Hemmm.... Nyaman, aku nyaman kok,” ucapku di bibir.

Namun di hatiku, aku terus menggerutu, "Gimana mau nyaman kalau kamu memperlakukan aku bagai asisten yang selalu mengikutimu kemanapun."

⚘⚘⚘

Tak butuh waktu lama, aku dan Gibran sudah tiba di apartemen.

Seperti biasa, aku langsung melakukan tugasku, masuk ke kamarnya untuk mengambil pakaian kotor dan segera ke ruangan laundry untuk memasukkannya ke mesin cuci.

Sembari menunggu mesin cuci selesai dengan tugasnya, aku berkeliling melihat dapur yang ternyata bersih, lalu aku ke ruang tv dan melihat di sana juga tak ada yang perlu ku kerjakan.

Aku hendak kembali ke ruangan laundry namun Gibran memanggilku, “Sher... duduk sini gih,” ucapnya.

Meski ragu aku tetap mengikuti arahan tangannya untuk duduk berdekatan dengan Gibran.

“Sherina, aku kok merasa kita pernah bertemu sebelumnya? Bagaimana denganmu?” tanya Gibran.

"Apa lagi ini?" batinku.

"Apa dia sedang bermain tebak-tebakan? atau dia ingin mengujiku dengan sebuah tes? tes kejujuran? tes kepribadian?" batinku menerka-nerka.

Aku menggelengkan kepalaku, “Maaf Gibran, tapi ku rasa kita belum pernah bertemu sebelumnya,” jawabku.

Ku lihat wajah Gibran memerah, “Apa jawabanku salah?” batinku.

Tak kuduga Gibran malah semakin mendekatkan tubuhnya dan berusaha memelukku.

Sedang aku secara naluriah, dengan sigap menghindari pelukan Gibran.

Gibran menggeram, “Apa lagi alasanmu sekarang? Aku hanya ingin memeluk pacarku," bentaknya.

“Saat di club kamu menolak ketika aku ingin menciummu, aku hargai itu. Tapi kali ini aku hanya ingin memelukmu, tapi kau tetap menolakku, “ lanjut Gibran dengan suara yang masih meninggi.

Mataku mulai berkaca-kaca dan entah keberanian dari mana, aku membalas ucapan Gibran. Dengan lantang, garis bawahi aku berteriak padanya.

“Aku sudah bilang jika aku memiliki perasaan pada orang lain. Dan hubungan kita juga hanyalah hubungan palsu,” jelasku dengan berani.

“Perset*n dengan hubungan palsu sialan ini,“ bentaknya.

“Apa maksudmu? Apa yang kau inginkan dariku? ” Tanyaku. Tak sedikitpun aku melemahkan nada suaraku.

Sebenarnya aku sudah mulai lelah dengan semua sikap Gibran yang terkesan ambigu.

Aku menerima dia memperlakukanku seperti pembantunya karena aku merasa bersalah telah menolak ciumannya saat di club dan membuatnya malu.

Lalu sekarang apa lagi? Sekarang dia kembali marah padaku hanya karena aku yang tak mau dipeluk olehnya.

Sebenarnya apa maunya? Semua tindakannya sangat membingungkanku.

Ku lirik Gibran yang sedang merogoh sakunya, mengeluarkan ponselnya.

Entah apa yang dilihatnya, ku lihat salah satu tangannya mengepal dengan wajahnya yang putih sudah memerah.

“Brengs*k," makinya.

"Siapa dia?” bentaknya padaku.

Aku terperanjat, keberanianku yang tadi hilang entah kemana.

Dengan tubuh yang bergetar, aku mendekatkan wajahku ke ponselnya, “Ah, itu, itu adalah adik kelas kita di sekolah. Katanya dia dapat tugas dari klub jurnalis untuk mewawancarai siswa yang ikut lomba cerdas cermat, dan kebetulan saat itu dia bertemu denganku," jawabku jujur sesuai dengan kejadian 2 hari yang lalu.

Gibran bungkam, ku lihat dia mengetikkan sesuatu di ponselnya.

“Bohong,” bentaknya.

"Anak itu mengaku meminta nomor ponselmu dan kau memberinya," lanjutnya.

"What? apa dia langsung mencari tahu kebenarannya? Gila!" batinku.

"Aku tidak bohong, mana mungkin aku berani. Aku, aku difitnah," jawabku dengan tergugu menahan tangis.

“Si*lan, penampilan jelek seperti ini saja tapi lu berani bermain dengan pria lain dibelakang gue,” lanjutnya lagi makin membentakku.

Aku yang menjadi kesal karena Gibran terus menyalahkanku atas hal yang tidak kulakukan hanya membalasnya dengan tatapan tajam.

Tak ku sangka jika tindakanku memicu emosinya.

Dengan penuh amarah Ia hancurkan semua barang yang berada di dekatnya membuatku makin ketakutan dan tak lagi bisa menahan tangis.

Ada beberapa serpihan kaca yang menggores kakiku. Namun aku berusaha menahan perihnya, Karena ternyata perihnya hatiku mendengar umpatannya padaku jauh lebih sakit.

Gibran mencengkram daguku dengan kasar, “Kenapa? Kenapa kau menangis hah? Jangan coba main-main denganku Sherina,” ancamnya.

“Harusnya Gadis culun sepertimu tahu jika tidak boleh main-main saat berhadapan dengan orang sepertiku,” ucapnya.

Ia menghempaskan wajahku dengan kasar dan meninggalkanku sendiri di apartemen miliknya dengan air mata yang berderai.

(Flash back Off)

⚘⚘⚘

Aku menyesal mengingat Gibran, alhasil malam ini air mataku terus berlinang dan pagi ini aku terbangun dengan mata yang bengkak.

“Sebaiknya aku bersiap sekarang sebelum para jemaah masjid mulai berdatangan untuk shalat subuh,” gumamku.

Aku sadar jika yang kugunakan saat ini adalah sarana publik, hingga semua gerakanku sebisa mungkin kulakukan dengan kecepatan maksimum.

Berdandan sebagai Nana si culun juga tak sesulit dulu lagi, aku hanya perlu mengepang rambutku tanpa perlu menyisirnya terlebih dahulu, mengenakan kemeja dengan bagian kerah yang di kancingkan. Tak lupa alisku sengaja ku tebalkan tak beraturan dan sentuhan akhir adalah kacamata besar ini.

Setelah merasa semua siap, aku berjalan kaki menuju calon kampusku,”Aamiin,” batinku.

Segala macam doa telah kurapalkan mengiringi langkahku yang berjarak sekitar 100 Meter dari masjid tempatku menginap semalam.

Kulihat kampus masih sangat sepi, namun aku sudah menduganya.

Tentu saja karena saat ini masih kurang 15 menit lagi menuju jam 6 pagi.

Aku terkekeh, mengingat niatku yang memang ingin datang saat kampus masih sepi.

“Aku harus mengelilingi calon kampusku,” gumamku.

Kata Ayah, ucapan itu adalah doa. Makanya aku terus saja mengucapkan kampusku, kampusku, kampusku.

Menurut dosen yang kemarin kutemui sebenarnya pendaftaran mahasiswa baru telah selesai, sedang yang kuiikuti sekarang adalah seleksi penerimaan mahasiswa berprestasi untuk mendapatkan beasiswa.

Lihatkan kebesaran Tuhan? Dia mempertemukanku dengan Bu Ayu, malaikat penolong disaat aku hampir putus asa.

BRAKKKK!

“Astaga, apa itu?”pekikku karena terkejut.

Aku berlari ke sumber suara, lalu kulihat seorang wanita paruh baya yang bertubuh gempal sedang berusaha berdiri setelah terjatuh.

Segera kuhampiri dan kubantu, “Makasih Mbak,” ucapnya ramah dan lembut dengan dialek yang khas.

“Iya.... Ehmmmm....,” aku agak ragu ingin memanggilnya apa.

“Mbok Yati, panggil Mbok Yati aja Mbak,” selanya, yang kubalas dengan anggukan.

Setelah menolongnya entah mengapa aku jadi khawatir jika harus meninggalkan Mbok Yati sendiri.

Akhirnya kuurungkan niatku untuk mengelilingi kampus, aku malah mengikuti Si Mbok, sesekali membatunya yang sedang mengerjakan tugasnya sebagai cleaning service.

Dari Mbok Yati aku mengetahui jika beliau sudah bekerja sebagai cleaning service di kampus selama 30 tahun, dan 2 tahun terakhir Ia memilih tinggal di gudang universitas.

Cukup menghemat dibanding jika Ia bertahan di rumah kontrakan, dirinya hanya seorang diri dan juga hanya Ia tempati untuk tidur. Menurutnya itu pemborosan.

Putranya kini sudah lulus S1 dan mendapatkan pekerjaan yang cukup baik di Semarang.

Itulah Si Mbok mungkin tak akan lama lagi berada di kampus.

Aku menghela napasku, “Padahal baru saja aku menyukai mengobrol dengan Mbok Yati, banyak pesan yang bisa ku ambil dari ceritanya,” batinku.

Namun tiba-tiba aku menyadari sesuatu,

“Ehmmm.... Jika Mbok Yati berhenti, berarti gudang gak ada yang tempatin dong, aku juga bisa dapat pekerjaan sekaligus tempat tinggal,” gumamku lirih.

“Memangnya Mbak Sherina mau kerja gantiin si Mbok? Kau mau Mbok omongin ke staff kampus, Anak si Mbok soalnya udah nanyain terus kapan Mbok berhenti.” keluhnya.

Sedang aku mengangguk dengan sangat antusias.

“Aku mau Mbok, aku mau,” sahutku.

“Terimakasih Mbok,” ujarku,

“ Terimakasih Ya Tuhan,” Syukurku pada Yang Maha Kuasa.

⚘⚘⚘⚘ To be continue ⚘⚘⚘⚘

Terpopuler

Comments

zhA_ yUy𝓪∆𝚛z

zhA_ yUy𝓪∆𝚛z

semoga jalanMu disini dimudahkan...

2022-07-26

1

vania

vania

dijakarta kamu dikelilingi manusia bejat sherin, tpi sekarang kamu dekelilingi orang baik

2022-07-08

2

Megantrow

Megantrow

semoga di mudahkan jalanmu nak

2022-07-08

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Roda kehidupan
2 Bab 2. Bukan lagi Sherina
3 Bab 3. Petaka
4 Bab 4. Aku kembali
5 Bab 5. Bye, Jakarta
6 Bab 6. Rencana dan Tujuan
7 Bab 7. Masih banyak orang baik
8 Bab 8. Semua ada hikmahnya
9 Bab 9. Sesal jadi Dendam
10 Bab 10. Harsya Baskara - 1
11 Bab 11. Harsya Baskara - 2
12 Bab 12. Siapa Harsya?
13 Bab 13. Sepi
14 Bab 14. FuntasThree of El-Fatih
15 Bab 15. Saling Jujur
16 Bab 16. Awal mengubah takdir
17 Bab 17. Bertemu Rafie
18 Bab 18. Be the real Sherina Kanza
19 Bab 19. Jakarta, Aku kembali
20 Bab 20. Pertemuan pertama
21 BAB 21.BERTEMU SANG MANTAN KEKASIH [PALSU]
22 Bab 22. Tunangan wanita lain
23 Bab 23. Tak pernah berakhir
24 Bab 24. Ulang tahun Sherina - 1
25 Bab 25. Ulang tahun Sherina - 2
26 Bab 26. Belum terlambat, kan?
27 Bab 27. Dukungan Ayah
28 Bab 28. Liontin Angsa
29 Bab 29. Persiapan reuni
30 Bab 30. Reuni
31 Bab 31. Dilema
32 Bab 32. Dia ada di mana-mana
33 Bab 33. Suka, Cinta, Jatuh hati, dan Obsesi
34 Bab 34. Licik dan Pemaksa
35 Bab 35. Penawaran rahasia
36 Bab 36. Kekasih (palsu) lagi?!
37 Bab 37. Restu Sahabat
38 Bab 38. Isi hati ayah
39 Bab 39. Dipermalukan lagi
40 Bab 40. Menyampaikan rasa
41 Bab 41. Sisi lain Gibran
42 Bab 42. Cinta pertama Pasha
43 Bab 43. Amarah Pasha
44 Bab 44. Cinta pertama dua pria
45 Bab 45. Bukan Kesalahpahaman
46 Bab 46. Dosen Cantik Kekasih Si Bos
47 Bab 47. Mulai terkuak
48 Bab 48. Mencintai semua tentangmu
Episodes

Updated 48 Episodes

1
Bab 1. Roda kehidupan
2
Bab 2. Bukan lagi Sherina
3
Bab 3. Petaka
4
Bab 4. Aku kembali
5
Bab 5. Bye, Jakarta
6
Bab 6. Rencana dan Tujuan
7
Bab 7. Masih banyak orang baik
8
Bab 8. Semua ada hikmahnya
9
Bab 9. Sesal jadi Dendam
10
Bab 10. Harsya Baskara - 1
11
Bab 11. Harsya Baskara - 2
12
Bab 12. Siapa Harsya?
13
Bab 13. Sepi
14
Bab 14. FuntasThree of El-Fatih
15
Bab 15. Saling Jujur
16
Bab 16. Awal mengubah takdir
17
Bab 17. Bertemu Rafie
18
Bab 18. Be the real Sherina Kanza
19
Bab 19. Jakarta, Aku kembali
20
Bab 20. Pertemuan pertama
21
BAB 21.BERTEMU SANG MANTAN KEKASIH [PALSU]
22
Bab 22. Tunangan wanita lain
23
Bab 23. Tak pernah berakhir
24
Bab 24. Ulang tahun Sherina - 1
25
Bab 25. Ulang tahun Sherina - 2
26
Bab 26. Belum terlambat, kan?
27
Bab 27. Dukungan Ayah
28
Bab 28. Liontin Angsa
29
Bab 29. Persiapan reuni
30
Bab 30. Reuni
31
Bab 31. Dilema
32
Bab 32. Dia ada di mana-mana
33
Bab 33. Suka, Cinta, Jatuh hati, dan Obsesi
34
Bab 34. Licik dan Pemaksa
35
Bab 35. Penawaran rahasia
36
Bab 36. Kekasih (palsu) lagi?!
37
Bab 37. Restu Sahabat
38
Bab 38. Isi hati ayah
39
Bab 39. Dipermalukan lagi
40
Bab 40. Menyampaikan rasa
41
Bab 41. Sisi lain Gibran
42
Bab 42. Cinta pertama Pasha
43
Bab 43. Amarah Pasha
44
Bab 44. Cinta pertama dua pria
45
Bab 45. Bukan Kesalahpahaman
46
Bab 46. Dosen Cantik Kekasih Si Bos
47
Bab 47. Mulai terkuak
48
Bab 48. Mencintai semua tentangmu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!