Seperti matahari, kau hadir dalam hidupku tanpa pernah kuminta dan kuduga.
Kau mencerahkan hari-hariku.
Kau membantuku membuka segala persepsi yang tak mampu kuinterpretasikan.
Kau membantuku melihat kembali kesempatan setelah aku dibutakan oleh kegagalan.
Kau berjanji untuk bersama-bersama memecahkan segala misteri dan teka-teki yang sulit dalam perjalanan kita nanti.
Kau berjanji dengan kegigihan kita bersama, yang akan menghantarkan kita mencari jawaban atas segala mimpi-mimpi yang telah kita susun sedemikian rupa.
⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘
# Sherina POV #
Jika biasanya aku bisa tinggal lebih lama di balai rehabilitasi, namun kali ini aku harus pergi setelah waktu makan siang usai.
Selain itu aku mulai merasa tak nyaman dengan kehadiran pria tampan yang terus mengikutiku.
Aku menghentikan langkahku, ketika untuk kedua kalinya pria yang mengaku bernama Harsya hampir menabrakku dengan mobilnya. Lebih tepatnya Ia mencegatku.
“Ayo naik,” pintanya.
Aku menghela napasku, pikirku Ia akan pergi setelah ikut pamit pada Bu Ayu dan pengurus balai yang lainnya.
“Kenapa kau mengikutiku?” tanyaku saat dia membuka kaca mobilnya.
“Aku tidak mengikutimu, aku hanya ingin ber .......” ucapannya terhenti karena aku menyelanya.
“Bertanggung jawab?” selaku.
Senyum merekah di wajahnya, menampilkan sepasang lesung pipi yang membuatnya tampak manis.
“Benar, kamu benar sekali. Aku harus menebus kesalahanku yang telah menabrakmu, jika tidak aku akan terus dihantui rasa bersalah padamu,” balasnya.
“Tapi aku sudah memaafkanmu dan kamu sudah sangat bertanggung jawab dengan memeriksakanku ke dokter dan mengantarku kemari, jadi berhenti mengikutiku. Dan aku juga minta maaf karena tadi aku tidak menyeberang pada tempatnya,” ucapku.
Aku semakin bingung, tanggung jawab seperti apa lagi yang ingin pria itu lakukan.
Kulihat dia tampak sedang memikirkan sesuatu, ini kesempatan untuk pergi, pikirku.
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, aku bergegas pergi dari tempat itu meninggalkan Harsya dan lamunannya.
Untuk bisa menaiki angkutan umum, aku harus berjalan ke depan gang . Langkahku sengaja kupercepat agar Harsya tidak mengikutiku.
Namun dugaanku salah, Harsya termasuk pria yang gigih.
“Sher.... Sher... Sherin.... “ Serunya dari dalam mobil.
Kesal karena rasanya Harsya tak akan berhenti hingga aku mau ikut bersamanya, juga karena beberapa warga sekitar dan lalu lintas mulai terganggu sebab ulah pria keras kepala itu, akhirnya aku menghentikan langkahku.
Kulihat mobil Harsya juga ikut berhenti, “Sher.... Sumpah, aku gak ada maksud jahat. Mungkin aneh menurutmu, tapi sungguh aku hanya ingin berteman saja, aku tak punya teman di sini,” jelas Harsya.
Kupijit keningku, ingin berteman tapi baru beberapa jam saja aku sudah hampir gila menghadapinya.
“Kamu ingin berteman?” tanyaku dan disambut dengan anggukan kepala Harsya.
“Yang pertama, namaku Sherina jadi jangan memanggilku Shar Sher Shar Sher,” ucapku.
Harsya tersenyum angkuh, gampanglah itu She-ri-na,” balasnya.
“Yang kedua, meski tak yakin tapi sebagai teman aku akan percaya padamu. Aku juga tak memiliki siapa-siapa di sini, sepertinya tak buruk jika kita berteman,” ujarku.
Harsya terlihat sangat senang, segera Ie mengapit lenganku dan menuntunku ke mobilnya.
“Sherina, kamu berasal dari mana?” Tanya Harsya.
“Jakarta,” jawabku singkat.
“Waahh sama dong, aku juga dari Jakarta,”.
“ celetuknya.
Aku hanya tersenyum, sembari mengasihani diriku lagi.
“Kenapa memilh pindah ke sini?”tanyanya lagi.
“Kabur,” jawabku singkat.
Harsya bungkam, kulirik sepertinya dia memikirkan sesuatu.
Baguslah, jika tak bisa mengusirnya pergi maka aku akan membuat dia yang memilih pergi dengan sukarela.
Pria seperti Harsya pasti tak jauh-jauh dari sosok anak-anak kaya lainnya, mereka sama-sama tak sanggup diajak untuk hidup susah.
⚘⚘⚘⚘
Aku mengarahkan Harsya, ke daerah sekitar kampus. Uang yang menjadi peganganku selama ini, sudah semakin menipis. Hingga Aku memutuskan untuk mencari pekerjaan tambahan di malam hari.
Tempat yang pertama kudatangi adalah warung makan yang pertama kali kudatangi saat ke kota ini.
“Kamu tinggal di sini?” Tanya Harsya.
Kujawab dengan gelengan kepalaku.
“Lalu? Apa kamu lapar? Mau makan?” cecarnya lagi.
“Aku ingin melemar pekerjaan,” Ucapku lalu bergegas turun dari mobilnya.
Kuduga Harsya pastilah bingung, toh biarlah kami baru kenal beberapa jam, tak seharusnya aku terlalu membuka diriku padanya.
Harsya mengikutiku masuk ke warung makan yang masih sepi karena perkuliahan memang belum dimulai.
Meski kecewa karena tak mendapat pekerjaan, aku tetap tak boleh menyerah.
Kulirik Harsya, namun pria itu tidak bertanya atau berkomentar apa pun. Ia tetap mengikuti langkahku, mengekor seperti anak ayam yang mengikuti induknya.
Satu per satu rumah makan, toko-toko , hingga tempat pencucian kendaraan juga kusambangi untuk mencari pekerjaan.
Sayang, hari ini aku belum beruntung. Berbagai penolakan pun kuterima, mulai dari usahanya yang tak buka di malam hari, ada juga yang menolak karena aku seorang wanita.
“Nih, minum dulu.”
Harsya memberiku sebotol air mineral.
“Terima kasih,” ucapku.
“It’s ok, aku juga lagi haus kok,” balasnya.
“Bukan, aku berterima kasih karena kamu mau menemaniku berkeliling mencari pekerjaan, Aku yakin ini pertama kalinya kau berjalan kaki sejauh ini,” ucapku.
“Kau salah menilaiku Sher,” sanggahnya.
Netraku memicing menatapnya, “Shar Sher Shar Sher saja terus,” kesalku.
“Kamu mau gak, kalau aku minta kau menemaniku makan? Aku lapar,” ucapnya dengan wajah memelas.
Aku menghela napas, “Harsya karena kita teman, aku akan jujur,” ucapku.
“Sejujurnya aku sangat ingin menolak ajakanmu, kita baru saja kenal hari ini. Tapi.... hemmm tapi, kupikir dengan kondisiku saat ini, sebaiknya aku menerima saja.”
Aku masih hendak berbicara tapi Harsya segera menyelaku.
“Sssssttttt..... Sudah... Sudah,” selanya.
“Terimakasih karena sudah mau jujur dan terbuka padaku, tapi sungguh makan itu tak memiliki alasan lain, selain karena lapar dan karena ingin bertahan hidup,” lanjutnya.
Harsya menatapku, “Dari dua alasan itu, apa kamu memiliki salah satunya?”
Aku mengangguk, “Bahkan alasanku adalah keduanya,” batinku.
Tangannya terulur padaku, hendak membantuku berdiri sebab sejak tadi aku duduk di trotoar jalan.
“Ayo.... Jika aku lebih dulu yang sampai ke mobil maka kau berutang mengabulkan 1 permintaanku lagi besok,” ucapnya.
Aku yang memang belum siap masih berusaha mencerna ucapan Harsya di saat pria itu sudah berlari lebih dulu.
“Harsya.... Kamu curang ,” teriakku, namun tanpa kusadari kakiku mulai berlari mengejarnya.
Sepertinya sudah saatnya aku harus bisa menerima kenyataan jika di antara banyaknya orang yang jahat, masih ada orang yang baik, salah satunya adalah Harsya.
⚘⚘⚘⚘⚘
Hari-hariku kini tak lagi sepi semenjak ada Harsya.
Entah apa yang pria itu kerjakan, sepertinya dia memiliki waktu senggang yang sangat banyak hingga setiap hari dia terus mengekoriku seperti seorang anak ayam dan akulah induk ayamnya.
Sangat berbeda denganku yang sejak perkuliahan dimulai 3 hari yang lalu, menjadi sangat sibuk.
Sebelum para dosen dan staff datang aku sudah harus selesai membersihkan ruangan kantor.
Setelah pekerjaanku sebagai cleaning service selesai, aku segera bersiap untuk kuliah, dan sorenya aku bergegas ke sebuah restaurant cepat saji untuk bekerja.
Yah, aku akhirnya mendapatkan pekerjaan tambahan, dan semua itu juga atas bantuan Harsya.
Tuhan sungguh baik padaku, saat di Jakarta aku memiliki Naila, dan kini saat ku pikir aku akan sendiri, Tuhan kembali mempertemukan aku dengan Harsya.
⚘⚘⚘⚘
“Harsya?” aku terkejut karena sepagi ini Harsya sudah berada di koridor yang menuju kantor universitas.
“Ngapain sepagi ini kau kemari? Biasanya juga kau masih di alam mimpi,” ujarku tak percaya seorang Harsya bangun pagi.
“Berhenti mengejekku, aku kemari bukan untuk menemuimu,” balasnya.
“Aku sedang berusaha memecahkan misteri mobil merah,” lanjutnya.
“Misteri mobil merah?” ulangku.
Mendengar kata misteri aku menelan salivaku.
“Kok aku yang tinggal dan kuliah di sini malah tidak tahu jika ada rumor mengenai misteri mobil merah itu?” tanyaku penasaran.
“Tentu saja kau tak tahu, aku baru saja membuat rumornya pagi ini,” jawabnya tanpa ada rasa bersalah.
“Harsya........!” teriakku.
Baru saja aku hendak mengucapkan kata-kata mutiara terbaikku untuk Harsya, tiba-tiba entah dari mana datangnya seorang pria dengan setelan yang rapi muncul dari dalam ruangan kantor.
“Hei... Ada apa ini? Kenapa kamu berteriak?” tanyanya.
“Maaf... Maaf Pak, tadi saya hanya terkejut,” sesalku.
Meski dalam hati aku terus bertanya sejak kapan pria itu ada di dalam sana? siapa dia? Dan apa yang Ia lakukan?
“Hei... Hei..... Kenapa kau malah melamun?” Harsya menyadarkanku dari pikiran mengenai pria......
“Eh, kemana pria itu?” lirihku saat kudapati pria itu menghilang.
“Dia sudah masuk kembali, dan ternyata mobil merah yang selalu terparkir di sana, itu adalah miliknya. Aku bertanya langsung padanya,” Jelas Harsya.
Aku tak menanggapi ucapan pria yang gemar sekali menutupi wajahnya dengan masker.
“Malam nanti kau mau datang ke acara penerimaan mahasiswa baru?” tanyanya.
Aku mengangguk, “Tentu saja aku akan datang, semua mahasiswa baru diharuskan hadir,” jawabku.
“Sampai jumpa nanti malam Shar Sher,” ucapnya dengan sengaja membuatku kesal lalu dengan segera mengambil langkah seribu.
⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘
Malam yang dinanti-nantikan oleh semua mahasiswa dan mahasiswi baru akhirnya tiba.
Seminggu setelah resmi menyandang gelar mahasiswa dan mahasiswi, malam inilah kami merayakannya.
Kupandangi gaun pemberian Harsya yang kukenakan, ada trauma, ketakutan sendiri yang kurasakan saat menghadiri acara seperti ini, aku teringat dengan malam mengenaskan itu.
Sherina tanpa sengaja mendengar pembicaraan dua mahasiswi,
M.1: “Hei, kau tahukan Harsya Baskara?”
M.2: “Tentu saja, siapa gadis yang tak mengenalnya,”
M.1: “Ada rumor yang mengatakan jika kini dia kuliah di kampus kita,”
M.2: “Kau yakin?”
M.1: “ Tunggu saja, jika dia hadir malam ini, maka aku benar.
Belum selesai Sherina mencerna ucapan dua mahasiswi tadi, kini kedua mahasiswa itu berteriak kegirangan padanya.
Karena penasaran aku ikut berbalik dan melihat Harsya sudah di kerumuni oleh banyak mahasiswi.
Malam itu akhirnya aku menyadari, “Sepertinya hanya aku yang menganggapmu sahabat, sementara kau tidak,” batinku.
⚘⚘⚘⚘ to be continue ⚘⚘⚘⚘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
vania
sherina pasti kecewa karena ketidak jujuran harsya
2022-07-09
1
🍁ɳιℓα❣️💋🄽🄸🄻🄰-🄰🅁🄰👻ᴸᴷ
ahh kenapa juga harsya ga jujur kan sedih sherina nya😁😁
2022-07-06
1
🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧
keren kata2 mutiara na kk, next..😅😅
2022-07-06
0