Aku hanya ingin rumah yang ramah, yang teduh, bukan lagi diisi dengan amarah dan drama, aku ingin rumah yang mampu menampung keluh kesah, bukan yang menyepelekan lelah.
Aku hanya ingin rumah yang ramah, setiap kali aku melangkah masuk melalui pintu rumahku, kutinggalkan semua masalahku di luar rumah.
⚘🍀⚘🍀⚘🍀⚘🍀⚘🍀
# Sherina POV #
“Papa.....”
“Papa.....”
“Papa.....”
Berulang kali kata itu terus terngiang di telingaku.
Entah mengapa rasanya aku tak percaya. Pria yang dipanggil Papa oleh Kia adalah dosen tampan yang hari ini berhasil membuatku merona beberapa kali.
“Sherina, sepertinya kamu memang punya hobi melamun yah?” tegur Pak Sadewa.
Aku tersadar dari lamunanku, dan menyadari kehadiran Pak Sadewa.
Karena merasa tak nyaman jika berada di dalam rumah bersama Pak Sadewa, aku akhirnya memilih untuk menunggu Harsya di teras luar saja.
Tak kusangka, Pak Dosen ini masih saja mengikutiku.
“Hemm.... Bukan begitu Pak, saya masih tak menyangka bisa bertemu Bapak lagi di sini,” ujar Sherina.
“Oh yah? Aku sedikit kecewa, kupikir kamu tidak menyangka jika saya telah memiliki anak, “ balas Pak Sadewa sambil tertawa.
Aku menagernyit padanya tak menyangka dosen dingin sepertinya akan bercanda seperti itu, “Kurasa seorang mahasiswi tidak seharusnya memikirkan status dosennya, dan begitu lah yang kulakukan,” tegasku.
Bukannya ingin bersikap tak sopan, tapi kurasa hal itu harus diperjelas. Bagaimanapun Pak Sadewa adalah dosenku, dan juga ayah dari muridku.
Jangan sampai ada dugaan yang bisa saja menjadi masalah dikemudian hari.
Pak Sadewa sedikit terkejut dengan responku.
“Maaf jika kamu tersinggung, aku hanya bercanda,” sesalnya.
Belum sempat aku membalas, sebuah mobil yang kukenali memasuki garasi. Seorang wanita cantik, dengan setelan kantor yang membalut tubuh sempurnanya turun dari mobil setelah sang supir membukakan pintu.
“Sherina... Kamu masih di sini? Bukannya hari ini kamu sudah mulai mengajar di tempat kursus yah?” Sapanya.
“Aku masih menunggu Harsya menjemputku, Bu," jawabku.
Wanita itu adalah Ibu Kiara. Ibu dari Zaskia yang juga artinya adalah istri dari Pak Sadewa.
“Ternyata mereka sangat serasi,” batinku setelah melirik Bu Kiara dan Pak Sadewa bergantian.
“Ekhhheemmm... “ Pak Sadewa berdeham.
Disambut senyuman oleh Ibu Kiara.
“Astaga aku sampai lupa, mengenalkan kalian berdua,” ujar Ibu Kiara.
“Dewa.. Ini Sherina guru les Kia,” ucapnya menatap Pak Sadewa.
“Dan Sherina.. Ini Sadewa, ayah Kia,” lanjutnya menatapku.
“Dia adalah salah satu mahasiswiku,” ujar Pak Dewa, sedang aku hanya tersenyum.
“Wah... kebetulan sekali yah,” ucap Ibu Kiara dengan bersemangat.
“Bagaimana Sadewa jika di kampus? Apa dia galak?” selidik Bu Kiara sembari tertawa.
Aku hanya bisa tersenyum, merasa asing dengan sikap pasangan suami istri dihadapanku. Bu Kiara nampak sangat santai, sedang Pak Sadewa nampak acuh. Tak ada kehangatan seperti layaknya pasangan pada umumnya.
Tanpa permisi, Bu Kiara melenggang masuk ke dalam rumahnya. Dan hal itu semakin membuatku merasa ada yang aneh di antara keduanya.
Beruntung Harsya sudah tiba untuk menjemputku. Tak ingin tinggal semakin lama, aku segera pamit pada Pak Sadewa.
Dari dalam mobil kulihat Harsya menatap heran pada Pak Sadewa.
Benar saja, baru saja aku duduk, Harsya langsung mencecarku dengan pertanyaan.
“Sherin.... Bukannya itu Si mobil merah?” tanyanya.
“Namanya Pak Sadewa, Sya..." Tegurku, "Dan ingat, dia itu dosen kita,” sambungku.
“Iya.. Iya.. tapi ngapain dia di sana? Apa dia mengikutimu?”
“Tentu saja dia di sana. Itu rumahnya,” jawabku tak bersemangat.
“Maksudmu?”
“Pak Sadewa itu adalah ayahnya Kia,” jelasku.
“Oh yah? Jadi pak dosen itu suami Kiara? Si bang toyib?” tanyanya tak percaya.
Aku tak menjawab hanya menggeleng saja.
Tak ingin memikirkan hal ini terlalu jauh, dan memang sudah seharusnya tidak kupikirkan.
Meski interaksi pasangan suami istri itu sedikit aneh menurutku, tapi lebih baik jika aku tak terlibat lebih dari kapasitasku sebagai guru Kia.
⚘🍀⚘🍀⚘🍀⚘🍀
Kembali aku menatap ke sekeliling ruangan gudang yang selama 8 bulan ini kujadikan kamarku, tempatku bernaung dari panas ataupun hujan, juga tempat di mana aku bebas menjadi diriku yang sebenarnya.
“Apa masih ada barang lagi?” tanya Harsya memastikan kembali kalau ada barang yang mungkin saja kulupakan.
Aku menggeleng, “Sudah tak ada lagi kok.”
Sebelum pergi tak lupa aku mengembalikan kunci pada Pak Imran di bagian HRD sebab dahulu beliaulah yang menerimaku bekerja juga memberiku izin untuk tinggal di gudang.
Mengenai pekerjaan sebagai cleaning service, akan tetap kujalani.
Saat sedang mengunci gudang, tak kusadari jika Pak Sadewa sudah berdiri di depan pintu ruangan Pak Imran.
“Sherina, ikut keruanganku!” titahnya.
Sambil berjalan mengikuti Pak Sadewa tak lupa aku mengirimkan pesan pada Harsya agar pria itu menungguku.
“Kamu mau pindah?” tanya Pak Sadewa saat kami sudah tiba di ruangannya.
“Iya Pak,” jawabku singkat.
“Kata Maminya Kia, kamu mindahin jam les privat Kia, kenapa dipindahin?”
“Bemar Pak, jadwalnya bersamaan dengan jadwal kuliah milikku Pak,” jawabku jujur.
“Kamu yakin Sher?" tanyanya.
"Tapi mengapa aku merasa beberapa bulan terakhir kamu menghindariku, apa aku benar?” Tanya Pak Sadewa.
“Tentu saja aku yakin, pindah dari gudang kampus sudah sejak lama kurencanakan, hanya saja aku baru bisa mewujudkannya sekarang,” jelasku.
Tak ingin berlama-lama Membuat Harsya menunggu, aku segera undur diri dari ruangan Pak Sadewa dengan kesal.
Segera aku menuju ke tempat di mana Harsya menunggu.
Benar dugaanku, pria itu sudah menunggu dengan wajah yang ditekuk.
“Maaf... Maaf banget yah Sya.... tadi Pak Sadewa manggil aku ke ruangannya,” jelasku.
“Mau apa lagi Si Bang Toyib?”
Aku mengedikkan bahuku, “Dia hanya mastiin apa aku benar-benar pindah?”
“Yakin hanya itu?”
Memang aku sangat sulit untuk tidak jujur pada Harsya, dia selalu bisa menebak jika ada yang kusembunyikan.
Aku menghela napasku, “Pak Sadewa juga nanya apa aku sengaja menghindari dia,” jawabku.
“Dasar Bang Toyib, punya istri cantik tapi malah dianggurin,” celetuk Harsya.
Aku hanya bisa menghela napasku. Aku kembali mengingat ucapan Harsya mengenai Pak Sadewa, jika dosenku itu selama menikah dengan Bu Kiara, beliau jarang pulang ke rumah dan terkesan mengabaikan istri dan anaknya.
Itulah mengapa Harsya menyebut Pak Sadewa dengan panggilan Bang Toyib.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah kontrakan sederhana yang mampu aku sewa dari hasil kerja kerasku selama ini.
Rumah kontrakan ini hanya memiliki 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan dapur kecil di bagian belakang semuanya sudah jauh dari cukup bagiku.
Aku berharap semoga rumah kontrakan ini menjadi awal bagiku untuk meraih sukses.
⚘🍀⚘🍀⚘🍀
# Harsya POV #
Hari ini aku akan mengajak Sherina bertemu dengan Rafie.
Sudah setahun sejak Sherina mengetahui rahasia terbesarku bersama Rafie, tapi baru kali ini mereka berdua akhirnya bertemu.
“Kok kamu gugup banget sih Sya?” tegur Sherina.
“Siapa yang gugup? Biasa aja,” bantahku.
Dalam hati kurutuki diriku yang tidak bisa menjaga mulutku.
Awalnya aku belum berniat mengenalkan Rafie pada Sherina, namun tanpa sengaja aku memberitahu Rafie jika Sherina adalah wanita yang sedang dicari-cari oleh Gibran, yang tak lain adalah sepupu Rafie.
Setelah mengetahui fakta itu, Rafie terus memaksamu untuk mempertemukannya dengan Sherina.
Alasannya Ia ingin tahu, gadis seperti apa yang membuat galau adik sepupunya bernama Gibran hingga hampir gila.
Kami bertiga bertemu di restoran hotel milik Rafie.
Sungguh aku bersyukur semuanya berjalan lancar. Tak ada kecanggungan antara Rafie dan Sherina. Bahkan keduanya bisa menjadi sangat akrab dengan cepat.
Rafie sangat menyukai Sherina yang berwawasan luas.
Menurutnya, sayang sekali Gibran menyianyiakan wanita seperti Sherina.
Mengenai siapa Rafie sebenarnya, Ia putuskan untuk saat ini tidak memberitahu Sherina. Ia tak ingin Sherina kembali mengingat kenangan buruknya bersama Gibran.
Menurut Rafie, Sebelum Ia jujur pada Sherina, Rafie ingin memastikan bagaiamana perasaan Gibran pada Sherina. Dan akupun setuju, sebab aku tak ingin lagi ada yang menyakiti Sherina.
⚘🍀⚘🍀⚘🍀
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, secepat Sherina yang berhasil menyelesaikan pendidikan S1-nya selama 3,5 tahun.
Jangan tanyakan bagaimana denganku, sebab namaku sepertinya sudah ada dalam list nama-nama mahasiswa abadi.
Hari ini, aku dan Rafie sudah menyiapkan hadiah kejutan untuk Sherina.
Setelah siang tadi Sherina baru saja mengikuti wisuda kelulusannya, malam ini kami bertiga juga akan merayakannya dengan makan malam bersama.
Entah sudah berapa kali Sherina meneteskan air mata haru sejak pertama kali kami memasuki Restoran hotel milik Rafie dan disambut dengan permainan piano yang memukau oleh sang pemilik hotel dan khusus Ia persembahkan pada Sherina.
Wanita itu semakin terpukau saat melihat meja yang akan mereka tempati telah dihias dengan sangat cantik. Juga makanan lezat yang terhidang di atasnya.
Sebuah key card berlogo YM Apartement membuat kening Sherina mengenyit.
“Apa ini?” tanyanya.
“Hadiah dari kami untuk wanita hebat dan tangguh bernama Sherina,” jawabku dan Rafie bersamaan.
⚘🍀⚘🍀⚘ To Be Continue ⚘🍀⚘🍀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
🎤༈•⃟ᴋᴠ•`♨♠Echa🐞Jamilah🍄☯🎧
akhir na, Sherina dapat 2 BESTie yg baik hati😅🏃🏃🏃
2022-07-11
1
🍁ɳιℓα❣️💋🄽🄸🄻🄰-🄰🅁🄰👻ᴸᴷ
ya ampun harsya trima kasih kmu malaikat buat nana, makasih jadikan aku temanmu juga harsya😁😁
2022-07-06
2
El_Tien
setuju banget kak, rumah dan orang kepercayaan adalah tempat ternyaman untuk pulang
2022-04-23
0