5

Gysta menatap kosong lurus dengan buku tebal di depan nya. Orang mengira ia sedang membaca buku namun jika dilihat lebih teliti sebenarnya gadis cantik yang rambutnya tergerai itu tidak benar-benar membaca terlihat dari bola mata nya yang tidak bergerak layaknya orang membaca.

Gysta memilih perpustakaan sebagai tempat untuk menenangkan diri. Pikirannya berkecambuk tentang Arkan yang memiliki perempuan lain. Kalaupun tidak selingkuh Arkan bisa menjelaskan semuanya, Gysta akan setia mendengarkan cerita Arkab lalu memaafkannya walaupun ia melihat sendiri bahwa lelaki itu mengigau nama Sarah.

Tangan Gysta meremas buku tebal tersebut. Ia berpikir keras siapa perempuan yang bernama Sarah. Gysta berusaha mengingat barangkali Arkan pernah menceritakan pasal perempuan itu tapi ia memang tak pernah mendengar kekasihnya menceritakan tentang Sarah.

"Wah sejak kapan anak IPA baca buku Geografi." Alan menghampiri Gysta dan duduk tepat di hadapan gadis itu. Gysta diam, ia malas berbicara dengan siapapun. Alan menyambar buku di tangan Gysta membuat gadis itu terkesiap dan membelalakkan mata.

"Jangan ganggu aku." Desis Gysta dingin.

"Kamu kenapa?" Alan menutup buku geografi itu dan meletakkan nya di atas meja. Ia dapat melihat jejak air mata di pipi mulus Gysta.

"Kamu pasti tahu kan kalau Arkan selingkuh?" Pandangan Gysta menyipit seperti polisi yang sedang mengintrogasi tersangka.

"Hah!" Alan tertawa lebar dan mengibaskan tangan nya pada Gysta. "Omong kosong." Alan menutup mulutnya ketika sadar bahwa semua orang di perpustakaan melihat ke arahnya. "Kamu waras?" Alan menyentuh kening Gysta dengan punggung tangannya namun segera ditepis oleh Gysta karena kesal. "Kok kamu bisa nanya gitu sih, sejak jaman nenek aku masih muda nih, Arkan cinta nya sama kamu doang." Alan masih tertawa tapi kali ini lebih pelan karena takut diusir dari perpustakaan.

"Hm?" Gysta menajamkan penglihatannya pada Alan mencari kebohongan disana. "Kenapa Arkan ngigau nama cewek lain bukannya ngigau nama aku?"

"Siapa nama cewek itu?" Alan penasaran, ia yakin sekali jika tidak ada perempuan lain di hati Arkan, hanya Gysta. Alan ingat sekali dulu betapa tersiksa nya Arkan saat Gysta digosipkan dekat dengan Adit sang ketua OSIS. Arkan langsung nembak Gysta dengan lagu romantis di depan semua murid karena tidak ingin keduluan dengan cowok lain.

"Sarah." Jawab Gysta.

"Sarah!" Ulang Alan, mata melebar karena terkejut bahkan mulutnya terbuka cukup lama. Namun akhirnya Alan mengatup bibir, ia tahu siapa cewek bernama Sarah. "Kamu tidur bareng Arkan?" Alan menatap Gysta curiga untuk mengalihkan pikiran gadis itu entah kenapa Alan juga tidak ingin menceritakan keluarga Arkan pada Gysta. Alan merasa tidak berhak, ia ingin Arkan menceritakan sendiri pada kekasihnya itu.

Gysta mendengus kesal karena malas menceritakan kejadian semalam pada Alan. Ia memalingkan muka melihat ke arah lain yang penting bukan pada Alan. Baiklah walaupun Alan seperti oppa Korea tapi Gysta tidak tertarik sama sekali.

"Percaya deh sama aku, Arkan cinta nya sama kamu doang Gys."

Gysta memutar kepala kembali melihat Alan yang tersenyum lebar.

"Terus kenapa kamu kaget pas aku bilang Sarah?"

"Umm." Alan kehabisan kata untuk menghindari pertanyaan itu. "Coba kamu ngertiin Arkan sedikit aja, mungkin dia lagi ada masalah, kamu tanya pelan-pelan."

"Kemarin aku minta dia berhenti ngerokok tapi semalem aku malah lihat dia mabuk!" Sembur Gysta, emosinya meluap ketika mengingat Arkan yang setengah dan bau alkohol menyengat dari hembusan nafas nya.

"Kasih dia waktu.." Alan memohon, ia tahu bagaimana keadaan Arkan saat ini, orangtua nya yang sering bertengkar dan Kakak nya yang sakit. "Aku yakin dia lagi berusaha, Gys.." Alan mengenggam pergelangan tangan Gysta.

"Dari dulu aku nggak pernah denger Arkan cerita apapun jadi gimana aku bisa ngerti perasaan dia?" Gysta menatap Alan dengan mata berkaca-kaca. Ia beranjak dari duduknya ketika tidak ada jawaban apapun dari teman kecil Arkan tersebut.

"Setidaknya dia nggak pernah ngerokok di depan kamu." Tandas Alan membuat Gysta menghentikan langkah sesaat mencerna ucapan nya namun Gysta terlanjur beranjak, ia tidak akan duduk lagi.

Gysta berlari di sepanjang koridor yang sudah sepi karena jam istirahat berakhir sejak 10 menit yang lalu. Air mata nya meluruh begitu saja tanpa permisi. Ia butuh Arkan sekarang, ia benar-benar ingin melihat lelaki itu agar tahu seberapa besar derita yang Arkan alami. Jika Arkan terus saja bergeming, Gysta tidak akan tahu. Ucapan Alan benar selama ini Arkan selalu menghargainya dan tidak pernah sekali saja merokok di depan Gysta.

*****

Jemari Gysta bergerak lincah di atas colouring book membuat kombinasi warna di atasnya. Ia biasa melakukan ini saat sedang stress, menggoreskan berbagai warna disana demi menghasilkan gambar yang indah.

Ucapan Alan tadi siang terus saja terngiang di telinga Gysta bahwa ia harus sedikit mengerti tentang Arkan. Gysta mendengus kesal. Ia meletakkan pensil warna nya dengan kasar di atas meja. Bahkan kini mewarnai tak bisa membuat nya melupakan masalah itu. Semilir angin menerpa tubuh mungil nya yang duduk di atas kursi kecil di balkon depan kamarnya sama sekali tidak bisa melupakan masalahnya dengan Arkan barang sejenak.

Ponsel Gysta berdering panjang disertai getaran mengalihkan perhatiannya. Tertulis nama Arkan di layar ponsel nya.

"Kenapa baru sekarang?" Gumam Gysta sembari mengusap layar ponsel nya untuk menjawab telepon dari Arkan. Walaupun kesal tapi setelah seharian tidak ada pesan apapun dari Arkan, Gysta tetap rindu suara kekasihnya itu.

"Gysta, aku ada di bawah balkon kamu sekarang." Suara Arkan terdengar sangat dekat. Gysta bangkit dari duduknya dan melihat ke bawah, tampak Arkan memang berada disana. Pandangan mereka sempat bertemu namun Gysta segera menghilang dari penglihatan Arkan. Ia tidak mau melihat wajah itu dulu.

"Aku minta maaf, kita bicara pelan-pelan ya." Nada bicara Arkan lembut. "Aku janji akan cerita semuanya."

Gysta menarik napas dalam, jantung nya berdegup kencang. Ia mulai berpikir macam-macam takut Arkan lebih memilih perempuan bernama Sarah itu dari pada dirinya.

"Aku tunggu kamu di bawah."

Gysta tidak menjawab apapun, ia memutuskan sambungan telepon. Tanpa membereskan buku dan pensil warna di atas meja, Gysta turun keluar dari kamarnya.

"Ma, aku keluar sebentar ya." Gysta mengecup pipi Mama nya yang sedang menonton televisi di living room. Belum sempat Mama Gysta menanyakan kemana tujuan anak nya, Gysta sudah menghilang dari balik pintu.

Gysta melihat punggung lebar Arkan di luar gerbang rumah nya. Ia diam sesaat menyiapkan diri sebelum membuka gerbang rumah nya untuk menemui Arkan.

"Gysta." Arkan menyambut Gysta dengan senyuman manis namun gadis di depannya itu tetap berwajah datar.

"Udah ngomong cepetan." Ketus Gysta.

"Aku minta maaf." Arkan menggenggam kedua tangan Gysta menatap ke dalam mata kekasihnya penuh penyesalan.

"Untuk apa?" Gysta memalingkan muka enggan melihat wajah tampan Arkan.

"Aku salah Gys.."

"Jadi bener kamu selingkuh!" Sela Gysta sebelum Arkan menyelesaikan kalimat nya. "Siapa Sarah? Apa dia lebih cantik dari aku huh?" Gysta menatap Arkan penuh emosi, dada nya seperti terbakar membayangkan keberadaan perempuan lain di antara mereka. "Oh jangan-jangan kamu selama ini punya cewek selain aku kan!" Mata Gysta berkaca-kaca, emosinya meluap-luap hingga ke ubun-ubun.

"Dia Kakak aku!" Bentak Arkan dengan nada tinggi membuat Gysta bungkam. Gysta mengerjap kan mata nya sekali, berusaha mencerna apa yang ia dengar baru saja.

"Apa?" Gysta menelan saliva nya dengan susah payah. Tubuh nya lemas tidak percaya pada ucapan Arkan.

"Gysta, Sarah Kakak aku, kakak kandung aku." Arkan berlutut di depan Gysta, matanya kini ikut berkaca-kaca tidak sanggup menahan kesedihannya. Menyebutkan nama Sarah mengingatkannya pada penderitaan perempuan itu yang sedang berusaha melawan penyakitnya.

Mulut Gysta sedikit terbuka, air mata nya meluncur bebas saat itu juga. Ia terlalu sulit menggambarkan perasaannya saat ini, terkejut, lega dan sedih--sedih melihat Arkan berlutut di depannya seperti ini.

"Bangun Kan." Gysta ikut berlutut meraih tangan Arkan yang hampir melepas genggaman nya. "Bangun." Ucap Gysta sekali lagi. Gysta tidak sanggup melihat Arkan yang selama ini selalu nampak tegar dan kuat justru sekarang terlihat serapuh ini. Gysta tidak mengerti kenapa Arkan sesedih ini setelah mengucapkan bahwa Sarah adalah Kakak nya.

"Aku pemabuk, perokok dan pecandu narkoba.." Pandangan Arkan nanar saat mengakui semua itu pada Gysta.

Gysta memejamkan mata, ia menggeleng beberapa kali berharap apa yang ia dengar salah. Arkan menggenggam tangan Gysta dan menatap ke dalam mata gadis itu berharap dengan pengakuannya tidak akan membuat Gysta meninggalkannya.

"Gys, never leave me" Lirih Arkan, wajahnya sendu. "Aku nggak punya siapapun cuma kamu.." Arkan menarik Gysta ke dalam pelukannya. Tangan Gysta terulur membalas pelukan Arkan, ia menejamkan mata menghirup aroma maskulin tubuh kekasihnya. Entah kenapa dengan melihat wajah melas Arkan, membuat Gysta rapuh, ia berjanji dalam hati tidak akan pernah meninggalkan lelaki itu, tidak akan pernah.

*****

Kini sepasang kekasih yang baru saja berdamai itu tengah berada di sebuah gazebo kawasan villa Lembang yang merupakan villa pribadi milik keluarga Arkan. Arkan mengajak Gysta ke tempat ini dengan tujuan agar gadis itu lebih tenang saat mendengarkan semua ceritanya.

Sesuai dugaan Arkan, walaupun terlihat berat tapi Gysta bisa menerimanya. Arkan sudah menceritakan semuanya bahwa Kakak nya sakit, orangtua nya sering bertengkar bahkan hampir setiap hari. Walaupun butuh waktu lama untuk Arkan menceritakan satu per satu tapi akhirnya ia bisa menyelesaikannya.

"Enak!" Seru Gysta mengejutkan Arkan yang sedang asyik memperhatikannya.

"Kamu suka?" Arkan mengusap kepala gadis nya yang sedang makan es krim dengan rasa melon dan vanilla. Gysta mengangguk. Arkan tertawa gemas melihat bando yang Gysta kenakan, saat di perjalanan menuju villa ini, Arkan membelikan Gysta bando yang warnanya senada dengan es krim. Awalnya Gysta menolak karena terlihat seperti anak kecil namun saat Arkan mengatakan Gysta akan semakin cantik saat mengenakan bando tersebut, Gysta mau.

"Jadi besok Kak Sarah mau ke Singapura?" Tanya Gysta yang masih menikmati es krim di tangannya.

"Ya." Arkan mengangguk.

Area villa milik keluarga Arkan cukup luas dan banyak pengunjung karena letaknya yang berada di dataran tinggi sehingga suasananya sejuk jauh dari hiruk pikuk kota. Ada beberapa bangunan villa yang tersebar berukuran sedang dengan 2 lantai yang bisa disewa oleh siapapun, letak nya berjauhan antara bangunan satu dan yang lain. Arkan bilang mereka akan sering berkunjung kesini selain ke Cocorico. Lagi pula sekarang Sarah tidak ada di rumah sakit maka Arkan akan pergi ke berbagai tempat sepulang sekolah dengan Gysta.

Dulu Arkan sering mengunjungi tempat ini dengan Sarah bahkan kadang menginap saat libur sekolah.

"Jadi sekarang nggak ada alasan kamu buat bolos." Ucap Gysta, es krim di gelas nya sudah kosong tidak tersisa.

"Iya." Arkan kembali mengangguk namun disertai senyum tipis dan tatapan intens pada Gysta.

"Aku penasaran pengen ketemu dia, apa mirip kamu?" Gysta tersenyum lebar membayangkan wajah Sarah yang cantik. "Setelah pulang, aku boleh ya ketemu dia?"

"Boleh, dia juga penasaran sama kamu." Arkan membersihkan tangan Gysta dengan tisu yang basah karena memegang gelas berisi es krim.

Gysta tersenyum lebar membayangkan pertemuannya dengan Sarah. Arkan bilang Kakak nya mengidap penyakit langka yang tidak bisa disembuhkan namun ia tidak menyebutkan nama penyakitnya. Entah lah, tapi Gysta yakin Sarah akan membaik setelah berobat di Singapura. Gysta anak tunggal jadi ia ingin sekali mengenal Sarah dan memperlakukan Sarah seperti Kakak nya sendiri.

Gysta ingin protes karena Arkan terlambat memberitahu nya tentang dirinya yang memiliki seorang Kakak perempuan. Tapi sekarang karena Sarah sedang sakit parah dan Arkan tengah terpukul, Gysta tidak bisa melancarkan aksi protes nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!