Penonton bersorak riuh ketika Band Limerick Hull selesai menyanyikan lagu pertama sebagai rangkaian hiburan acara puncak Dies Natalis. Penonton hadir tak hanya dari dalam sekolah tetapi juga tamu undangan dari sekolah lain. Mereka bersorak karena ketampanan sang gitaris yang sudah tak asing karena Band Sekolah sering mengikuti lomba.
Para guru dan donatur duduk di barisan kursi paling depan termasuk Papa Arkan yang merupakan donatur utama Limerick Hull. Gysta dan anggota OSIS lain duduk di barisan kursi nomor 3 dan 4 menyaksikan kemeriahan puncak Dies Natalis. Gysta senang karena akhirnya kerja keras seluruh murid membuahkan hasil sesuai keinginan.
"Mohon perhatian semuanya!" Seru Rania ketika Band selesai membawakan 1 lagu, Ia adalah MC yang merupakan anggota OSIS kelas 12. Seluruh penonton diam menunggu kalimat selanjutnya yang akan MC ucapkan. "Bagi kalian yang bingung mau gabung di esktrakurikuler mana, ekskul musik bisa jadi list ekskul paling populer, khususnya kelas sepuluh, ayo segera tentukan pilihan kalian!" Rania berkata dengan lantang membuat para penonton kembali riuh. "Gitaris Band sekolah kita merupakan ketua ekskul Musik, Kak Arkan bisa bantu promosi." Rania melihat Arkan yang berdiri tak jauh darinya.
"Ekskul musik nggak perlu dipromosikan karena kami sudah dikenal oleh seluruh murid disini" Jawab Arkan dengan nada bicara datar. Seluruh penonton seketika bersorak keras mendengar ucapan Arkan. Sedangkan para guru memberi tepuk tangan sambil tertawa karena kalimat Arkan.
"Waah Kak Arkan sombong" Canda Rania dengan senyum lebar.
"Tapi hati-hati ada Kak Nindy yang kejam" Sahut Galen sang vokalis sambil melirik Nindy yang berada di belakang keyboard. Galen tertawa karena berhasil membuat Nindy sebal. Penonton tak henti bersorak dan bertepuk tangan karena suasana meriah yang diciptakan para pengisi acara.
"Terimakasih atas penampilannya Kak Galen dan kawan-kawan, sekali lagi beri tepuk tangan yang meriah!"
Suara tepuk tangan kembali meramaikan halaman sekolah yang penuh oleh lautan manusia.
Gysta merengut karena Arkan benar-benar tidak menyanyi kali ini. Walaupun ia bisa saja meminta Arkan bernyanyi untuknya secara pribadi tapi sensasinya tetap beda, lebih menyenangkan saat Arkan bernyanyi di tengah banyak orang.
"Sebenarnya Kak Arkan mau nyanyi satu lagu." Ucap Galen. Penonton seketika senyap mendengar hal tersebut. Gysta juga tak kalah terkejut saat Arkan menggantikan posisi Galen sebagai vokalis.
"Hai semuanya." Arkan memegang stand mic memperbaiki posisi yang nyaman untuknya. Penonton berteriak histeris melihat cowok paling tampan se-Limerick Hull itu. "Cinta Luar Biasa untuk Gysta."
Deg.
Gysta tidak bisa mengedipkan matanya saat pandangannya dengan Arkan bertemu. Sementara penonton bertepuk tangan melihat ke arah pandangan Arkan. Mereka iri pada Gysta yang berhasil memiliki seorang Arkan.
Waktu pertama kali
Kulihat dirimu hadir
Rasa hati ini inginkan dirimu
Hati tenang mendengar
Penonton mengangkat tangan melambai-lambai mengikuti irama lagu Cinta Luar Biasa yang Arkan nyanyikan. Pandangan Gysta dan Arkan masih terkunci, tidak bisa lepas.
Suara indah menyapa geloranya hati ini tak ku sangka
Rasa ini tak tertahan
Hati ini selalu untukmu
Terimalah lagu ini dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Noura yang duduk tepat di belakang Gysta gemas,ia ingin meremas rok Gysta tapi tidak bisa. Seharusnya ia duduk di samping Gysta namun dirinya bukan anggota OSIS. Lagu itu membuat Noura seperti melayang hingga ke awan, ia penasaran pada perasaan Gysta mendapat hadiah spesial itu dari Arkan.
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu
Hari hari berganti
Kini cintapun hadir
Melihatmu, memandangmu bagai bidadari
Lentik indah matamu
Manis senyum bibirmu
Hitam panjang rambutmu anggung terikat
Gysta menunduk, jantungnya berdegup kencang. Bahkan seperti ada sesuatu yang beterbangan di perutnya. Arkan selalu saja berhasil memberinya kejutan. Pandangan Gysta beralih pada seorang pria dengan setelan jas duduk di barisan pertama tepat di samping kepala sekolah, dia lah Alex, Papa Arkan yang sedang melihat anaknya di atas panggung tanpa ekspresi. Gysta penasaran pada isi pikiran pria bertubuh jangkung itu.
*Rasa ini tak tertahan
Hati ini slalu untukmu
Terimalah lagu ini
Dari orang biasa
Tapi cintaku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamuu. Ooooooo
Terimalah lagu ini. Hmm...
Dari orang biasa
Terimalah lagu ini
Dari orang biasa
Tapi cinta ku padamu luar biasa
Aku tak punya bunga
Aku tak punya harta
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Yang kupunya hanyalah hati yang setia
Terimalah cintaku yang luar biasa tulus padamu*
Tepuk tangan panjang dan suara riuh terdengar saat Arkan dan kawan-kawan menyelesaikan lagunya. Mereka turun dari atas panggung dilanjutkan dengan acara pembagian hadiah bagi pemenang lomba selama seminggu ini.
Gysta bangkit dari duduknya setengah berlari untuk mengejar Arkan ke arah aula. Diam-diam pandangan Papa Arkan mengikuti arah perginya Gysta.
"Hai idola para murid?" Gysta menyapa Arkan yang baru saja meletakkan gitar dan jas sekolah.
"Kamu termasuk yang mengidolakanku?" Arkan tersenyum menghampiri Gysta.
"Aku lebih dulu mengidolakanmu dari pada mereka"
"Aku tahu." Arkan sedikit mengacak rambut Gysta gemas.
"Minum dulu nih." Gysta membuka kardus air mineral di dekat pintu agar 5 anggota band sekolah itu minum setelah berhasil membuat penonton berteriak histeris karena penampilan mereka. Gysta menyodorkan sebotol air mineral pada Arkan yang berdiri di sampingnya.
"Nin, nanti aku numpang kamu ya." Seru Gysta pada Nindy yang sedang duduk di atas kursi sambil menenggak air mineral hingga tersisa setengahnya.
"Sekalian kita main ke BIP." Balas Nindy, ia menyilangkan kakinya gaya khasnya yang dikenal tomboy dan galak. Namun bagi Gysta, Nindy dan Noura adalah dua orang yang berarti dalam kehidupannya. "Jangan ajak Arkan." Tambah Nindy dengan nada bicara dingin. Bukan karena tidak suka pada Arkan namun mereka selalu punya jadwal main hanya untuk mereka bertiga tidak boleh ada yang mengganggu.
"Aku nanti ke BIP ya." Gysta memutar kepala sedikit mendongak untuk melihat wajah Arkan.
"Iya." Arkan mengangguk dengan senang hati mengizinkan Gysta. "Ayo keluar!" Arkan menarik tangan Gysta membawanya keluar dari aula berjalan melewati koridor. "Karena nanti kamu mau keluar sama Nindy jadi sekarang kamu nggak boleh jauh-jauh dari aku.
"Makasih buat lagunya." Gysta menggenggam tangan Arkan. "Makasih buat cintanya yang luar biasa dari kamu yang nggak kalah luar biasa." Gysta tersenyum manis, matanya berbinar-binar melihat Arkan.
Arkan menggandeng tangan Gysta erat seolah-olah tidak ingin jauh dari gadis itu barang sebentar. Mereka berkeliling menghampiri satu per satu stan bazar, membeli beberapa barang dan makanan.
Akhirnya mereka memutuskan untuk duduk di bawah pohon trembesi yang rindang sambil makan sosis bakar yang dibeli dari salah satu penjual.
"Kamu kenapa nolak jadi Duta Anti Narkoba?" Tanya Arkan tiba-tiba membuat Gysta terkejut, ia berhenti menggigit sosis yang ditusuk seperti sate. Arkan menatap Gysta menunggu jawaban.
"Aku sibuk." Jawab Gysta asal, ia pikir kabar tentang penolakannya untuk menjadi Duta Anti Narkoba itu tak akan sampai ke telinga Arkan.
"Bukannya itu impian kamu?" Arkan sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari wajah Gysta. Sebenarnya Arkan sudah lama ingin menanyakan hal ini pada Gysta namun kegiatan selama seminggu ini menyita waktu mereka berdua sehingga Arkan tidak memiliki kesempatan untuk bertanya.
"Aku sibuk sama kegiatan sekolah, OSIS, persiapan bimbel dan berbagai club, hampir setiap hari sepulang sekolah aku nggak pernah ada waktu luang jadi aku nggak mau nambah kegiatan aku lagi." Jawab Gysta tanpa melihat lawan bicaranya yang kini sedang serius menatapnya. Arkan terdiam cukup lama, ia mencerna jawaban Gysta yang memang masuk akal.
"Kamu pikir ini karena kamu?" Gysta menatap Arkan pura-pura memasang wajah kesal. "Jangan GR deh." Gysta memajukan bibir bawahnya mengejek kekasihnya itu. Arkan tertawa melihat perempuan di depannya, Ia mengacak rambut Gysta gemas dengan ekspresi gadis itu.
"Arkan!" Pekik Gysta sebal karena rambutnya menjadi berantakan.
Gysta menggenggam kedua tangan Arkan agar tidak bisa mengacak rambutnya lagi.
"Tangan kamu kenapa basah sih?" Tanya Gysta yang masih tertawa. "Kamu habis cuci tangan emang?" Gysta merasakan tangan Arkan yang basah, Ia beralih menyentuh kening Arkan yang juga berkeringat. "Kamu sakit?" Gysta panik karena badan Arkan panas.
"Aku ke mobil dulu ya." Arkan beranjak dari duduknya, ia berjalan meninggalkan Gysta.
Gysta tidak membiarkan Arkan pergi sendiri, Ia mengikuti Arkan ke arah parkiran namun laki-laki itu tidak sadar bahwa Gysta berjalan di belakangnya. Gysta melihat Arkan masuk ke dalam mobil. Khusus hari ini Arkan naik mobil ke sekolah karena harus membawa gitar dan bass miliknya. Dengan gerakan cepat, Gysta ikut masuk ke dalam mobil.
"Arkan kamu kenapa?" Gysta memegang lengan Arkan namun lelaki itu tidak menjawabnya justru memejamkan mata. Tangan Arkan meraba-raba dashboard, Ia meraih plastik dengan beberapa pil di dalamnya.
"Arkan!" Gysta bingung melihat Arkan yang seperti dalam keadaan setengah sadar.
Arkan mengeluarkan 3 pil lalu memasukkan ke dalam mulutnya, tubuhnya gemetar dan berkeringat.
"Keluar." Ujar Arkan ketika ia membuka matanya.
"Kamu kenapa sih?" Gysta menggenggam tangan Arkan namun lelaki itu menepisnya.
"Keluar aku bilang!" Bentak Arkan.
Gysta terkejut karena tidak pernah melihat Arkan membentaknya, matanya memanas bersiap-siap mengeluarkan airnya.
"Enggak." Gysta menggeleng sambil mengusap air matanya kasar.
"Keluar!" Arkan berteriak.
Gysta keluar dari mobil, tangisnya pecah melihat Arkan yang seperti orang lain baginya. Ia duduk bersandar pada mobil, sebenarnya ia tidak mau meninggalkan Arkan sendiri.
Kenapa emosinya begitu cepat berubah? Tadi super romantis sekarang marah-marah. Gysta menghapus air matanya kasar, berlari dari tempat parkir menuju ruang kelas.
Teman-teman sebenarnya aku up setiap hari tapi direview pihak mangatoon bisa 1-2 hari jadi agak lama ^^
Mohon dimaklumi ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments