Until The End

Until The End

1

Lelaki bertubuh atletis dengan rahang tegas itu tengah menyesap rokok nya begitu dalam seolah-olah benda kecil di bibirnya itu adalah hal paling menyenangkan di dunia ini. Matanya terpejam, alis tebalnya bertaut menggambarkan bahwa ia tidak dalam keadaan baik.

Bubuk putih berserakan di sekitar lelaki itu lengkap dengan alat hisap dan jenis narkotika lainnya. Entah sudah berapa banyak pil yang ia masukkan ke dalam tubuhnya hanya dalam satu malam. Dunia begitu menarik hanya setelah ia minum pil ekstasi tersebut.

Memangnya apa yang lebih menarik selain pil ini? Lelaki bernama Arkan Fahreza itu tersenyum miring

Semalam Arkan mendengar suara ribut lagi dari lantai dasar rumahnya. Suara yang selalu menusuk gendang telinganya, membuat Arkan gila dan ingin lenyap dari dunia ini secara perlahan.

Apakah mereka tidak bisa melakukan hal berguna lagi selain membuat seluruh isi rumah seperti kapal pecah?

Arkan membuka pintu kamarnya dengan wajah dingin tanpa ekspresi turun melalui tangga yang menggabungkan lantai dasar dan lantai dua dimana kamarnya berada. Ia berjalan tanpa melihat orangtuanya yang tengah bertengkar hebat. Sesekali terdengar suara benda pecah akibat dilempar oleh Alex, Papa Arkan.

Mereka sudah terlalu sering bertengkar untuk membuat Arkan peduli. Arkan jengah pada orangtuanya. Ia ingin menikmati hidupnya sendiri, dengan caranya sendiri lagi pula mereka tak pernah peduli terhadap Arkan.

Area permainan biliar adalah tempat yang biasa Arkan datangi bahkan lebih sering dari pada rumahnya sendiri. Dimana ia bisa menemukan kebahagiannya sendiri dengan pil ekstasi dan rokok. Ia bisa berdiam disini semalaman bersama teman-temannya sesama pengguna narkoba. Tidak akan ada yang mengusik kehidupannya, itulah alasan Arkan kerasan berada disini.

Ponsel Arkan berdenting pendek tanda ada pesan masuk. Arkan yang baru bangun dari tidur panjangnya meraih ponsel dengan malas. Terdapat nama 'Gysta' di depan layar ponsel.

Kamu bolos lagi?

Arkan memejamkan matanya sembari menyandarkan kepalanya yang terasa pening akibat alkohol bercampur pil yang ia minum semalam. Ia menyesap sekali lagi rokoknya sebelum membuang puntung sembarangan. Ibu jari Arkan bergerak lincah di atas layar ponselnya mengetikkan sesuatu.

Kita ketemu di tempat biasa pulang sekolah

Arkan memasukkan ponsel ke dalam saku jeans nya kemudian beranjak dari posisi duduk. Ia harus kembali ke rumah sebelum bertemu kekasihnya untuk mengganti pakaian agar gadis itu tidak mencium bau rokok di badannya. Selama ini ia berusaha menyembunyikan kebiasaan buruknya dari Gysta. Arkan tidak ingin perempuan itu meninggalkannya sebab hanya Gysta yang ia miliki. Hanya Gysta tempat bersandarnya selama ini.

Gysta lebih menarik dari pada ribuan pil ekstasi manapun

Cocorico tampak ramai oleh sebagian besar remaja yang sedang menghabiskan waktu bersama. Tempat yang nyaman di dataran tinggi membuat siapapun betah ketika berada disini.

Gysta sudah memesan 3 porsi chicken katsu dengan lemonade menu favoritnya dan Arkan. Gysta yakin kekasihnya itu belum makan dari pagi jadi ia sengaja memesan semua makanan ini untuk Arkan.

"Arkan!" Gysta memekik ketika matanya ditutup oleh tangan besar dari belakang. Ia sudah tidak asing dengan wangi maskulin Arkan. "Lepasin deh." Gysta memegang jari-jari Arkan berusaha melepasnya sedang di belakang tubuh Gysta, Arkan menahan tawanya yang sebentar lagi akan meledak.

"Kamu lama nunggu aku?" Arkan menarik tangannya dari mata Gysta lalu duduk di kursi tepat di hadapan gadis mungil yang wajah nya memerah akibat kejutan Arkan yang datang tiba-tiba.

"Lumayan, sampe jamuran." Gysta pura-pura memasang wajah marah membuat Arkan gemas ingin menggigit pipi kekasihnya yang merona. "Kok kamu bolos lagi?" Gysta menatap Arkan.

"Aku kesiangan." Dusta Arkan.

Gysta terdiam walaupun jawaban Arkan tidak bisa ia percaya begitu saja tapi ia tidak mau bertanya lebih jauh karena pasti lelaki itu tidak akan menjawabnya. Arkan bukanlah orang yang terbuka sekalipun itu pada kekasihnya sendiri. Gysta yang mengerti sifat Arkan selalu bersikap seolah-olah ia percaya pada alasan yang seringkali Arkan lontarkan.

"Ayo makan." Gysta tersenyum lebar, ia menyendok chicken katsu dengan nasi lalu menyuapkannya pada Arkan. "Kamu belum makan dari pagi kan?" Duga Gysta yang langsung mendapat anggukan dari kekasihnya itu.

"Besok aku jemput ya, kita berangkat bareng." Arkan menyangga tangannya di dagu sambil tetap mengunyah makanannya. Ia menatap gadis cantik di hadapannya intens.

"Aku minta jemput setiap hari" Gysta menyuapkan nasi ke mulutnya sendiri, mereka biasa berbagi makanan seperti ini, di tempat yang sama.

"Hm?" Arkan mengangkat kedua alisnya, ia tahu Gysta hanya pura-pura karena gadis itu jarang sekali mau dijemput karena harus berangkat lebih pagi ke sekolah untuk mengikuti ektrakurikuler dan mengurus kegiatan OSIS "Apa kamu takut cewek lain naksir aku makanya mau nempel terus?" Arkan terkekeh lalu membuka mulut untuk menyambut suapan dari Gysta.

"Apa sih." Gysta benar-benar sebal sekarang. Ia mengalihkan pandangan pada pepohonan hijau yang berada di sekeliling cafe. Bukan Gysta lebay, tapi hampir seluruh murid perempuan di SMA Limerick Hull mengidolakan Arkan yang terkenal paling tampan. Mereka tidak mau berhenti menatap Arkan ketika lelaki itu berjalan melewati koridor sekolah. Para adik kelas dan murid kelas lain iri karena tidak bisa satu kelas dengan si idola sekolah. Dan lagi, mereka paling iri pada Gysta yang sudah menjadi pacar Arkan sejak kelas 11.

"Jangan telat besok." Gysta kembali melihat Arkan dan lanjut menyuapi Arkan hingga habis 3 porsi serta lemonade kesukaan lelaki itu.

"Kamu minta jemput sebelum shubuh aku pasti dateng." Arkan tersenyum lebar sedangkan Gysta sedikit tertawa karena candaan lelaki yang hari ini mengenakan jaket kulit berwarna hitam itu. Jika diperhatikan, Arkan tidak pernah tersenyum selebar itu jika bersama orang lain. Arkan hanya bisa tersenyum dan tertawa bebas saat bersama Gysta. Orang lain menilai Arkan lelaki yang dingin, angkuh dan sombong tapi Gysta punya penilaian yang jauh berbeda, ia punya penilaian berdasarkan sudut pandang nya sendiri.

Ponsel Arkan berdenting pendek, terdapat tulisan Sarah di layar depan ponselnya yang menyala. Dengan cepat Arkan meraih ponsel nya yang terletak di dekat gelas minumannya. Sedangkan Gysta tidak terlalu penasaran pada si pengirim maupun isi pesan karena itu privasi Arkan. Tidak semuanya berhak Gysta ketahui.

Ayo makan siang

Arkan memasukkan ponsel ke dalam saku jaketnya lalu minum lemonade hingga habis sedang Gysta bingung melihatnya.

"Mau kemana?" Gysta mengerutkan kening.

"Aku harus pergi sekarang, kamu bisa pulang sendiri kan?" Arkan beranjak dari duduknya, mengusap puncak kepala kekasihnya lalu meninggalkan gadis itu bahkan sebelum Gysta memberikan jawaban. Gysta memutar kepala tapi Arkan sudah tidak terlihat.

Gysta membuang napas kasar dan tertunduk lesu, ia jadi penasaran pada isi pesan yang Arkan terima baru saja. Gysta ingin tahu siapa pengirimnya hingga membuat Arkan langsung meninggalkannya.

"Arkan selingkuh?" Gysta bertanya pada dirinya sendiri. Ia mengaduk-aduk lemonade di depannya. Gysta frustasi karena Arkan tidak mau bercerita tentang apapun padahal banyak hal yang ingin Gysta ketahui.

Terpopuler

Comments

🌹Dina Yomaliana🌹

🌹Dina Yomaliana🌹

Hai kakak👋 aku datang di cerita mu ya🥰😉 semangat terus up ceritanya🔥🔥🔥🔥

salam kenal dari Adikku Sayang Adikku Malang🤗🤗🤗

2020-12-26

0

Harearr

Harearr

semangat kk

2020-05-14

0

💞🌜Dewi Kirana

💞🌜Dewi Kirana

semangat thor ceritanya menarik

jangan lupa ya thor mampir keceritaku
- Suster untuk Tuan Muda
- Filza dan Farhan
- Rival SMA

2020-04-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!