Pagi yang cerah, Shafira sedang sibuk bermain dengan Ezra yang kian montok dan menggemaskan. Eva dan Gani sering video call untuk melihat tumbuh kembang cucu pertamanya itu.
“Aku sangat merindukanmu, nak!” Kata Gani nangis bombai menahan rasa rindunya pada Ezra.
“Hei, kau jangan terlalu lebay, begitu!” Sahut Eva pada Gani.
Ezra tertawa girang saat video call dengan Eva dan Gani.
“Kau sangat menggemaskan.” Ucap Eva menatap Ezra di layar ponselnya.
Setelah menutup teleponnya, Shafira mendengar suara bel pintu tanda ada tamu yang datang. Ia turun ke bawah sambil menggendong Ezra untuk melihat siapa yang datang. Saat pelayan membuka pintunya, Shafira melihat seorang wanita yang sangat cantik langsung masuk ke dalam apartemen dan menyuruh pelayan meletakkan kopernya di kamar.
“Siapa wanita itu?” Ucap Shafira dalam hatinya.
Tak lama pandangan wanita itu mengarah pada Shafira yang sedang menggendong Ezra.
“Kau….kau siapa? Kenapa kau ada di apartemen ini? Apa kau wanita simpanan Rendi?” Tanya wanita itu menatap Shafira kesal.
“Aku, bukan….
“Aaarrggghh, Rendi mengkhianati aku!” Teriak wanita itu lagi yang membuat Shafira semakin bingung.
“Teganya dia berselingkuh dengan wanita lain sampai memiliki seorang anak! Hhhhuuuuwwwaaaaaaaaaa.” Teriak wanita itu lagi.
“Nona, tolong dengar kan aku.” Ucap Shafira.
“Aku tak mau mendengar omonganmu! Kau pasti akan berbohong padaku.” Sahutnya.
Disisi lain, Rendi yang sibuk di kantornya di hampiri oleh Edzard yang memiliki kepentingan bisnis padanya. Setelah selesai membahas urusannya, Edzard heran melihat Rendi yang sedang sibuk di kantornya.
“Kau terlihat sangat sibuk! Apa kau tidak menemui Afika?” Tanya Edzard pada Rendi.
“Afika sedang di amerika, aku belum sempat untuk menemuinya!” Sahut Rendi yang terus menatap layar laptopnya.
“Hah, apa dia tidak mengabarimu kalau dia sudah sampai di sini?” Tanya Edzard yang membuat Rendi tersentak kaget.
“Apa maksudmu?” Tanya Rendi.
“Aku bertemu dengannya tadi saat di bandara, dia baru tiba pagi ini.” Sahut Edzard.
Tanpa menjawab, Rendi langsung lari bergegas meniggalkan kantornya menuju apartemen yang di tempati oleh Shafira. Rendi memang memberikan alamat apartemennya yang baru pada Afika, wanita yang ia pacari sudah 2 tahun itu. Karena Rendi memiliki rencana saat menikah dengan Afika, mereka akan tinggal di apartemen itu.
“Mampus aku! Afika pasti ngamuk kalau melihat Shafira di sana.” Gumam Rendi yang melajukan mobilnya dengan cepat.
Setibanya di sana, Rendi mendengar jeritan Afika yang menangis kesal karena salah paham. Afika mengira kalau Shafira adalah wanita selingkuhannya Rendi, dan memiliki anak dari Rendi.
“Rendi! Dasar kau kurang ajar.” Teriak Afika melemparkan semua benda yang dekat denganya.
“Sayang, tenang dulu! Aku bisa jelaskan semuanya.” Sahut Rendi kewalahan menghindari serangan Afika yang sedang terbakar amarah.
“Kau mau menjelaskan apa lagi hah? Kau sangat jahat, kau bahkan memiliki anak dari wanita itu! Hhhhuuuwwwaaa.” Teriak Afika sambil menangis.
“Shafira, tolong jelaskan padanya siapa dirimu!” Kata Rendi yang kini sedang di cekik oleh Afika.
“Aku sudah mengatakan yang sebenarnya, namun dia tak mau percaya padaku.” Sahut Shafira.
Ezra tertawa girang dalam gendongan Shafira melihat Rendi yang sedang di cekik oleh Afika.
“Ezra, bahkan menertawai aku.” Ucap Rendi nangis bombai di tindas Afika.
“Afika, sayang! Dengarkan aku dulu.” Kata Rendi.
“Tidak akan! Saat ini aku sangat ingin memotong burungmu itu, Rendi.” Teriak Afika memegang sebuah gunting besar.
“Aaarrgghhh, jangan! Nanti kau juga yang akan rugi, karena tidak bisa bermain-main denganya lagi.” Teriak Rendi sambil memegang tonjolan yang ada di tengah ************ kakinya.
Tak lama kemudian, Anton dan Aldo datang ke apartemen itu setelah mendapat telepon dari Shafira yang sangat panik melihat Afika yang ngamuk menindas Rendi.
“Afika, tenang lah! Rendi dan Shafira tak ada hubungan apa-apa.” Kata Anton.
“Shafira itu istrinya Edzard, dan Ezra adalah anak Edzard.” Sambung Aldo.
“Apa? Edzard sudah menikah?” Tanya Afika yang langsung melepaskan Rendi yang tergolek lemas di lantai.
“Iya, dia adalah istrinya Edzard.” Ucap Rendi terbata-bata akibat cekikan di lehernya.
“Jadi aku salah paham, begitu?” Tanya Afika dengan wajahnya yang bodoh.
“Tentu saja.” Sahut Rendi lagi.
“Aaarrrgghhh, sayangku, my lovely! Apa lehermu sakit?” Tanya Afika pada Rendi.
“Aku bahkan hampir mati di tanganmu.” Sahut Rendi.
“Maafkan aku sayang! Aku sangat takut bila kau akan meniggalkan aku.” Gumam Afika merasa bersalah.
“Peluk aku! Leherku sangat sakit.” Rengek Rendi seperti anak kecil.
Lalu Afika memeluk Rendi melepaskan kerinduannya yang selama setahun tidak bertemu.
“Hampir saja aku memotong burung kesayanganku itu.” Ucap Afika.
“Kalau itu terjadi, kau juga yang rugi karena tidak bisa menikmatinya lagi, hehehe.” Sahut Rendi.
“Oh, aku sangat merindukan dia!” Seru Afika.
“Hei, disini bukan cuma kalian berdua saja, hargailah kami!” Ujar Aldo sewot.
“Aku sangat jijik melihat tingkah kalian berdua.” Sahut Anton.
“Dasar sirik!” Teriak Rendi.
Kemudian mereka menceritakan semua yang terjadi antara Edzard dan Shafira pada Afika. Dengan sifat ramah namun sedikit konyol, Afika memahami dan tak salah paham lagi terhadap Shafira. Bahkan dengan cepat Afika sangat Akrab dengan Shafira dan Ezra.
Afika memutuskan untuk tinggal di apartemen yang sama dengan Shafira, karena ia sangat senang memiliki teman seperti Shafira. Dan Afika juga sangat senang bermain dengan Ezra yang sangat menggemaskan baginya. Sesekali Afika menginap di apartemen Rendi untuk melepaskan rindunya pada Rendi.
Hampir seminggu Afika dan Shafira tinggal seatap, mereka sudah seperti kakak adik. Tak ada rahasia apapun di antara meerka berdua.
“Shafira, kau sedang apa?” Tanya Afika yang berdiri di depan pintu kamar Shafira sambil memeluk bantal.
“Masuklah.” Sahut Shafira.
“Kau kenapa? Tak bisa tidur?” Tanya Shafira.
“Aku tak bisa tidur, apa aku boleh tidur denganmu disini?” Tanya Afika manja pada Shafira.
“Tentu saja, kau sudah seperti adikku sendiri.” Jawab Shafira.
Kemudian Afika merebahkan tubuhnya di samping Shafira yang terlihat sedang memegang sesuatu.
“Kau sedang pegang apa?” Tanya Afika.
“Oh, ini adalah kalung peninggalan ibuku! Ayahku yang membelinya untuk ibuku, saat ibuku meninggal, ia memberikannya padaku.” Kata Shafira.
“Bagus sekali, liontinya bentuk sepatu.” Kata Afika.
“Iya, aku sangat menjaganya, kemana pun aku pergi aku selalu membawanya.” Kata Shafira.
“Kenapa kau tidak memakainya?” Tanya Afika.
“Dulu aku sering memakainnya, namun setelah ayahku meninggal, aku hanya ingin menyimpannya saja dengan baik, aku takut jika peninggalan orang tuaku satu-satunya hilang.” Jawab Shafira.
“Iya, kau benar peninggalan orang tua memang harus kita jag baik-baik.” Sahut Afika.
“Kalau aku boleh tau, apa penyebab orang tuamu meninggal?” Tanya Afika.
“Ibuku meniggal karena sakit keras, sedangkan ayahku meninggal terbakar akibat kebakaran besar yang terjadi di desa tempat tinggalku dulu.” Jawab Shafira dengan raut wajah yang sedih.
“Oh, sudahlah! Jangan bersedih lagi, kau sudah memiliki cinta Edzard dan Ezra di hidupmu.” Kata Afika untuk menenangkan Shafira.
“Iya kau benar!” Sahut Shafira.
Keesokan harinya, Afika mengundang Rendi untuk makan siang bersama di apartemen. Rendi pun datang dengan membawa bunga mawar yag indah untuk Afika. Dengan bahagia Afika menerima bunga yang di berikan oleh Rendi. Rendi juga membawa hadiah mainan untuk Ezar yang sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri. Mereka pun makan bersama di meja makan. Saat menyantap hidangan yang di masak oleh Afika, mata Rendi tertuju pada kalung yang di gunakan oleh Shafira.
“Kenapa kalung Shafira seakan tak asing bagiku?” Ucap Rendi dalam hatinya.
Afika melihat Rendi yang bengong sambil menatap ke arah Shafira.
“Sayang, kau kenapa?” Tanya Afika.
“Tidak, aku hanya sedikit familiar dengan kalung yang di pakai oleh Shafira.” Sahut Rendi.
“Oh, ini kalung pemberian ibuku.” Ucap Shafira menunjukan dengan jelas liontin dari kalung itu.
“Astaga! Aku baru ingat, liontin itu adalah gambar sketsa yang di berikan Edzard sebagai petunjuk untuk mencari wanita itu.” Ucap Rendi dalam hatinya.
“Aku yakin, Shafira adalah wanita yang di cari-cari Edzard selama ini.” Kata Rendi lagi dalam hatinya.
“Aku harus segera menemui Edzard, untuk memberi tahukan perihal ini.” Kata Rendi sambil beranjak pergi dengan cepat.
“Sayang, kau mau kemana?” Tanya Afika bingung melihat Rendi pergi begitu saja.
“Ada apa dengannya?” Tanya Shafira yang tak kalah bingungnya.
“Sudahlah, biarkan saja dia!” Sahut Afika.
“Oh iya, Shafira apa kau mau ikut denganku pergi berbelanja?” Tanya Afika.
“Tidak, kau pergilah! Aku hanya ingin dirumah saja hari ini.” Sahut Shafira.
“Baiklah, setelah ini aku akan pergi berbelanja ke mall.” Kata Afika.
Setelah kepergian Afika, Shafira bermain dengan Ezra di ruang keluarga. Ezra yang sangat menggemaskan, sedang asik menonton kartun.
Di kantornya Edzard mendapat kabar dimana keberadaan Shafira dari detektif yang di sewanya itu. Dengan cepat Edzard menuju ke alamat yang di berikan padanya untuk memastikan keberadaan Shafira. Rendi yang sudah tiba di kantor Edzard, melihat Edzard tak ada di ruangannya. Lalu ia menelpon Edzard yang sedang menuju ke tempat Shafira berada.
“Edzard, kau ada dimana? Ada hal penting yang ingin aku katakan padamu.” Ucap Rendi.
“Bisakah kita bicara lain kali, aku sedang menuju ke tempat persembunyian Shafira sekarang.” Sahut Edzard yang kemudian memutuskan teleponnya.
“Ah, sial! Edzard pasti akan menyakiti Shafira lagi.” Ucap Rendi.
Lalu Rendi pergi meniggalkan kantor Edzard dan menuju ke apartemen untuk menghalangi Edzard agar tidak menyakiti Shafira. Dengan cepat ia melajukan mobilnya mengejar Edzard yang sudah tiba di apartemen tersebut.
“Apartemen mewah? Shafira tinggal disini? Dengan siapa dia disini?” Gumam Edzard melihat apartemen mewah milik Rendi itu.
Dengan cepat, Edzard melangkahkan kakinya menuju pintu apartemen untuk menemui Shafira.
Ting…tong…..
Pelayan membuka pintu, dan Edzard langsung masuk tanpa berbasa basi untuk mencari keberadaan Shafira.
“Hei, tuan! Kenapa kau langsung masuk saja.” Kata pelayan itu.
“Diam kau, dimana Shafira.” Bentak Edzard yang membuat pelayan itu ketakutan.
“Telepon tuan Rendi, cepat!” Kata pelayan lainnya untuk segera menghubungi majikannya.
“Apa kau bilang? Rendi?” Tanya Edzard pada pelayan itu.
“Apa Rendi yang memiliki apartemen ini, hah?” Teriak Edzard lagi pada pelayan itu.
Mendengar suara keributan di ruang tengah, Shafira menggendong Ezra dan berjalan menuju ruang tengah untuk melihat siapa yang datang. Edzard langsung melihat Shafira yang berdiri sambil menggendong seorang anak. Betapa terkejutnya Shafira saat tau Edzard menemukan dirinya.
“Edzard.” Ucap Shafira kaget.
“Akhirnya aku menemukanmu, Shafira.” Kata Edzard menatapnya tajam.
Shafira yang takut akan di sakiti Edzard langsung berlari masuk ke dalam kamarnya untuk menyembunyikan Ezra. Shafira yakin kalau Edzard pasti akan salah paham lagi melihat Ezra. Edzard yang melihat Shafira berlari menghindarinya, langsung mengejarnya dari belakang. Edzard sangat murka saat melihat Shafira yang lari menghindarinya saat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Diana diana
aaaah aku jd deg degan an euy
2023-04-17
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
jd deg deg gan
2021-06-22
0
kiki
pengen gw tabok palanya ezard
2021-05-23
0