TERBEBAS

Shafira menjalani hari-harinya di dalam kamar vila yang terkunci. Kamar itu akan terbuka jika bi Ijah yang membawakan makanan, atau Edzard yang datang setiap harinya untuk bersitegang dengannya bahkan sering memaksa dirinya untuk melayani hasrat Edzard.

Di dalam kamar yang di awasi oleh kamera cctv itu, Shafira duduk diam menghadap kejendela luar. Wajahnya terlihat sangat pucat kondisinya melemah padahal ia sudah berusaha untuk menjaga kesehatannya seperti yang Aldo katakan padanya waktu itu. Shafira selalu makan makanan yang di bawa oleh bi Ijah walaupun sebenarnya ia tak memiliki selera untuk makan. Saat jam makan siang, bi Ijah membawa makan siang untuk Shafira di kamar.

“Nona, ini makan siangnya!” Kata bi Ijah.

“Iya, letakkan saja di meja nanti aku akan memakannya.” Sahut Shafira.

“Nona, wajah mu kenapa pucat sekali? Apa nona sakit?” Tanya bi Ijah.

“Tidak, aku hanya lelah dan sedikit tak enak badan saja! Tidak apa-apa.” Sahut Shafira.

“Bi Ijah masak apa?” Tanya Shafira.

“Bibi masak capcai udang kesukaan nona Shafira, tuan Edzard bilang kalau kau suka makan capcai udang.” Jawab bi Ijah.

“Bi, bawa makanan ini! Aku tak suka baunya! Berikan aku makanan yang lain saja.” Kata Shafira.

“Ya sudah, bi Ijah ambil kan makanan yang lain dulu ya.” Sahut bi Ijah.

Setelah bi Ijah keluar kamar, Shafira duduk di sisi ranjangnya.

“Itu adalah makanan yang sangat aku sukai, kenapa saat ini aku bahkan tidak menyukai bau makanan itu? Adduuhh, kepala ku sangat pusing!” Gumam Shafira yang kemudian berbaring di ranjang.

Tak lama kemudian, bi Ijah datang lagi membawakan makanan yang lainnya untuk Shafira. Shafira bangun dan mulai memakan makan siangnya, saat suapan yang ke tiga perut Shafira terasa sangat penuh hingga ia ingin muntah. Shafira bergegas ke kamar mandi dan muntah-muntah. Tubuhnya terasa sangat lemah, dan kepalanya terasa berat.

“Nona, apa kau tidak apa-apa?’ Tanya bi Ijah dari luar pintu kamar mandi.

“Aku tidak apa-apa.” Sahut Shafira.

Tak lama kemudian Shafira keluar dengan jalan yang terhoyong-hoyong. Bi Ijah langsung menangkap tubuh Shafira dan membawanya berbaring di ranjang.

“Nona, kau sedang sakit wajahmu sangat pucat, kau bahkan muntah-muntah tadi! Aku akan menghubungi tuan Edzard agar dia memanggil dokter untuk memeriksamu.” Kata bi Ijah.

“Tidak usah, aku cuma masuk angin saja karena aku sering duduk menghadap jendela.” Sahut Shafira.

“Aku akan beristirahat sebentar!” Sambung Shafira lagi.

“Baiklah, nona!” Ucap bi Ijah yang kemudian beranjak keluar kamar.

Saat menuruni anak tangga, bi Ijah merasa kebingungan dengan kondisi Shafira.

“Dia tak suka mencium bau makanan, bahkan makanan kesukaannya saja dia tak mau makan, wajahnya sangat pucat, tubuhnya lemah dan dia muntah-muntah! Apa jangan-jangan, dia sedang hamil?” Gumam bi Ijah.

“Seandainya dia benar-benar hamil, saat tuan Edzard datang aku akan mengatakan padanya agar dia tidak menyiksa nona Shafira. Aku takut terjadi apa-apa pada bayinya.” Ucap bi Ijah lagi.

Diruang kantornya, Edzard masih sibuk dengan aktifitasnya menjalani bisnisnya yang sedang kacau balau karena dirinya yang tak terlalu fokus akibat pikirannya yang frustasi terhadap Shafira. Saham yang ia miliki naik turun yang membuatnya semakin frustasi menghadapinya.

Disaat Edzard sedang kacau menghadapi urusan bisnisnya, Anton datang menemuinya dan berusaha membujuk Edzard untuk bersenang-senang di bar. Edzard yang sedang galau, menerima ajakan Anton dan di bar tersebut sudah ada Aldo yang menunggu kedatangan mereka.

“Hei, sobat! Akhirnya kau menginjakkan kakimu di bar ini.” Sapa Aldo pada Edzard.

“Aku sangat lelah menghadapi semuanya! Bisnisku sedang kacau balau dan aku selalu saja memikirkan Shafira.” Sahut Edzard sambil melonggarkan dasinya.

“Santailah sejenak, malam ini aku yang traktir minum sepuasnya.” Kata Aldo.

Anton menatap Aldo dengan memberikan kode untuk membuat Edzard banyak minum hingga mabuk berat agar tidak datang menemui Shafira di vila. Saat itulah Rendi memainkan perannya untuk membawa Shafira kabur dari vila tersebut.

Rendi pun melancarkan aksinya, dengan menggunakan helicopter yang biasa di gunakan Edzard untuk pergi menuju vila tersebut. Dengan menggunakan topeng wajah palsu yang menyerupai wajah Edzard, tak ada satupun anak buah Edzard yang menyadari bahwa itu bukanlah majikannya melainkan Rendi.

Tiba lah Rendi di vila tersebut. Dengan melangkah cepat ia mencari keberadaan kamar Shafira yang telah di jelaskan oleh Aldo. Saat Rendi menaiki anak tangga, langkahnya terhenti saat bi Ijah menegurnya.

“Tuan Edzard! Apa kau akan ke kamar nona Shafira?” Tanya bi Ijah yang juga tak menyadari bahwa itu adalah bukan Edzard.

“Iya.” Sahut Rendi.

“Suaramu tampak beda hari, tuan! Apa kau sakit?” Tanya bi Ijah.

“Iya, aku sedang flu jadi suaraku agak sedikit berbeda.” Jawab Rendi membohongi bi Ijah.

“Tuan, aku hanya ingin mengatakan agar tidak bersikap kasar pada nona Shafira.” Kata bi Ijah.

“Iya, aku tak akan kasar padanya lagi! Pergi lah, aku terburu-buru saat ini.” Sahut Rendi yang tak mau berlama-lama di vila itu.

Rendi langsung masuk ke kamar Shafira dengan menggunakan kunci yang di berikan oleh bi Ijah. Rendi berbohong tidak membawa kunci kamar Shafira dengan alasan tertinggal di kantor. Dengan cepat ia menghampiri Shafira yang sedang berbaring di ranjangnya.

“Shafira, Shafira! Bangun lah.” Ucap Rendi berusaha membangunkan Shafira.

“Edzard.” Kata Shafira membuka matanya dan langsung duduk.

“Ikutlah denganku.” Kata Rendi langsung menarik tangan Shafira keluar kamar.

Dengan cepat Rendi membawa Shafira keluar dari kamar dan menuju pintu keluar vila. Shafira bingung saat dirinya di bawa keluar vila itu.

“Suara Edzard sangat berbeda, apa yang terjadi?” Ucap Shafira dalam hatinya.

Ia kebingungan melihat pria yang membawanya masuk ke dalam helicopter itu. Namun saat di perjalanan, Shafira hanya diam tak mau bertanya apapun. Setelah itu mereka keluar dari helicopter dan pergi menaiki mobil yang telah di siapkan oleh Rendi yang posisinya tak jauh dari tempat landasan heli tersebut. Shafira masih diam dan bingung menatap pria yang membawanya itu.

“Suaranya berbeda, postur tubuhnya juga berbeda! Apa benar dia Edzard? Wajahnya mirip Edzard, tapi aku tau bau khas tubuh Edzard.” Katanya lagi dalam hatinya.

Setelah jauh dari tempat landasan heli tersebut, Rendi membuka topeng wajahnya yang membuat Shafira sangat terkejut.

“Aaaaarrrggghhhhh, kulitnya terlepas!” Teriak Shafira kaget.

“Hei, ini aku, Rendi! Dan ini bukan kulit asliku.” Kata Rendi.

“Kau…kau…..Rendi! Astaga, kau membuatku terkejut.” Sahut Shafira menghela nafasnya.

“Bagaimana dengan aksiku tadi, hah? Kau pasti mengira aku adalah Edzard pria kejam yang kau cintai itu, hehehehe.” Kata Rendi cengengesan.

“Aku sudah curiga saat di jalan tadi, suaranya berbeda, postur tubuhnya juga beda sedikit, dan bau tubuhnya juga berbeda.” Ucap Shafira.

“Kita mau kemana?” Tanya Shafira.

“Untuk sementara kau tinggal di salah satu apartemenku yang Edzard tak pernah tau.” Jawab Rendi.

“Tapi, bagaimana dengan Edzard nanti? Aku khawatir padanya!” Kata Shafira dengan raut wajah yang sedih.

“Tenang saja, ada aku, Aldo dan juga Anton yang akan selalu menjaganya! Kami bersahabat sejak lama, kami akan selalu berada di sampingnya untuk membantunya.” Kata Rendi.

“Aku lihat wajahmu sangat pucat! Apa kau sakit?” Tanya Rendi.

“Entah lah, aku hanya sedikit pusing dan juga lelah.” Sahut Shafira.

“Oke, setelah kita sampai aku akan menghubungi Aldo untuk memeriksa kesehatanmu.” Ucap Rendi.

“Tidak usah, aku cuma butuh istirahat saja! Setelah itu aku akan baik-baik saja.” Kata Shafira menolak.

Setibanya di apartemen milik Rendi, Shafira langsung beristirahat di kamar yang telah di sediakan oleh Rendi. Edzard tak tau letak apartemen Rendi itu, karena Rendi baru saja membelinya dan ia juga tidak pernah bercerita apapun tentang apartemen itu pada Edzard.

 

 

*****

Di dalam bar, Edzard sudah minum terlalu banyak sangat mabuk dan dipapah oleh Aldo kembali kerumah Edzard. Tak lupa Aldo memberikan arahan kepada pelayan di rumah Edzard, untuk memberikan ramuan obat setelah Edzard sadar nanti.

Keesokan harinya, Shafira bangun dan tersadar bahwa dia tidak berada di kamar vila milik Edzard itu lagi. Sekarang ia berada di salah satu kamar apartemen milik Rendi.

Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu kamar.

“Shafira, apa kau sudah bangun?” Panggil Rendi dari luar pintu.

“Iya, aku sudah bangun.” Jawab Shafira.

“Turun lah, kita sarapan bersama.” Kata Rendi lagi.

“Baiklah, aku akan turun nanti setelah mandi.” Sahut Shafira.

Shafira pun bergegas mandi dan ia langsung turun ke bawah menemui Rendi dan sarapan bersama di meja makan.

“Shafira, selama kau tinggal disini kau jangan sungkan untuk memerintah pelayan.” Ucap Rendi.

“Baiklah.” Sahut Shafira.

Tak lama saat Shafira akan menyantap sarapannya, ia kembali mual.

“Kau kenapa, Shafira? Apa makanannya tidak enak?” Tanya Rendi bingung.

“Aku mual! Dimana toiletnya?” Tanya Shafira.

Dengan cepat Rendi mengantar Shafira ke toilet. Disana Shafira muntah-muntah sehingga tubuhnya sangat lunglai terduduk di lantai toilet.

“Shafira, apa kau baik-baik saja?” Tanya Rendi dari luar toilet.

“Tidak, aku hanya sedikit mual saja.” Sahut Shafira yang terus saja muntah-muntah.

Kemudian Shafira keluar dari toilet, Rendi masih berdiri menunggunya dengan khawatir.

“Wajahmu sangat pucat, kau tidak apa-apa?” Tanya Rendi lagi pada Shafira.

“Aku tidak……………………..”

Bruuuuuukkkkk........

Shafira jatuh pingsan dalam dekapan Rendi yang dengan cepat menangkapnya. Rendi menggendong tubuh Shafira membawanya ke dalam kamar. Lalu Rendi menghubungi Aldo untuk memeriksa keadaan Shafira yang masih pingsan.

“Bagaimana dengan keadaannya? Apa dia tidak apa-apa?” Tanya Rendi pada Aldo.

“Aku sangat yakin, Shafira sedang hamil!” Sahut Aldo memeriksa denyut nadi Shafira.

“Dari semua tanda-tanda yang ada padanya, aku yakin dia sedang mengandung.” Sambung Aldo lagi.

“Hehehehe, Edzard bakalan jadi ayah dong kalau begitu!” Kata Rendi tersenyum gembira.

“Hahahaha, aku jadi tak sabaran melihat wajah anak Edzard.” Sahut Aldo yang juga ikut tertawa.

Mendengar candaan dan tawa Rendi dan Aldo, Shafira tersadar dari pingsannya. Ia langsung duduk disisi ranjang.

“Hei, Shafira, kau masih lemah! Berbaring saja.” Kata Aldo.

“Apa yang terjadi padaku tadi?” Tanya Shafira.

“Tadi kau pingsan setelah muntah-muntah.” Jawab Rendi.

“Shafira jaga kesehatanmu, sekarang kau sedang hamil.” Kata Aldo.

“Apa? Aku hamil?” Ucap Shafira terkejut.

“Iya! dan kami tidak sabar melihat wajah anakmu dan Edzard nanti, hehehehe.” Sahut Rendi.

“Aku mohon jangan beri tau Edzard kalau aku hamil, aku takut terjadi apa-apa pada bayiku jika Edzard bersikap kasar padaku.” Kata Shafira.

“Tentu saja, kami tidak akan memberi taunya! Edzard sekarang masih labil, dia juga tidak bakalan tau kau berada disini.” Sambung Aldo.

“Terima kasih kalian sudah banyak membantuku dan Edzard.” Ucap Shafira.

“Oh iya, Shafira! Apa kau bisa ceritakan bagaimana kejadian kau bisa sampai di hotel itu?” Tanya Rendi.

“Waktu itu aku pergi menemui tanteku, aku lihat ada kertas di atas meja bahwasanya tanteku sedang di culik dan aku harus menemuinya di hotel itu.” Jawab Shafira.

“Saat kau keluar dari rumah tantemu apa kau melihat ada yang aneh dengan sopir pribadimu?” Tanya Rendi.

“Aku tak terlalu memperhatikannya, karena saat itu aku hanya cemas memikirkan tanteku saja! Aku katakan pada sopirku untuk pergi ke hotel tersebut, tanpa menjawab dia langsung menuruti perintahku.” Jawab Shafira.

“Dimana sopirku itu sekarang? Apa dia baik-baik saja?” Tanya Shafira.

“Maksudmu? Kenapa kau tanya tentang keadaan sopirmu?” Tanya Aldo.

“Sebenarnya setelah kejadian itu, aku tau bahwa aku di jebak oleh tanteku dan juga Bobi.” Jawab Shafira.

“Apa?” Aldo dan Rendi sangat terkejut mendengar ucapan Shafira.

“Aku tak menyangka mereka akan menjebakku di hotel itu! Sebelum aku pingsan di pukul dari belakang, aku melihat wajah mereka yang tersenyum puas melihatku jatuh tersungkur di lantai kamar hotel itu.” Kata Shafira menjelaskan.

“Aku tak tau apa yang membuat mereka menjadi seperti itu, padahal selama ini dia menunjukkan rasa kasih sayangnya padaku dan aku pun sangat menyayangi tanteku itu.” Kata Shafira lagi dengan raut wajah yang begitu sedih.

“Apa kau pernah bilang pada Edzard tentang ini?” Tanya Rendi.

“Edzard dalam kondisi yang buruk, dia salah paham dan selalu kasar padamu. Dia tenggelam dengan amarahnya sendiri! Aku tidak memberi taunya, karena aku yakin dia tidak akan percaya padaku.” Jawab Shafira menangis.

“Sudahlah! Ingat bayi yang ada di rahimmu, jangan membuat kesehatanmu semakin lemah.” Kata Aldo.

“Jadi apa yang terjadi dengan sopirku itu?” Tanya Shafira.

“Kemungkinan dia di habisi saat kau berada di dalam rumah tantemu!” Jawab Rendi.

“Sungguh malang nasibnya! Aku tak tau ada apa dengan tanteku dan Bobi! Setelah aku jatuh tersungkur, aku menutup mataku namun aku masih sadar, aku mendengar suara laki-laki dan wanita.” Kata Shafira.

“Bobi? Bukankah dia sudah mati di tangan Anton?” Tanya Rendi.

“Aku dengar dari Edzard, Bobi telah mati! Namun saat di hotel itu aku yakin bahwa yang aku lihat itu adalah Bobi! Sebelum kejadian itu aku datang ke rumah tanteku, aku pernah melihat bayangan tubuhnya di tembok kamar! Saat itu aku berpikir itu adalah halusinasiku saja, tapi kali ini aku yakin di kamar hotel itu adalah Bobi.” Jawab Shafira.

“Kejadian ini sangat janggal, aku akan menghubungi Anton nanti untuk memastikan apakah Bobi sudah mati atau belum.” Sambung Rendi.

 

 

*****

Disisi lain, Edzard bangun kesiangan di kamarnya. Ia merasakan sakit luar biasa di kepalanya akibat alcohol yang ia tenggak semalam. Ia langsung bangun dari tempat tidurnya dan mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah meminum ramuan obat yang di berikan oleh pelayan, Edzard langsung bergegas ke kantornya. Di ruangannya ia membuka layar laptonya untuk melihat kondisis Shafira melalui kamera cctv yang tersambung ke laptopnya. Lama ia mengamati layar laptopnya, namun apa yang ingin di lihatnya, tak tampak di matanya. Dengan cepat ia bergegas pergi ke vila itu dengan meninggalkan semua urusan kantor pada sekretarisnya.

Setibanya ia di vila, bi Ijah menyambutnya seperti biasa. Edzard tak memperdulikannya, ia langsung membuka pintu kamar itu dan terkejutnya ia tak dapat menemukan Shafira.

“Bi Ijah! Dimana Shafira?” teriak Edzard panik.

“Tuan! Semalam tuan membawa nona Shafira pergi.” Jawab bi Ijah.

“Apa? Apa maksudmu?” Tanya Edzard.

“Semalam tuan datang, dan langsung membawa nona Shafira keluar vila dan pergi dari pulau ini dengan helicopter.” Sahut bi Ijah.

“Apa-apaan ini? Semalam aku tidak datang kesini, aku berada di bar bersama dengan teman-temanku.” Kata Edzard marah.

“Tuan, apa ada orang yang sangat mirip denganmu?” Tanya bi Ijah curiga.

“Apa maksudmu?” Tanya Edzard semakin kesal.

“Semalam, tuan datang, namun aku merasa ada yang aneh karena suara nya berbeda.” Jawab bi Ijah.

Edzard pusing menanggapi ucapan bi Ijah mengenai dirinya. Edzard langsung masuk keruangan cctv dan melihat semua yang terjadi di vila itu.

“Siapa pria itu? Wajahnya sangat mirip denganku!” Gumam Edzard melihat cctv.

“Kurang ajar! Ada orang yang berani menyamar menjadi diriku dan membawa Shafira kabur dariku.” Teriak Edzard kesal.

Mengetahui Shafira di bawa kabur oleh pria yang sangat mirip dengannya, Edzard semakin murka. Dengan cepat ia menyewa seorang detektif yang handal untuk mencari tau keberadaan Shafira.

Seminggu setelah kehilangan Shafira, Edzard semakin tidak karuan. Urusan kerjanya terbengkalai sehingga ayahnya yang turun tangan untuk menanganinya. Gani kembali dari paris bersama Eva istrinya. Gani yang tak mengerti apa yang sedang terjadi pada anaknya, mencari tau kepada sahabat-sahabat Edzard. Gani dan Eva mendatangi Anton yang memang sangat dekat dengan Edzard.

“Anton, apa yang terjadi dengan Edzard saat ini? Lalu dimana Shafira?” Tanya Gani.

“Begini om, Edzard dan Shafira sedang ada masalah yang sangat rumit. Ada orang yang ingin menjatuhkan Edzard melalui Shafira.” Jawab Anton.

“Apakah itu Tina?” Tanya Eva.

“Kami memang mencurigainya, namun ada orang lain lagi yang bersekongkol di balik kejadian ini! Termasuk tantenya Shafira dan sepupunya Bobi.” Sahut Anton.

“Tapi waktu itu Edzard cerita kalau kau sudah menghabisi Bobi.” Kata Eva.

“Iya, aku juga sangat yakin kalau aku sudah menghabisi Bobi, namun kata Shafira ia melihat Bobi saat di hotel itu dan dia juga pernah melihat bayangan tubuh Bobi di rumah tantenya! Ini membuatku sangat bingung.” Sambung Anton.

“Jadi dimana Shafira sekarang???” tanya Gani.

“Dia di apartemen baru Rendi, dia aman disana.” Kata Anton.

“Kenapa kalian memisahkan Shafira dan Edzard? Apa yang terjadi?” Tanya Gani semakin bingung.

“Setelah kejadian itu, Edzard selalu menyiksa Shafira, jadi kami membawanya agar Edzard tidak membunuh Shafira.” Sahut Anton.

“Itu sudah benar, Edzard memang terkenal tiada ampun! Shafira memang harus di jauhkan dulu dari Edzard.” Kata Gani.

“Aku ingin menemui Shafira sekarang.” Kata Eva.

Kemudian mereka pun pergi ke apartemen Rendi dan menemui Shafira disana.

“Shafira.” Sapa Eva.

“Eva.” Sahut Shafira.

“Aku sudah tau semuanya, Shafira.” Kata Eva sembari memeluk Shafira.

“Nak, maafkanlah Edzard! Dia hanya sedang terbakar oleh cintanya sendiri. Maafkan lah dia karena telah menyiksamu.” Ucap Gani pada menantunya itu.

“Ayah, aku mencintai Edzard, aku selalu memaafkan apapun yang ia lakukan padaku! Namun saat ini aku lebih baik disini aku ingin melindungi bayiku dari siksaan Edzard.” Sahut Shafira sambil memegang perutnya yang masih rata.

“Kau hamil?” Tanya Eva terkejut.

“Iya! Aku akan memiliki anak dari Edzard.” Kata Shafira tersenyum bahagia.

“Aku akan jadi kakek! Akhirnya aku akan punya cucu! Terima kasih nak, kau tak membenci anak ini karena tingkah ayahnya yang kejam itu.” Kata Gani.

“Shafira, lebih baik kau ikut dengan kami ke paris! Setelah semua urusan bisnisku selesai, aku akan membawamu pergi jauh dari orang-orang yang akan menyakitimu.” Sambung Gani lagi.

“Tapi bagaimana dengan Edzard? Aku tak sanggup meninggalkannya sendirian disini.” Kata Shafira.

“Shafira, Edzard tidak sendirian! Dia masih punya kami sahabatnya yang selalu mendukungnya.” Sahut Rendi.

“Baiklah, aku akan menetap di paris sampai anakku lahir.” Kata Shafira.

“Hilangkan jejak Shafira, karena Edzard sedang menyewa detektif untuk mencari Shafira.” Kata Anton.

Gani menyeselesaikan urusan bisnis yang di abaikan oleh Edzard yang sering mabuk-mabukkan karena frustasi kehilangan Shafira. Detektif yang ia bayar belum menemukan titik terang keberadaan Shafira karena Rendi dan Anton menghilangkan jejak Shafira. Eva yang sangat khawatir dengan kondisi Edzard, selalu merawat Edzard di kala Edzard pulang dalam keadaan mabuk. Eva melihat semua botol minuman berserakan di ruang kerja dan kamar Edzard.

“Bersihkan semua botol minuman ini.” Perintah Eva pada pelayan.

“Nyonya, tuan Edzard melarang kami melakukan itu.” Sahut pelayan.

“Kalau kau membantahku, kau akan aku pecat sekarang juga!” Bentak Eva.

“Baik, nyonya!” Kata pelayan itu ketakutan dan membersihkan semua ruang.

Eva melihat Edzard terduduk di lantai kamarnya. Edzard menyandarkan tubuhnya di sisi ranjang kamar tidurnya.

“Edzard, apa yang kau lakukan! Kenapa kau menjadi seperti ini?” Tanya Eva merasa kasihan pada Edzard.

“Eva, aku kehilangan orang yang aku cintai untuk kedua kalinya! Yang pertama ibuku, dan yang kedua adalah istriku.” Kata Edzard sambil menangis dengan memegang botol minuman.

“Edzard, aku yakin Shafira tidak meninggalkanmu, mungkin dia hanya butuh waktu untuk menyendiri.” Sahut Eva.

“Aku menyiksanya, Eva! Tangan ini menyiksa tubuhnya setiap hari.” Kata Edzard sambil melihat kedua tangannya.

“Sudahlah Edzard, kau jangan seperti ini! Aku yakin suatu saat dia pasti kembali dalam pelukanmu.” Ucap Eva memeluk tubuh Edzard yang lemah.

“Eva, aku sangat merindukannya.” Kata Edzard.

“iya, aku tau kau sangat mencintainya dan aku juga yakin dia pasti sangat mencintaimu.” Kata Eva.

“Tapi dia mengkhianatiku Eva, dia tidur dengan pria lain!” Ucap Edzard.

“Edzard, aku mohon berhentilah seperti ini! Lihat aku Edzard, jika kau ingin menemukan Shafira dan ingin dia kembali dalam pelukanmu bangkitlah Edzard! Tunjukkan pada Shafira kalau kau sangat mencintainya, buktikan padanya, kalau tidak ada pria manapun yang bisa memilikinya selain dirimu.” Kata Eva dengan tegas.

Mendengar perkataan Eva, Edzard tersadar hal yang dilakukannya selama ini salah. Kalau dia terus saja melarikan dirinya dengan mabuk-mabukkan itu akan membuat dirinya semakin menjauh dari wanita yang ia cintai. Edzard menghentikan kebiasaan buruknya dengan meminum alcohol, dan ia mulai kembali bersemangat menjalani rutinitasnya dengan kerjaan dan bisnisnya. Rendi, Anton dan Aldo terus mencari bukti-bukti baru untuk mengetahui siapa di balik yang ingin menjatuhkan Edzard melalui Shafira.  Gani dan Eva kembali ke paris dengan membawa Shafira ikut serta menetap disana tanpa sepengetahuan Edzard. Dengan perasaan yang amat sedih Shafira meninggalkan negaranya dan Edzard.

Dua bulan telah berlalu, Edzard yang sedang sibuk dengan pekerjaannya, juga terus mencari jejak Shafira melalu detektif yang di bayarnya. Ia pantang menyerah untuk mendapat kan info tentang keberadaan Shafira walaupun hingga kini belum ada hasilnya.

 

*****

Saat makan siang, Tina datang mengunjungi Edzard di kantornya. Disana juga ada Rendi dan juga Anton sedang duduk di sofa milikk Edzard.

“Hai, Edzard! Aku sangat merindukanmu.” Sapa Tina hendak memeluk Edzard yang duduk di meja kerjanya.

“Jangan menyentuhku, pergi kau dari sini!” Bentak Edzard pada Tina.

“Edzard, aku masih sangat mencintaimu! Apa karena Shafira kau melupakan aku?” Kata Tina.

“Jangan kau salahkan Shafira, kau lah yang harus berkaca pada dirimu sendiri sebelum menyalahkan orang lain.” Kata Edzard mencengkram wajah Tina dengan kasar.

“Pergilah, atau aku akan berbuat kasar padamu!” Ancam Edzard.

Melihat raut wajah Edzard yang sangat kejam, Tina langsung bergegas pergi.

“Lihat saja nanti, aku pasti akan bisa membuatmu tunduk padaku dan aku akan mendapatkan semuanya yang kau miliki, Edzard.” Ucap Tina dalam hatinya penuh dendam.

Setelah Tina pergi, Edzard menjadi galau karena mengingat Shafira yang sangat ia rindukan.

“Aku sangat merindukan dia.” Kata Edzard.

“Siapa? Tina?” Tanya Anton dengan wajah konyolnya.

“Tentu saja Shafira!” Sahut Edzard kesal.

“Ppppffttt, kau belum menemukannya?” Tanya Rendi berpura-pura tak tahu.

“Hingga saat ini, semua jejak Shafira seakan di telan bumi! Aku tak bisa menemukannya.” Sahut Edzard.

“Omong-omong, apa yang di lakukan Tina sekarang? Tanya Anton.

“Aku yakin dia tau kalau Edzard dan Shafira sedang ada masalah, makanya dia ingin menggoda Edzard lagi seperti yang dia lakukan beberapa tahun yang lalu.” Kata Rendi.

“Sampai matipun, aku tak akan pernah tergoda lagi olehnya.” Ucap Edzard.

“Sekarang yang aku inginkan adalah mereka harus mepertanggung jawabkan perbuatan mereka yang terlibat atas penculikanku dulu.” Sambung Edzard.

“Kau benar! Mereka harus membayar semua yang mereka lakukan padamu dulu.” Sambung Rendi.

Edzard kembali kerumahnya setelah selesai bekerja. Ia berbaring di ranjang kamarnya dan mengingat semua kenangan dirinya bersama Shafira. Ia sangat merindukan wanita yang sering membuatnya kesal. Tanpa Shafira di hidupnya, semuanya terasa hampa. Namun saat ia mengingat kejadian di hotel itu, Edzard menjadi geram. Ia masih saja salah paham dengan Shafira yang telah mengkhianati cintanya.

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

kapan edzard th liontin itu milik Safira ya🤔🤔🤔🤔🤔

2021-06-22

0

Dina Tazkia Aqmarina

Dina Tazkia Aqmarina

lama bgt nympe berbulan bulan

2020-10-14

1

Kamila

Kamila

lanjut......😎😎😎😎😎

2020-10-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!