KEKEJAMAN EDZARD

Malam itu setelah Edzrad keluar dari kamar Shafira, ia memutuskan untuk pergi menepati janjinya kepada sahabatnya yaitu Anton. Edzard pergi ke sebuah bar dengan niat untuk menghilangkan rasa kesal yang tengah ia rasakan tadi karena Shafira. Suara musik terdengar keras, Edzard dan Anton menenggak minuman di dalam sebuah bar yang biasa mereka kunjungi. Disana juga banyak wanita cantik yang mengelilingi mereka. Suara tawa para wanita tak kalah keras dengan musik beat yang sedang dimainkan oleh para DJ di bar itu.

“Anton, aku punya tugas untukmu.” Kata Edzard pada Anton sambil memainkan gelas di tangannya.

“Huh, kau baru saja kembali tapi langsung memberiku tugas!” Gerutu Anton kesal.

“Baiklah, kalau kau tidak mau, kau bisa pindah ke kutub selatan.” Ancam Edzard.

Mendengar ancaman Edzard, Anton langsung merinding.

“Baiklah, tugas apa itu?” Tanya Anton dengan terpaksa.

“Cari tau identitas wanita yang sekarang tinggal dirumahku!” Sahut Edzard membicarakan mengenai Shafira.

“Aku beri waktu kau tiga hari, aku tak suka menunggu.” Sambungnya lagi.

“Hei, ayolah! Tiga hari itu waktu yang terlalu lama.” Ujar Anton.

“Kau akan menerima informasi tentangnya besok siang!” Sambung Anton yang sangat ahli mencari informasi.

“Baiklah, aku pegang janjimu.” Sahut Edzard.

Tak lama kemudian, seorang wanita cantik nan elegan yang bernama Anggi menghampiri Anton.

“Hai, tuan Anton! Siapa dia?” Tanya Anggi melirik dan menggoda Edzard.

“Dia sahabatku! Dia baru kembali ke Negara ini, namanya Edzard.” Jawab Anton memperkenalkan.

“Sahabatmu sangatlah tampan, tuan.” Kata Anggi lagi.

“Apa kau bisa menemaninya malam ini?” Tanya Anton pada Anggi.

“Tentu saja!” Seru Anggi sambil melangkah ke pangkuan Edzard.

“Tuan Edzard, apa kau butuh teman malam ini?” Tanya Anggi merayu.

“Kalau kau bisa diandalkan, kenapa tidak!” Sahut Edzard menatap Anggi dengan tatapan mata elangnya yang tajam.

“Tentu saja, aku akan membuatmu selalu merindukanku nanti.” Bisik Anggi seraya meniup telinga Edzard.

Malam semakin larut, Edzard memboyong Anggi untuk ikut bersamanya. Anggi yang berparas cantik dan menggoda itu tentu saja mengikuti apa yang diinginkan Edzrad darinya, karena ia tau bahwa Edzard adalah pengusaha yang kaya raya dan akan menjadi tambang emas untuknya.

“Bagaimana tuan Edzrad? Apa kau suka padaku?” Tanya Anggi pada Edzard.

Edzard hanya diam sambil memakai pakaiannya, lalu menuliskan sebuah cek untuk Anggi.

“Ini harga yang pantas kau dapatkan dariku!” Ucap Edzard melemparkan cek senilai 500 juta ke wajah Anggi.

Melihat nilai cek tersebut, Anggi tersenyum senang. Ia tau siapa mangsa yang akan membuatnya menjadi wanita kaya raya dalam waktu sekejap saja. Edzard melangkah pergi meninggalkan Anggi sendirian di salah satu hotel mewah untuk kembali pulang kerumahnya.

Setibanya dirumah, Edzard melihat Shafira yang hendak turun ke dapur untuk mengambil air minum. Shafira dan Edzard berselisih jalan di tangga. Shafira tau itu Edzard, namun ia enggan menatap. Melihat sikap Shafira yang tak acuh terhadapnya, Edzard menarik lengan Shafira dengan kasar yang membuatnya kaget.

“Sebentar lagi aku akan tau identitasmu yang sebenarnya!” Kata Edzard dengan sinisnya menatap Shafira yang ketakutan.

“Kau yang datang sendiri kepadaku, rasakan siksaan yang sedang menantimu.” Ancam Edzard pada Shafira.

Mendengar ancaman Edzard, nafas Shafira seakan terhenti. Malam itu juga rasanya dia ingin mati. Ia terus berpikir kesalahan apa yang dulu ia perbuat sehingga takdir membawanya ke jurang maut di tangan Edzard sang pria kejam. Tangannya mengepal, hatinya menjerit namun tidak ada siapa pun yang dapat menolongnya. Inginnya dia melarikan diri, namun kakinya terasa kaku.

*****

Setiap pagi Shafira selalu membantu bu Yati menyiapkan sarapan di dapur. Dia tak perduli siapa statusnya di rumah itu. Edzard banyak mendengar dari Hadi sang kepala pelayan tentang sikap baik serta ramah yang ada pada diri Shafira. Edzard juga sering melihat Shafira dengan rajin membantu pelayan lain unutk membersihkan rumah. Saat sedang sarapan, Edzard bertanya kepada bu Yati mengenai keberadaan Shafira pagi itu.

“Dimana dia?” Tanya Edzard pada bu Yati.

“Nona Shafira sedang sarapan di dapur bersama Mirna.” Jawab bu Yati ketakutan.

“Panggil dia, tempatnya bukan di dapur!” Teriak Edzard kesal.

“Baik tuan.” Sahut bu Yati sambil melangkah pergi ke dapur dengan cepat.

Shafira melihat wajah bu Yati yang sedang cemas.

“Ada apa bu Yati?” Tanya Shafira.

“Nona, di panggil tuan Edzard untuk sarapan bersama dengannya.” Jawab bu Yati.

“Aku tidak mau, aku takut dengannya.” Sahut Shafira menolak.

Tak lama terdengar suara teriakan dari Edzard yang memanggil Shafira.

“Shafira!” Teriak Edzard memenuhi ruangan.

“Ayo lah nona, jangan buat tuan Edzard bertambah kesal.” Kata bu Yati memohon.

Takut jika Edzard bertambah marah, Shafira pun datang menuju ruang makan. Ia melihat Edzard duduk menunggunya dengan wajah yang kesal.

“Apa kau seorang pelayan di rumah ini, hah?” Bentak Edzard pada Shafira.

Shafira diam dan menunduk ketakutan.

“Jawab aku, Shafira! Apa statusmu dirumah ini?” Bentak Edzard lagi padanya.

“Aa…aa..aku wanitamu, tuan.” Sahut Shafira dengan nada yang begitu ketakutan.

Kemudian Edzard bangkit dari kursinya dan menarik tangan Shafira dengan kasar. Lalu Edzard menyeret Shafira masuk ke dalam kamar dengan paksa. Disana Edzard menghempaskan tubuh Shafira ke ranjang dan langsung menerkamnya. Edzard mencium paksa dan menekan tubuh Shafira di ranjang. Awalnya Shafira berontak melawan, namun tenaganya kalah kuat dengan Edzard yang sudah gelap mata.

Pagi itu Edzard melakukannya kepada Shafira. Tak pernah terbayangkan oleh Shafira bahwa pengalaman pertamanya akan di renggut secara paksa oleh pria yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Shafira yang hanya berbalut selimut tebal menangis sejadi-jadinya. Sedangkan Edzard sedang merapikan pakaiannya setelah mandi lagi pagi itu.

“Ini lah siksaan pertama yang kau rasakan, karena kau berani membohongiku.” Ucap Edzard dengan tatapan matanya yang tajam.

Kemudian ia melangkah pergi meninggalkan Shafira begitu saja di kamarnya. Melihat Edzard sudah pergi ke kantor, Mirna masuk menemui Shafira yang masih menangis.

“Nona, apa yang terjadi denganmu? Apa tuan Edzard menyiksamu?” Tanya Mirna kasihan terhadap Shafira.

“Pergilah Mirna, aku ingin sendirian.” Ucapnya sedih.

“Baiklah, nona.” Sahut Mirna melangkah keluar kamar.

“Ya Tuhan, aku sangat iba melihat nona Shafira seperti itu.” Ucap Mirna dalam hati.

Shafira melihat bercak darah di kain seprai pada ranjang itu. Ia menangis kesal mengingat apa yang dilakukan oleh

Edzard padanya.

Di kantornya, Anton menemui Edzard yang sedang menatap layar laptonya.

“Ini info yang kau minta semalam.” Kata Anton melemparkan berkas ke meja Edzard.

Kemudian Edzard membaca berkas itu dengan cermat.

“Bersyukyurlah, wanita yang kau miliki itu wanita baik-baik.” Kata Anton yang duduk di sofa.

“Dia juga termasuk korban dari sepupunya dan Lita, anaknya tuan Deri.” Sambungnya lagi.

“Sudah ku duga, ini pasti permainan dari Deri keparat itu.” Sahut Edzard geram.

“Siapa nama sepupunya?” Tanya Edzard pada Anton.

“Namanya Bobi, dia dalang dari semua ini.” Jawab Anton.

“Kurang ajar! Aku pasti akan membuatnya menyesal seumuru hidupnya.” Kata Edzard tampak kesal saat itu.

“Bagaimana dengan tuan Deri dan putrinya itu?” Tanya Anton pada Edzard.

“Biar aku sendiri yang akan menanganinya.” Ucap Edzard penuh dendam dan amarah.

“Baiklah, aku akan pergi bermain dengan Bobi dulu.” Kata Anton dengan wajah yang begitu menyeramkan.

Edzard melanjutkan pekerjaannya di kantor. Ia meeting dengan beberapa rekan bisnisnya. Setelah meeting usai, ia memerintahkan anak buahnya yang bernama Sofyan yang terkenal tanpa ampun untuk menculik Lita agar memancing Deri masuk ke dalam perangkapnya.

Di sebuah gudang kosong yang pengap, Lita di ikat dengan seutas tali dan mulut yang tersumpal kain. Edzard membuka sumpalan mulutnya dengan kasar.

“Siapa kau manusia busuk?” Teriak Lita memaki Edzard.

“Kau tau siapa papaku, hah? Dia akan datang dan menghabisi kalian semua.” Teriaknya lagi pada Edzard.

“Beraninya kau berteriak padaku, wanita penipu!” Umpat Edzard kepada Lita.

“Dengarkan aku perempuan licik! Aku adalah Edzard.” Kata Edzard sambil mencengkram dagu Lita dengan kasar.

Mendengar nama Edzard, Lita langsung gemetar ketakutan. Betapa bengisnya wajah Edzard saat menatapnya.

“Hubungi Deri si keparat itu, katakan padanya anak kesayangannya berada di tanganku.” Perintah Edzard pada orang suruhannya.

“Dasar wanita licik, kau bahkan berani bermain api denganku, hah?” Bentak Edzard lagi pada Lita.

"Kau tunggu saja, apa yang akan kau lihat setelah ayahmu datang kesini nanti." Sambung Edzrad lagi.

Suara teriakan Lita menggema di gudang yang pengap itu. Lita terus berontak agar bisa terlepas dari ikatan tali yang begitu kencang di tubuhnya.

"Tuan, maafkan aku! Aku terpaksa melakukannya. Aku memiliki seorang pria yang aku cintai, tapi aku juga ingin membantu papaku untuk melunasi semua hutangnya padamu." Kata Lita memohon pada Edzard.

"Apa kau sebelumnya berpikir seribu kali untuk menipuku, hah? Kau pikir aku bodoh?" Sahut Edzard menatap Lita dengan sinis.

"Aku akan segera menjebloskan Deri keparat itu ke penjara karena dia tidak mampu membayar semua hutangnya padaku!" Sambung Edzard lagi.

Dari saluran telepon Deri, mendengar suara Lita menjerit kesakitan. Deri bergegas datang ingin menyelamatkan Lita. Deri berlutut memohon kepada Edzard sambil menangis agar Edzard melepaskan Lita.

“Tuan, tolong lepaskan putriku. Aku lah yang bersalah.” Ucap Deri memohon pada Edzard.

“Kau mau tau siapa yang sebenarnya bersalah dalam hal ini?” Kata Edzard duduk santai di kursinya.

Dengan jentikkan jari, Anton membawa Bobi yang sudah bersimbah darah karena sudah di hajar habis-habisan oleh Anton. Bobi yang sedang tak sadarkan diri di lemparkan begitu saja di hadapan Lita. Deri dan Lita terkejut melihat kondisi Bobi yang tertelungkup tak sadarkan diri.

“Dia, anakmu dan juga kau sudah berani menipuku.” Ujar Edzard penuh murka.

“Kumohon tuan, ampuni kami! Aku janji akan membayar hutangku dan tak akan pernah mengusikmu lagi.” Kata Deri memohon.

“Jebloskan si keparat ini ke dalam penjara!” Perintah Edzard kepada anak buahnya yang akan membawa Deri ke kantor polisi.

“Jangan jebloskan papaku ke dalam penjara!" Teriak Lita.

"Heh, apa kau takut jatuh miskin wanita licik?" Tanya Edzard pada Lita yang masih terikat dikursinya.

"Aku mohon berikan aku waktu untuk melunasi hutang papaku! Aku akan bekerja di perusahan papaku dan menghasilkan uang untuk mencicil hutang papaku." Kata Lita pada Edzard.

"Hahahaha, apa kau pikir perusahaan Deri itu berguna, hah?" Sahut Edzard tertawa dengan suara yang keras.

"Asal kau tau saja, perusahaan kecil milik papamu itu saja, tidak bisa melunasi semua hutangnya padaku. Apa kau pikir kau bisa memiliki perusahaan kecil itu lagi, hah? Jangan mimpi! Aku akan segera melenyapkannya." Sambung Edzard lagi.

"Lepaskan wanita licik itu dan biarkan ia pergi bersama dengan kekasih busuknya itu!" Perintah Edzard kepada orang-orang suruhannya.

Orang suruhan Edzard pun melepaskan ikatan tali pada tubuh Lita. Saat tali itu terlepas, Lita langsung menghampiri Bobi yang sudah tidak sadarkan diri lagi. Lita menangis dan menyesali perbuatannya yang telah menipu pria yang terkenal akan kekejamannya itu. Ia memeluk tubuh Bobi sambil menangis sejadi-jadinya.

 

Edzard pulang dengan rasa lelah di tubuhnya. Saat mobilnya melintas di halaman rumahnya, ia melihat Shafira sedang menyelamatkan seekor anak kucing yang terjepit di sela-sela pagar rumah.

“Sedang apa dia?” Gumam Edzard dalam hati seraya mendekati Shafira.

Shafira tak mengetahui kedatangan Edzard karena fokus pada kucing kecil itu.

“Kasihan sekali kau! Aku akan menyelamatkanmu. Sabar ya, kucing kecil." Ucap Shafira pada kucing itu.

Setelah berusaha dengan keras akhirnya Shafira berhasil menyelamatkan kucing itu dan menggendongnya sambil berbalik berhadapan dengan Edzard yang sedari tadi melihatnya.

“Ttuu..ttuuann!” Ucap Shafira terkejut menatap Edzard.

“Pelayan!” Teriak Edzard memanggil pelayan dirumahnya.

“Iya tuan.” Sahut pelayan itu.

“Buang kucing kotor itu! Aku tidak suka ada hewan liar dirumahku.” Ujar Edzard yang terus menatap tajam Shafira.

“Baik tuan.” Kata pelayan seraya mengambil kucing yang ada dalam dekapan Shafira.

“Dan kau, pergi bersihkan dirimu! Aku akan datang ke kamarmu malam ini.” Kata Edzard kepada Shafira yang masih mematung disana.

Mendengar perkataan Edzard, Shafira mengerti yang dimaksud dengannya. Edzard menginginkan tubuhnya lagi. Shafira kembali ke kamar dan mengunci kamarnya itu. Ia tak mau melayani Edzard yang berlaku kasar dan semena-mena terhadapnya.

Beberapa jam kemudian, Shafira mendengar suara derap langkah kaki mendekati kamarnya. Ia tau Edzard datang untuk menemuinya. Shafira duduk di ranjang sambil meringkuk ketakutan akan kebuasan Edzard.

“Shafira, buka pintunya!” Panggil Edzard sambil menggedor pintu kamar.

Tidak sahutan dari Shafira membuat Edzard kesal.

“Aku bilang buka, Shafira!” Teriak Edzard dengan luapan emosi.

Masih tak ada sahutan dari Shafira.

“Pelayan! Bawakan kunci cadangan kesini.” Teriak Edzard pada pelayan.

Setelah mendapatkan kuncinya, Edzard membuka pintunya dan langsung mencengkram tubuh Shafira yang berdiri di sudut ruangan sambil menatapnya ketakutan.

“Berani sekali kau membuatku kesal!” Ucap Edzard pada Shafira.

“Tuan maafkan aku! Aku mohon!” Kata Shafira menangis.

“Apa kau ingin aku menyiksamu seperti sepupumu itu, hah?” Ujar Edzard yang membuat Shafira terkejut.

“Apa maksudmu tuan?” Tanya Shafira terbata-bata.

“Aku sudah tau semuanya! Orang yang bermain api denganku pasti akan mati terbakar.” Sahutnya masih mencengkram tubuh Shafira.

Shafira semakin ketakukan pada Edzard yang telah mengetahui kebohongan yang menyangkut akan dirinya.

“Tuan, ku mohon lepaskan aku.” Pinta Shafira kepada Edzard.

“Kau sendiri yang datang dan masuk kerumahku, sampai kapanpun kau tidak akan bisa keluar lagi dari sini.” Sahut Edzard.

“Aku dengar kau sangat menyayangi ibunya Bobi, apa aku perlu berbuat sesuatu juga padanya?” Sambung Edzard lagi mengancam Shafira.

“Tuan aku mohon, jangan libatkan tante Ani dalam masalah ini!” Ucap Shafira.

“Kau harus membayar semua perbuatanmu, karena berani ikut menipuku.” Bentak Edzard pada Shafira.

“Aku terpaksa melakukannya. Aku di ancam oleh Bobi dan Lita.” Kata Shafira menangis ketakutan.

“\Aku tidak perduli! Dimataku kau sama saja dengan mereka.” Bentak Edzard.

Shafira berontak dan berusaha terlepas dari cengkraman tangan Edzard. Ia menggigit tangan Edzard dengan kuat hingga berdarah. Tubuhnya pun terlepas dari cengkramana Edzard yang mengerang kesakitan. Shafira berlari keluar dari kamar dan dengan cepat menuruni anak tangga. Ia berusaha melarikan diri dari rumah itu.

“Shafira! Aku akan melakukan sesuatu pada tantemu kalau kau berani melarikan diri.” Teriak Edzard yang menghentikan langkah Shafira.

“Selangkah kau keluar dari rumah ini, akan aku habisi dia.” Ancam Edzard.

Shafira bingung harus berbuat apa. Ia ingin lari dari genggaman Edzard, tapi ia tidak ingin tante Ani menjadi korban dari prahara ini. Shafira melangkah kembali ke arah Edzard yang masih berdiri di tangga.

“Ku mohon tuan, jangan sakiti tanteku.” Pinta Shafira berlutut dihadapannya.

“Cuma dia yang aku miliki di dunia ini.” Ucapnya lagi memohon.

“Kalau kau ingin tantemu selamat, turuti semua perintahku!” Kata Edzard pada Shafira.

“Baiklah tuan, aku akan menuruti semua yang inginkan.” Sahut Shafira.

Mau tak mau Shafira mengalah, demi ketenangan hidup tante Ani yang sudah dianggapnya seperti ibunya sendiri. Kemudian Edzard menyeret Shafira masuk ke dalam kamar lagi dan membawanya ke ranjang.

“Aku ingin kau segera melahirkan anak untukku!” Bisik Edzard yang sebenarnya terobsesi akan tubuh Shafira.

"Tapi tuan......

"Jangan membantahku lagi! Tugasmu adalah memberikan keturunan untukku. Setelah kau melahirkan seorang anak untukku, maka kau akan aku lepaskan!" Kata Edzard pada Shafira.

Seakan menenggak pil pahit, Shafira pun pasrah melakukan apa yang Edzard minta. Shafira tidak memiliki jalan lain, selain menuruti perintah Edzard. Shafira naik kepangkuan Edzard dan mulai membuka satu persatu kancing piyama yang Edzard gunakan malam itu. Sementara Edzard terus memandangi wajah Shafira. Lalu Shafira mengecup bibir Edzard dengan lembut dan di balas oleh Edzard mengukuti ciuman Shafira.

“Sialan! Manis sekali bibirnya.” Gumam Edzard dalam hatinya.

Setelah melepaskan dahaganya, Edzard tertidur di samping Shafira yang enggan memejamkan matanya. Air matanya terus tumpah seakan tak terhenti. Edzard terus memeluknya dalam tidur yang nyenyak membuat Shafira tidak bisa beranjak pergi kemanapun. Sampai akhirnya Shafira juga ikut tidur karena lelah menangis.

Keesokan paginya, Shafira bangun dan melihat Edzard yang masih tidur di sampingnya. Pelan-pelan ia melepaskan tangan Edzard yang membalut tubuhnya. Seketika Edzard bangun membelalakkan matanya menatap Shafira.

“Apa kau ingin lari?” Tanya Edzard kepada Shafira dengan nada datar.

“Tuan, aku hanya ingin mandi.” Jawab Shafira.

“Setelah itu aku akan membantu bu Yati membuat sarapan.” Sambungnya lagi.

“Disini kau bukan pelayan! Apa kau mengerti?” Bentak Edzard.

“Statusmu adalah sebagai wanitaku yang akan melahirkan anak untukku, kau hanya akan melayaniku saja.” Ucap Edzard yang membuat hati Shafira hancur.

“Baiklah tuan.” Sahut Shafira.

“Jangan panggil aku tuan, panggil aku dengan namaku saja!” Teriak Edzard kesal.

“Iii..iya.” Kata Shafira terpaksa.

“Bagus! Jangan pernah melarikan diri lagi! Apa kau dengar?” Bentak Edzard.

Shafira berlari ke kamar mandi dan menangis sejadi–jadinya di dalam kamar mandi itu. Ia kesal kepada takdir yang membawanya ke dalam genggaman Edzard.

 

*****

Diruang kerjanya, Edzard sedang berbicara kepada orang suruhannya di telepon.

“Apa kau menemukan petunjuk? Tanya Edzard.

“Belum tuan. Kami akan terus berusaha mencarinya.” Sahutnya.

Setelah menutup teleponnya, Edzard menghela nafas panjang.

“Dimana dia? Kenapa dia hilang bagai di telan bumi?” Gumam Edzard.

Tak lama kemudian Anton masuk ke dalam ruangan Edzard.

“Kenapa kau?” Tanya Anton melihat Edzard sedang frustasi.

“Tidak ada petunjuk darinya, bertahun-tahun aku mencarinya, tapi nihil.” Jawab Edzard.

“Kau masih mencari gadis yang dulu pernah kau ceritakan padaku?” Tanya Anton.

“Iya! Karena dia lah aku masih hidup hingga sekarang.” Jawab Edzard.

“Itu terlalu sulit, bahkan kau tidak tau wajah gadis itu.” Ujar Anton.

“Malam itu sangat gelap, aku tak dapat melihat wajahnya.” Kata Edzard mengingat kejadian pada saat ia di culik 6 tahun yang lalu.

Edzard di culik oleh orang yang memiliki dendam kepada orang tuanya. Saat di culik, Edzard di siksa hingga menimbulkan bekas luka di punggungnya dan trauma berat pada dirinya. Edzard bisa kabur karena bantuan dari seorang gadis tidak sengaja menemukannya di sebuah gudang dekat perkampungan kecil. Edzard tidak bisa melihat wajah sang gadis dengan cermat karena kondisi gudang yang sangat gelap. Edzard hanya melihat seuntai kalung yang ada di leher gadis itu. Kalung liontin yang berbentuk sepasang sepatu. Hanya itu yang bisa dia ingat.

Edzard berusaha mencari gadis itu setelah dia selamat dan kembali kerumahnya. Namun saat ia kembali ke perkampungan kecil itu, kebakaran besar terjadi di sana dan banyak menewaskan orang, bahkan sampai ada yang tidak dapat di kenali lagi. Sampai di situ, Edzard tak pernah berputus asa, ia terus mencarinya hingga sekarang.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Jfn bilang kalo itu Shafira..

2023-07-31

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Haih raasain kau Bobi mampus aja bagus,Hidup juga gak berguna..😡

2023-07-31

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Mungkin dr sini kelhilafan Edzard,Nih cewek ntar yg jd penghalang antara Edzard dan Syafira,,percaya deh..

2023-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!