Setelah lama di rawat dirumah sakit, akhirnya Shafira diperbolehkan pulang oleh dokter. Edzard menjemput Shafira bersama Anton sahabatnya Edzard. Selama Edzard menjadikan Shafira sebagai wanitanya, Anton belum pernah berkenalan dengan Shafira.
“Pantas saja kau betah dengannya, ternyata dia wanita yang cantik.” Kata Anton berbisik pada Edzard.
“Diamlah!” Sahut Edzard kesal.
“Eeemm, Shafira apa kau bahagia tinggal dirumah mewah bersama dengan sahabatku ini? Hehehe.” Tanya Anton.
“Senang dari mana coba? Hampir setiap hari aku ingin kabur darinya.” Ucap Shafira dalam hatinya.
“Biasa saja!” Jawab Shafira yang sedang mengepak baju-bajunya.
“Ppppfftt, katanya biasa saja! Dia tertekan denganmu, zard.” Bisik Anton pada Edzard sambil menahan tawanya.
“Kenapa kalian tidak menikah saja?” Tanya Anton lagi menguji kesabaran Edzard.
“Siapa yang ingin menikah dengan pria kejam itu? Menyebalkan!” Gerutu Shafira dengan suara pelan.
“Cepatlah!” Teriak Edzard menahan kesal kepada Shafira yang lama mengepak pakaiannya.
“Iya, tunggu sebentar.” Balas Shafira pada Edzard.
“Sepertinya wanita ini memiliki daya tarik yang beda. Makanya Edzard tak ingin melepaskan dia. Hehehe.” Gumam Anton dalam hatinya sambil menatap Shafira.
Selesai membereskan pakaiannya, Shafira pun kembali pulang ke rumah mewah yang bagaikan nereka baginya bersama dengan Edzard dan juga Anton. Tak lama kemudian, mereka pun sampai dirumah. Shafira langsung masuk ke dalam kamarnya dan beristirahat di temani oleh Mirna sang pelayan yang setia padanya.
“Nona, saat aku mendengar peristiwa yang terjadi denganmu, rasanya aku mau pingsan saja.” Kata Mirna pada Shafira.
“Kau sangat berani, nona!” Seru Mirna.
“Iya, sampai sekarang aku bahkan tidak percaya kalau aku melindungi orang yang sering menyiksa kehidupanku.” Sahut Shafira.
“Nona, apa kau tidak tertarik pada tuan Edzard sedikitpun? Walaupun ia terkenal kejam, namun dia pria yang sangat tampan dan juga kaya.” Kata Mirna.
“Mirna! Edzard itu memang tampan dan juga kaya. tapi dia tetap saja pria yang kejam! Dia selalu saja menyiksa batinku selama berbulan-bulan lamanya. Aku bahkan tidak diizinkannya untuk keluar rumah yang bagaikan neraka ini." Sahut Shafira.
"Lantas kau suka pria yang bagaimana?" Tanya Mirna pada Shafira.
"Aku suka pria yang lembut dan penyayang. Aku tak perlu tampan dan kaya! Aku hanya perlu cinta yang tulus dari pria itu." Sahut Shafira.
"Hah! Seandainya saja aku tidak di jebak oleh sepupuku itu, mungkin saat ini aku sudah menemukan pria yang tulus dan bersikap lembut padaku." Sambung Shafira mengkhayal. Sangking terlananya dengan khayalannya itu, Shafira tak menyadari bahwa Edzard telah berada di dalam kamar itu sambil menatapnya.Sedangkan Mirna mengendap-endap pergi kabur dari kamar tersebut.
"Oh, jadi kau menyukai pria yang lemah lembut!" Ucap Edzard yang membuat Shafira kaget dan khayalannya buyar seketika.
"Dia mendengarnya." Gumam Shafira dalam hatinya dan tak berani membalas tatapan Edzard.
"Huh! Si Mirna main kabur-kabur saja dia!" Gerutu Shafira.
"Ada apa?" Tanya Shafira.
“Shafira, aku akan memberimu satu permintaan karena kau telah menyelamatkan nyawaku.” Kata Edzard pada Shafira.
“Kau mau apa? Uang, perhiasan atau tas-tas mahal?” Tanya Edzard.
“Aku hanya ingin kebebasanku yang seperti dulu!” Sahut Shafira.
"Tidak akan kuberikan!" Kata Edzard.
"Aku tidak tahan lagi dengannya!" Gumam Shafira kesal dalam hatinya.
"Bukannya kau sendiri yang bilang kau akan mengabulkan satu permintaanku karena sudah menyelamatkanmu! Lantas mengapa kau malah mengingkarinya?" Kata Shafira geram.
"Minta yang lain!" Kata Edzard.
“Hanya itu keinginanku! Apa kau bisa mengabulkan permintaanku, wahai jin iprit?” Teriak Shafira kesal sembari menjuluki Edzard sebagai jin iprit.
“Kurang ajar! Dia bilang aku jin iprit!” Umpat Edzard dalam hatinya menahan amarahnya pada Shafira yang baru sembuh dari sakit.
“Hahahaha. Maaf kan aku jin iprit, eh zard! Aku menguping kalian.” Kata Anton yang ternyata diam-diam menguping dari balik pintu sambil tertawa terpingkal-pingkal.
“Pergi sana! Mengganggu saja.” Teriak Edzard pada Anton.
“Baiklah, aku pulang ya! Hahahahaha.” Sahut Anton yang tak berhenti tertawa sambil melangkah pergi dari kediaman Edzard
Edzard kembali menatap Shafira yang duduk bersandar di sisi ranjang tidurnya.
“Kalau kau mau kebebasan, kau harus tanda tangani surat perjanjian di antara kita.” Kata Edzard seraya, memberikan berkas.
“Aku malas membacanya, isinya sudah pasti keuntunganmu saja.” Sahut Shafira menolak untuk melihat berkas-berkas itu.
“Aku tidak mau tanda tangan.” Sambung Shafira lagi.
“Baiklah, terserah kau! Apa kau tidak merindukan tantemu, hah?” Tanya Edzard dengan liciknya.
“Baiklah, akan aku tanda tangani.” Sahut Shafira yang selalu kalah dengan Edzard.
Tanpa membaca isi surat perjanjian, Shafira langsung menandatanganinya. Ia ingin segera pergi menemui tantenya yang sudah berbulan-bulan terpisah jauh dengannya.
“Baiklah, kau boleh pergi kemana saja, asalkan supir pribadiku yang mengantarmu.” Kata Edzard.
“Aku bisa pergi sendiri.” Sahut Shafira.
“Jangan membantah, semua peraturan ada disini.” Kata Edzard menunjukkan kertas perjanjian itu.
“Ini, aku berikan padamu salinannya, agar kau bisa memahami isi perjanjian kita.” Sambung Edzard pada Shafira dengan pandangan mata yang licik.
Lalu Shafira bergegas pergi menemui tantenya di antarkan oleh supir pribadi Edzard yang di tugaskan untuk mengantar Shafira pergi kemana saja. Di dalam perjalanan menuju rumah tantenya, ia membaca isi perjanjiannya dengan Edzard.
Isi perjanjian.
1. Shafira boleh kemana saja\, asalkan masih di sekitaran kota tersebut dan di antarkan oleh supir yang di sediakan. Jika tidak bersedia maka akan dihukum oleh Edzard.
2. Tidak boleh terlambat kembali kerumah\, kalau terlambat akan dihukum oleh Edzard.
3. Harus tunduk dan patuh kepada Edzard\, kalau tidak mau patu dan menurut maka akan dihukum oleh Edzard.
4. Tidak boleh bertemu dengan pria lain selain Edzard\, jika ketahuan bertemu dengan pria lain maka akan dihukum oleh Edzard.
5. Bla…bla….bla….bla……
Puluhan isi perjanjian, jika dilanggar konsekuensinya adalah akan dihukum oleh Edzard. Saat membacanya Shafira meradang.
“Hah! Sudahj kuduga, isi perjanjian ini hanya akan menguntungkan dirinya saja." Ucap Shafira menghela nafas panjang sekaligus pasrah.
*****
Tibalah Shafira di rumah sang tante yang sedang menjemur pakaian di halaman belakang. Rumah sederhana yang sangat ia rindukan.
“Tante!” Sapa Shafira kepada tante Ani.
“Oh, Tuhan! Shafira, kau kembali nak.” Sahut tante Ani terharu memeluk keponakannya yang dirinduinya.
“Tante maafkan aku, selama ini aku tidak memberimu kabar.” Kata Shafira.
“Tidak apa-apa! Yang penting sekarang kau sudah kembali." Sahut tante Ani.
"Shafira, tante tau semua yang dilakukan oleh Bobi terhadapmu!" Kata tante Ani yang membuat Shafira terkejut.
“Tante tau?” Ucap Shafira kaget.
“Iya nak, aku tau semuanya.” Sahut sang tante sambil terisak menangis.
“Biarkan Bobi mati, aku bahkan tak sudi menganggapnya anakku lagi.” Ujar tante Ani kesal.
“Tante jangan katakan itu.” Ucap Shafira.
“Bobi sudah membuat hidupmu menderita! Ia menjadikanmu wanita simpanan dari pria yang kejam itu.” Kata tante Ani.
“Tidak mengapa tante, yang penting sekarang aku lega bisa melihat tante baik-baik saja.” Kata Shafira tersenyum bahagia memeluk tante Ani.
“Nak, pergilah yang jauh dari pria kejam itu! Aku ada sedikit uang dan kalung ini adalah pemberian dari ibumu yang sempat aku gadaikan dulu.” Kata tante Ani menyerahkan sebuah kalung liontin kepada Shafira.
“Ambil lah semua ini, dan pergilah yang jauh, agar kau tidak menderita lagi hidup dengannya.” Sambung sang tante.
“Tante, dengarkan aku. Aku baik-baik saja! Pria itu baik padaku.” Kata Shafira dusta agar tante Ani tidak khawatir padanya.
“Tante simpanlah uangmu, aku hanya akan membawa kalung peninggalan ibuku saja.” Katanya lagi.
“Nak, janganlah marah padaku karena aku melahirkan seorang putra yang membuatmu menderita.” Ucap tante Ani kembali menangis.
“Tidak, aku menyayangimu tante! Hanya kau yang aku miliki di dunia ini.” Kata Shafira memeluk tantenya.
“Terima kasih nak, kau sungguh anak yang baik.” Sahut tante Ani.
Shafira dan tante berbincang lama melepas kerinduan yang selama berbulan-bulan tidak bertemu. Sore harinya Shafira pamit dan kembali kerumah Edzard. Shafira tidak ingin melanggar perjanjian mereka, karena takut oleh ancaman Edzard di dalam perjanjian itu. Sampai dirumah, ternyata Edzard telah menunggu di kamar Shafira.
“Akhirnya kau kembali.” Kata Edzard yang berbaring di ranjang kamar Shafira.
“Kau sedang apa di kamar ini?” Tanya Shafira takut mendekati Edzard.
“Apa kau tidak membaca isi perjanjian kita?” Kata Edzard balik bertanya.
“Aadduuhh, aku lupa kalau aku harus panggil dia "sayangku" dan sambil tersenyum, atau dia akan menghukumku nanti.” Ucap Shafira dalam hatinya.
“Sayangku, sedang apa kau disini?” Tanya Shafira dengan senyuman terpaksa.
“Heh, karena kau telah melanggar perjanjian, maka aku akan menghukum mu sekarang!” Bisik Edzard yang langsung menerkam tubuh Shafira.
"Kau mau apa?" Tanya Shafira ketakutan.
"Menurutmu?" Sahut Edzard dengan senyuman liciknya.
"Jangan lakukan!" Kata Shafira.
"Kenapa? Kau tidak berhak menolak!" Sahut Edzard.
"Aku sedang datang bulan." Ucap Shafira yang membuat Edzard langsung bangun dan menjauhinya.
"Kali ini aku melepaskanmu! Tapi jika kau melanggar perjanjian kita lagi, maka aku tak akan segan menghukum mu!" Kata Edzard sembari melangkah keluar dari kamar Shafira.
"Hhuufffttt! Hampir saja." Ucap Shafira bernafas lega.
Setelah keluar dari kamar Shafira, Edzard duduk di balkon kamarnya sambil menikmati hembusan angin malam. Ia teringat perkataan Shafira yang mengatakan bahwa dirinya sedang datang bulan.
"Hampir setahun dia bersamaku! Aku juga sering melakukan hal itu terhadapnya. Tapi kenapa sampai sekarang Shafira tak kunjung hamil?" Pikir Edzard.
"Apa dia wanita mandul?" Pikir Edzrad lagi.
Keesokan harinya, Edzard menyuruh pelayan untuk memanggil Shafira agar makan siang bersamanya di ruang makan. Shafira pun turun dan menuruti keinginan Edzard, karena hal itu sudah terlampir di dalam surat perjanjian mereka.
“Shafira! Hampir setahun kau tinggal bersamaku, dan kenapa hingga sekarang kau tak kunjung hamil?" Tanya Edzard dengan nada dinginnya.
"Uhuk...uhuk....uhuk...." Shafira kaget akan pertanyaan Edzard dan membuatnya tersedak makanan. Sementara Mirna gemetar ketakutan sambil menghindar dan menjauh dari ruang makan itu. Edzard menatap Shafira yang tampak gugup dan juga Mirna yang berusaha untuk kabur.
"Kenapa kau gugup?" Tanya Edzard mencurigai Shafira.
"Aku tidak hati-hati saat makan, makanya aku tersedak." Sahut Shafira berusaha untuk menutupi kegugupannya di depan Edzard.
"Apa kau sedang melakukan sesuatu di belakangku, Shafira?" Tanya Edzard.
"Ti....ti..tidak!" Sahutnya.
"Kalau kau tidak melakukan apapun dibelakangku, lantas kenapa kau berkeringat dingin seperti ini?" Bentak Edzard.
Shafira hanya diam dan menundukkan wajahnya serta ketakutan.
"Kenapa kau belum hamil juga, hah?" Tanya Edzard seraya mencengkram lengan Shafira dengan kuat.
"Aku...aku tak ingin mengandung bayimu!" Sahut Shafira.
Mendengar jawaban Shafira, membuat Edzard begitu murka. Ingin rasanya Edzard menelan Shafira hidup-hidup. Namun saat melihat air mata yang menetes di pipi Shafira, menghilangkan kemurkaan si pria kejam itu. Edzard pun melepaskan cengkramannya dan berlalu keluar dari ruang makan itu sambil berdengus kesal. Shafira hanya menangis karena ketakutan pada Edzard yang hampir saja ingin berbuat kasar padanya.
Edzard pergi mengendarai mobil mewahnya untuk menghilangkan rasa kesalnya terhadap ucapan Shafira yang tak mau memberikan keturunan untuknya. Selama di perjalanan, Edzard terus berdecak kesal dan menggerutu tak jelas sangking kesalnya. Edzard meraih ponselnya dan segera menghubungi Anton.
"Anton! Kau dimana?" Tanya Edzard.
"Aku di apartemenku." Sahutnya.
"Aku akan kesana sekarang." Kata Edzard.
"Iya." Sahut Anton.
Edzard pun tancap gas dan pergi menemui Anton yang sedang bermalas-malasan di apartemennya berhubung hari itu adalah hari libur. Tak lama berselang, Edzard pun tiba di apartemen sahabatnya itu. Ia masuk dan melihat Anton sedang bermain game sambil menikmati cemilan.
"Kau kenapa lagi? Wajahmu selalu saja di tekuk seperti itu!" Tanya Anton pada Edzard.
"Shafira tidak mau mengandung bayiku!" Sahut Edzard.
"Ya iyalah! Shafira itu wanita baik-baik. Mana mungkin dia mau hamil diluar nikah." Kata Anton.
"Tapi dia wanitaku! Aku menginginkan keturunan tanpa harus adanya embel-embel pernikahan." Kata Edzard.
"Kalau kau mau seperti itu, jadikan Anggi sebagai wanitamu. Aku yakin dia mau melahirkan anak yang banyak untukmu tanpa harus terikat pada sebuah pernikahan." Sahut Anton.
"Anggi itu wanita penghibur! Aku tak mungkin membuat garis keturunan untuk anakku dengan wanita seperti itu." Kata Edzard.
"Hei, di dunia ini, tidak ada satupun wanita baik-baik yang mau seperti yang kau inginkan itu! Jika kau ingin segera memiliki keturunan, jalan satu-satunya adalah dengan menikah." Kata Anton.
"Pernikahan itu ribet! Aku benci pernikahan." Sahut Edzard.
"Terserah kau." Ujar Anton.
"Jika kau tak mau menikahi Shafira, berikan saja dia padaku, aku mau menikahinya! Hehehe." Kata Anton cengengesan.
"Mati saja kau sana!" Ujar Edzard kesal pada sahabatnya itu.
Sepanjang hari, Edzard memikirkan perkataan Anton padanya mengenai pernikahan. Edzard merasa sedikit kegalauan mengenai hal tersebut.
"Haruskah aku menikahinya agar Shafira mau melahirkan seorang keturunan untukku?" Gumam Edzard dalam hatinya.
Saat sedang merasakan kegundahannya itu, tiba-tiba Edzard mendengar suara tawa seorang pria yang begitu familiar di telinganya.
"Hah! Ayah datang lagi." Gumam Edzard menghela nafas panjang.
Edzard pun menghampiri ayahnya yang ternyata saat itu sedang berbincang bersama Shafira di ruang tengah. Edzard menghentikan langkahnya dan bersembunyi di balik tembok saat ia mendengar permohonan Gani yang memninta Shafira mau menikah dengan Edzard.
"Nak, aku sudah terlanjur menyukaimu untuk menjadi menantuku! Aku tau kau wanita baik-baik. Semua pelayan dirumah ini selalu menceritakan hal yang baik tentang dirimu. Maka dari itu, mau kah kau menikah dengan putraku?" Pinta Gani pada Shafira.
"Tapi tuan, aku dan Edzard tidak saling........
"Kami akan segera menikah, ayah!" Kata Edzard yang tiba-tiba muncul di ruang tengah itu.
"Benarkah?" Tanya Gani.
"Iya! Aku akan segera menikahi Shafira." Jawab Edzard yang membuat Shafira terkejut.
Shafira hanya bisa diam dan tertunduk lesu mendengar perkataan Edzard yang berniat untuk segera menikahinya.
"Ya Tuhan! Apa lagi rencana pria kejam ini kepadaku?" Gumam Shafira dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Anton selalu benar👍🏻👍🏻👍🏻 Shafira itu wanita baik2,mana mau dia hamil anak luar nikah,Dasar pria gila..
2023-07-31
0
Qaisaa Nazarudin
Nah itu pasti kalung yg Edzard liat waktu Shafira menyelamatkan nya waktu itu..
2023-07-31
0
Qaisaa Nazarudin
Sama aja bohong 🤣🤣🤣
Makanya lain kali baca dulu,ogeb..🤦🏻♀️🤦🏻♀️
2023-07-31
0