KERINDUAN SHAFIRA

Sudah 8 bulan usia kandungan Shafira yang kini berada di paris. Eva dan Gani selalu mendampingi Shafira dengan baik. Eva selalu membawa Shafira untuk pergi kontrol rutin memeriksa kandungannya. Gani harap-harap cemas menantikan kelahiran cucunya. Ia semakin tidak sabaran ingin menimang cucunya di dalam dekapannya itu.

Di dalam kamarnya, Shafira berbaring di atas ranjang. Ia mengelus perutnya seakan berbincang dengan anak yang ada di dalam rahimnya itu.

“Nak, apa kau tau? Aku sangat merindukan ayahmu! Aku sangat khawatir padanya di sana! Aku sangat ingin memeluknya saat ini.” Ucap Shafira.

“Edzard, aku sangat merindukanmu! Aku sangat ingin segera bertemu denganmu.” Kata Shafira lagi memandangi foto Edzard yang di kirim oleh Rendi padanya.

Tak terasa air matanya membasahi wajahnya. Shafira tak mampu menahan rasa rindunya terhadap Edzard yang sangat ia cintai itu.

“Aku akan membalas semua orang yang membuatku dan anakku terpisah dari Edzard! Kalian tunggu saja tante Ani dan Bobi, kalian akan membayar semua yang kau lakukan padaku.” Kata Shafira penuh dendam dan amarahnya.

Anton dan Rendi terus menyelidiki tante Ani dan mereka sangat begitu penasaran dengan Bobi yang katanya masih hidup. Siang hari mereka pergi ke salah satu rumah sakit jiwa yang ada di kotanya. Menurut info yang di berikan oleh anak buah Anton, Lita yang memang masih hidup sedang di rawat di rumah sakit jiwa tersebut.

“Itu Lita! Wanita yang seharusnya terlibat dengan Edzard!” Kata Anton pada Rendi.

“Dia menjadi gila karena kehilangan semua kesenangannya setelah ayahnya di penjarakan oleh Edzard.” Sambung Anton.

“Cukup tragis hidupnya!” Sahut Rendi melihat Lita yang duduk diam dengan uraian air mata.

“Iya, kita mengenal sikap kejam Edzard! Begitulah akhirnya saat ada yang berani melawan Edzard.” Kata Anton.

Kemudian, Anton bertanya pada seorang dokter di rumah sakit jiwa itu mengenai Lita.

“Dokter, apa Lita bisa di ajak komunikasi?” Tanya Anton.

“Sesekali ia hanya mengekspresikan melalui wajahnya saja, ia tidak pernah berbicara selama dibawa kesini.” Kata Dokter.

“Apa kami bloeh menemuinya secara dekat?” Tanya Rendi.

“Tentu saja, tapi jangan membuatnya merasa tertekan.” Kata Dokter itu lagi.

Kemudian Rendi dan Anton menemui Lita secara dekat. Mereka duduk berhadapan dengan Lita.

“Apa kau mengenalku?” Tanya Anton pada Lita.

Lita hanya diam dan menatap Anton.

“Kau masih ingat pada Bobi?” Tanya Rendi.

Mendengar ucapan Rendi, Lita menjerit ketakutan. Ia memukul dirinya sendiri dan terus berteriak dan berlari ke sudut ruangan.

“Maaf tuan, pasien merasa tertekan saat ini.” Kata Dokter.

Kemudian Dokter memberikan suntikan obat penenang untuk Lita. Rendi dan Anton keluar dari rumah sakit jiwa itu dengan tangan kosong. Mereka berniat untuk mendapatkan informasi dari Lita mengenai Bobi yang katanya masih hidup. Namun semuanya sia-sia. Mereka tak bisa mengajak Lita berbicara karena kondisi kejiwaannya yang sangat parah. Akhirnya mereka mendapatkan informasi dari anak buah Rendi yang selalu mengintai di rumah tante Ani. Mereka ingin tau siapa yang keluar masuk kedalam rumah tante Ani.

“Tuan, ada kabar bagus!” Kata anak buah Rendi.

“Apa itu?” Tanya Rendi.

“Ada seorang wanita yang masuk ke dalam rumah tante Ani, gerak-geriknya sangat mencurigakan! Aku berhasil mencari tau bahwa wanita itu adalah mantan kekasih tuan Edzard, yaitu Tina.” Katanya lagi.

“Benar, seperti dugaanku! Tina bersekongkol dengan tante Ani dan juga Bobi untuk menjebak Shafira.” Sahut Rendi.

“Tuan, Tina membawa tante Ani pergi dari rumah itu.” Kata anak buahnya lagi.

“Apa kau melihat ada seorang pria yang ikut pada mereka?” Tanya Rendi.

“Tidak tuan, mereka hanya berdua saja.” Jawab anak buahnya itu lagi.

“Ikuti mereka, beri tau aku kemana mereka pergi.” Perintah Rendi.

“Baik tuan.” Sahutnya.

Setelah menutup teleponnya, Anton bertanya pada Rendi.

“Apa ada informasi terbaru??” tanya Anton.

“Sesuai dugaan, Tina lah yang berada di balik semua ini.” Kata Rendi.

“Tetap rahasiakan ini dari Edzard, kalau tidak dia akan mengacaukan semua rencana kita.” Sahut Anton.

“Oke.” Sambung Rendi.

“Aku akan mengumpulkan semua bukti bahwa Shafira tidak mengkhianati Edzard, setelah semuanya terungkap, aku akan mengatakan pada Edzard yang sebenarnya.” Kata Rendi.

Tak lama berselang mereka meninggalkan rumah sakit jiwa itu, Rendi kembali mendapatkan informasi bahwa Tina membawa tante Ani ke sebuah apartemen mewah yang di miliki oleh Tina. Tina berusaha menyembunyikan tante Ani agar perbuatan jahatnya tidak tercium oleh Edzard.

Disisi lain Edzard ang terus berusaha mencari Shafira mendatangi rumah tante Ani. Disana ia melihat rumah jelek yang sudah tidak di tempati lagi. Pencariannya seakan buntu mengetahui kalau tante Ani sudah tidak berada di rumah itu lagi.

 

*****

Di paris, Shafira sedang berbelanja banyak perlengkapan bayi bersama Eva di salah satu mall.

“Lihatlah ini, Shafira! Semuanya sangat menggemaskan.” Seru Eva yang sangat antusias menunggu kelahiran anak Edzard.

“Iya, kau benar Eva! Dia pasti sangat tampan seperti ayahnya jika memakai pakaian itu nanti.” Sahut Shafira dengan raut wajah yang sedih.

“Hei, jangan rubah mood mu saat aku sedang bersemangat seperti ini.” Kata Eva.

“Eva, semua perlengkapan bayi terlalu banyak! Ini lebih dari cukup.” Kata Shafira.

“Tenanglah, keluarga dari anakmu itu sangat kaya! Mereka banyak memiliki uang! Kalau kita menghabiskan milyaran uang untuk nya itu tidak akan jadi masalah.” Sahut Eva yang terus memilih pakaian bayi.

“Terserah kau saja lah Eva, jika berbicara padamu memang sulit untuk menang.” Ujar Shafira.

“Hahahaha! Aku wanita yang hebat bukan.” Sahut Eva tertawa puas.

Shafira menjalani harinya dengan tak sabaran untuk menantikan kelahiran sang buah cinta dengan Edzard. Malam hari saat Eva dan Gani pergi ke sebuah pesta, Shafira merasakan mulas terhadap perutnya. Ia gelisah karena mulas yang ia rasakan semakin kuat di perutnya.

“Apa sudah saatnya kau akan lahir, nak?” Gumam Shafira yang menahan rasa sakitnya.

Dengan segera ia keluar dari kamarnya, dan memanggil pelayan untuk menolongnya kerumah sakit. Saat ia berjalan, darah mengalir dari kedua kakinya. Rasa sakit yang luar biasa kini di rasakan olehnya.

“Aaarrrgghhh!” Teriak Shafira menahan rasa sakit.

“Nyonya, kau akan melahirkan!” Seru pelayan itu.

Kemudian Shafira di larikan kerumah sakit untuk menjalani proses persalinan. Eva dan Gani bergegas menuju ke rumah sakit itu setelah mendapatkan telepon dari pelayan rumahnya. Di ruang bersalin, Shafira mengerang kesakitan karena kontraksi yang ia rasakan pada perutnya. Eva menemaninya di dalam ruangan itu.

“Aaarrggghhh, sakit sekali!” Teriak Shafira.

“Sabarlah Shafira.” Sahut Eva menggenggam tangan Shafira.

“Aaarrggghhh, Edzard!” Teriak Shafira sambil menekan bayinya yang akan segera lahir kedunia.

Kemudian keluarlah bayi mungil dengan tangisan yang sangat kencang di tengah malam yang sunyi itu di salah satu rumah sakit di paris. Bayi itu berjenis kelamin laki-laki yang di beri nama oleh sang kakek yaitu Ezra gabungan dari nama kedua orang tuanya.

Diatas ranjangnya, Edzard bermimpi buruk, nafasnya terasa sesak ketika ia terbangun dari mimpi buruknya. Ia bermimpi tentang Shafira yang sedang kesakitan memegang perutnya. Di dalam mimpinya ia sangat jelas melihat raut wajah Shafira.

“Aku sangat merindukannya! Dimana kau Shafira?” Gumam Edzard yang tak bisa tertidur lagi malam itu.

Disisi lain, Gani dan Eva sangat bahagia melihat Ezra yang kini berada dalam dekapan Shafira. Shafira sangat terharu melihat wajah bayinya yang sangat mirip dengan Edzard pria yang ia rindukan.

“Lihatlah, alis matanya tebal seperti Edzard.” Kata Eva.

“Iya, aku masih ingat saat Edzard lahir! Seperti ini lah rupanya wajah Ezra sangat mirip dengan Edzard.” Sahut Gani yang nangis bombai sangking terharunya.

“Oh, sayang! Kau sudah menjadi kakek-kakek sekarang.” Kata Eva memeluk Gani.

Shafira terus menatap bayi mungilnya itu dengan perasaan yang sangat bahagia bercampur sedih. Karena saat dia melahirkan buah cintanya, Edzard tak mendampinginya.

“Aku akan menjadi ibu yang baik untukmu.” Ucap Shafira yang tak dapat menahan air matanya.

Di kantornya, Edzard bertemu dengan Aldo yang sudah menunggunya sejak pagi. Aldo yang sudah mengetahui bahwa Shafira telah melahirkan tersenyum bahagia melihat Edzard yang tak tau apa-apa.

“Kenapa kau tersenyum seperti itu? Dasar aneh!” Kata Edzard kesal melihat senyuman Aldo.

“Aku hanya bahagia bertemu denganmu.” Sahut Aldo.

“Hampir setiap hari kita bertemu, kenapa kau jadi seperti ini bertemu denganku pagi ini?” Ujar Edzard.

Tak lama kemudian, Rendi dan Anton datang dan masuk ke dalam ruangan Edzard dengan senyuman yang mengambang di wajah mereka.

“Hah, kalian lagi! Kenapa terus saja tersenyum padaku?” Tanya Edzard bingung dengan sikap sahabatnya yang aneh.

“Hehehe, kami hanya bahagia melihatmu hari ini.” Kata Rendi.

“Pergilah sana, aku sedang sibuk hari ini!” Ujar Edzard mengusir mereka semua keluar ruangannya.

“Hei, mari kita rayakan sesuatu malam ini.” Kata Anton.

“Apa yang mau di rayain, Anton?” Tanya Edzard semakin pusing.

“Sudahlah, suatu saat kau akan tau!” Sahut Rendi.

“Malam ini kita akan bersenang-senang di tempat biasa.” Sambung Aldo.

“Kau harus ikut.” Ucap Rendi pada Edzard.

“Iya, baiklah!” Kata Edzard.

Malam harinya pun mereka berkumpul di tempat biasa di salah satu bar yang sudah menjadi langganan mereka. Edzard yang sedang duduk di sofa di hampiri oleh wanita yang pernah menjadi teman kencannya, yaitu Anggi.

“Tuan Edzard, aku sangat merindukanmu! Kau sudah lama tidak kesini.” Kata Anggi seraya menyentuh paha Edzard untuk menggodanya.

“Lepaskan tanganmu dariku! Apa kau sudah bosan hidup, hah?” Ucap Edzard dengan tatapan mata yang tajam.

“tuan, apa kau lupa padaku?” Kata Anggi terus menggoda Edazrd.

“Aku bilang, kau jangan mengganggu hidupku lagi!” Teriak Edzard dengan kesal sambil mendorong tubuh Anggi.

“Tuan, apa yang kau lakukan padaku?” Ucap Anggi terkejut di perlakukan kasar oleh Edzard.

“Pergilah, atau kau tidak akan bisa menghirup udara segar lagi!” Ancam Rendi pada Anggi.

Melihat tatapan mata semua sahabat Edzard, Anggi langsung pergi dengan perasaan yang ketakutan. Ia tak pernah menyangka dirinya yang terkenal sebagai Ratu di bar itu akan di tolak oleh Edzard dan semua sahabatnya. Anggi merasa kapok untuk menggoda Edzard lagi.

“Hei, Edzard ayo lah bersenang-senang.” Kata Anton yang melihat wajah Edzard sedih.

“Aku tidak pernah merasakan bahagia lagi setelah aku kehilangan Shafira dari hidupku.” Sahut Edzard.

“Tenanglah, kami yakin Shafira pasti akan kembali dalam pelukanmu nanti.” Kata Rendi.

Di paris Shafira sangat bahagia menjadi ibu muda dengan aktifitas barunya merawat Ezra. Dengan mendapat dukungan dari Eva dan Gani, Shafira menjadi wanita yang kuat. Usia Ezra kini beranjak 6 bulan. Shafira memutuskan untuk kembali kenergaranya dengan niat membalaskan semua yang di lakukan oleh tante Ani padanya. Dengan informasi yang ia dapatkan dari Rendi, Shafira menyusun rencana untuk membalas semua perbuatan tante Ani.

Shafira kembali dari paris dengan membawa Ezra dalam pelukannya. Di bandara Rendi dan Anton menjemputnya dan membawa kembali ke apartemen milik Rendi tanpa sepengetahuan Edzard tentunya.

“Wah, Ezra sangat mirip dengan Edzard ya! Hahaha, hai, bocah tampan! Aku om Anton.” Kata Anton menggendong Ezra mengajaknya bermain di ruang tamu.

“Kau benar, jika Edzard melihatnya dia pasti akan mati pingsan melihat bayi yang sangat mirip denganya, hahahaha.” Sahut Rendi.

Shafira mendengar semua ucapan Anton dan Rendi saat bermain dengan Ezra dari kamarnya. Ia sngat merindukan Edzard. Setelah ia siap membereskan pakaianna di dalam lemari, Shafira turun menemui Anton dan Rendi yang masih bermain dengan Ezra.

“Shafira, aku bisa melihat dari wajahmu..kau pasti sangat penasaran dengan kabar Edzard kan?” Kata Rendi.

“Tentu saja dia akan menjawab iya, Edzard adalah satu-satunya pria yang sangat di cintainya.” Sahut Anton.

“Aku sangat mencemaskan dirinya.” Kata Shafira.

“Kau tenang saja, dia masih gigih mencarimu, dia sangat merindukanmu.” Kata Rendi.

Shafira tersenyum dengan wajah merah merona. Ia sangat senang mengetahui kalau Edzard sangat merindukannya.

“Hehehe, lihatlah wajah ibumu, dia sangat merindukan ayahmu.” Kata Anton pada Ezra meledek Shafira.

“Shafira, kau tinggal lah disini dan aku akan tinggal di apartemenku yang lain agar Edzard tak mencurigaiku.” Kata Rendi.

“Baiklah, terima kasih banyak telah menolongku lagi.” Ucap Shafira.

“Jangan sungkan, ini semua demi kebaikanmu dan Edzard.” Sahut Rendi.

“Oke, mari kita bicarakan masalah rencana kita yang serius, hehehe.” Ucap Anton dengan wajah yang sinis.

Malam ini Shafira dan Rendi memainkan perannya di sebuah pesta yang di adakan oleh rekan bisnis Edzard.

Rendi kembali menyamar menjadi Edzard dengan menggunakan wajah palsu. Mereka berdua menghadiri acara pesta tersebut untuk memancing amarah Tina yang juga hadir dalam pesta tersebut. Sementara Anton dan Aldo sedang berusaha untuk menyibukkan Edzard agar tidak pergi ke pesta tersebut.

“Kita sudah sampai, Shafira!” Kata Rendi.

“Mari kita mainkan peran kita.” Sahut Shafira.

Mereka berdua pun muncul di tempat pesta dengan gandengan tangan yang tampak sangat mesra. Semua mata teralihkan melihat Shafira yang berdandan sangat cantik dengan gaun yang sangat indah. Semua mata tertuju padanya, termasuk mata Tina yang menatap Shafira dengan tajam. Ia sangat membenci Shafira yang menghalanginya mendapatkan perhatian Edzard lagi. Ia juga sangat tak percaya melihat Shafira yang semakin mesra dengan Edzard di pesta itu tanpa ia sadari bahwa itu adalah Rendi.

“Bagaimana bisa, Edzard yang sangat kejam dan tidak akan mengampuni orang yang mengkhianatinya kembali mesra wanita itu.” Ucap Tina dengan geram.

“Apalagi setauku, Edzard menyiksa Shafira saat melihatnya di kamar hotel waktu itu, kenapa sekarang jadi seperti ini?” Ucap Tina lagi dengan bingung dan kesal.

Disisi Shafira dan Rendi terus memainkan perannya untuk memancing Tina yang sudah terlihat sangat kesal.

“Dia sangat kesal melihat kita!” Bisik Shafira di telinga Rendi seraya bergelayut manja.

“Hehehe, sebentar lagi dia pasti akan menghampiri kita.” Sahut Rendi.

Dan benar, Tina menghampiri Shafira dan Rendi.

“Aku sangat terharu melihat kemesraan kalian berdua, Edzard.” Kata Tina menghampiri Rendi. Rendi hanya diam saja, ia tak mau membuat Tina curiga dengan suaranya yang berbeda dengan Edzard.

“Apa kau benar-benar sangat senang melihat aku dan Edzard semakin mesra, Tina?” Tanya Shafira.

“Ten..tentu saja.” Ucap Tina dengan senyuman palsunya.

“Dasar kau wanita tidak tau diri, kau sengaja membuatku kesal dengan memeluk tubuh Edzard.” Ucap Tina dalam hatinya.

“Sayang, ayo kita mencari udara segar! Aku sangat kepanasan di sini.” Kata Shafira menarik tangan Rendi.

Dengan berjalan sambil berpelukan mesra, Rendi dan Shafira keluar menuju taman di lokasi pesta itu. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang sedang menatap mereka berdua. Yaitu seorang pria paruh baya yang menjadi dalang utama untuk menghancurkan Edzard dan ayahnya.

“Aku masih punya banyak cara untuk membuatmu jatuh Edzard! Tunggu saja pembalasanku terhadap kau dan juga ayahmu.” Ucap pria itu menatap tajam.

Shafira dan Rendi pergi mencari udara segar di sebuah taman, mereka menghela nafas karena terlalu tegang memainkan sandiwara.

“Rendi, aku ke toilet sebentar ya.” Ucap Shafira.

“Apa kau mau aku temani?” Tanya Rendi.

“Tidak usah, kau tunggu aku di sini.” Kata Shafira.

Kemudian Shafira melangkah menuju ke toilet, di sana ia bertemu lagi dengan Tina yang semakin membencinya.

“Masih punya muka kau di hadapanku? Asal kau tau kau tidak pantas bersanding di samping Edzard! Kau hanya wanita biasa yang mengejar Edzard hanya untuk hidup enak.” Ujar Tina pada Shafira.

“Benarkah? Apa kau mau bersaing denganku?” Sahut Shafira yang membuat Tina semakin jengkel.

“Beraninya wanita biasa mengajakku bersaing, dasar kurang ajar!” Teriak Tina kesal seraya melayangkan tangannya.

Namun dengan cepat Shafira menangkap tanganya dan langsung menampar wajah Tina dengan keras.

“Kalau kau mampu, bersainglah denganku untuk mendapatkan hati Edzard! Kalau kau tidak mampu, lebih baik kau mati bunuh diri saja, karena tak dapat menang dariku, hahahahaha.” Ucap Shafira yang kemudian tertawa puas bisa membalas serangan Tina.

Lalu Shafira keluar dari toilet, tanpa sengaja ia melihat sosok pria yang tak asing di matanya.

“Sepertinya wajah pria itu tak asing bagiku! Tapi aku melihatnya dimana?” Gumamnya sambil memperhatikan pria paruh baya itu.

“Oh, aku ingat sekarang! Pria itu adalah komplotan dari penculik yang waktu itu! Iya aku yakin pria itulah yang menyuruh anak buahnya untuk menyiksa pria yang aku selamatkan di gudang beberapa tahun lalu.” Ucap Shafira.

“Apa yang dia lakukan disini? Aku harus menyelidikinya!” Kata Shafira lagi.

Saat Shafira ingin mengikuti pria tersebut, Rendi memanggilnya.

“Kenapa kau lama sekali?” Tanya Rendi.

“Aku tadi bertemu dengan Tina di toilet!” Ucap Shafira.

“Apa dia berbuat jahat padamu?” Tanya Rendi.

“Tidak, tapi aku lah yang menghajarnya, hehehehe.” Sahut Shafira.

“Begitu dong, kau wanita yang kuat dan pintar!” Seru Rendi.

“Eh, kau lihat siapa?” Tanya Rendi yang bingung melihat sorot mata Shafira yang mencari pria itu.

“Ikut denganku!” Ajak Shafira menarik tangan Rendi.

Mereka berdua pun mencari jejak pria paruh baya itu. Tak lama mencari, mata Shafira melihat pria itu yang sedang membelakangi mereka. Shafira dan Rendi terus mengamati pria itu. Tak lama kemudian, mereka terkejut melihat Tina menyapa pria itu dan sedang berbicara hal yang sangat penting dengan pria itu.

“Shafira, siapa pria itu? Apa kau mengenalnya?” Tanya Rendi bingung.

“Aku tau dia! Dia adalah komplotan penjahat yang pernah menculik seseorang, beberapa tahun lalu.” Jawab Shafira.

“Tapi apa hubungan dia dengan Tina?” Tanya Shafira semakin penasaran.

“Tubuh pria itu seperti tidak asing bagiku, tubuhnya sangat mirip dengan om Arnold! Tapi tidak mungkin itu dia? Setahuku om Arnold sedang sakit stroke dan hanya terbaring di tempat tidur.” Ucap Rendi dalam hati memperhatikan pria itu dari belakang.

“Rendi, ambil foto mereka, cepat! Ini bisa jadi bukti kalau saja mereka terlibat menghancurkan Edzard melalui aku.” Kata Shafira.

Rendi pun mengambil beberapa foto Tina bersama pria itu. Kemudian mereka langsung pergi setelah mendapatkan telepon dari Anton yang mengatakan bahwa dia gagal menghalangi Edzard untuk datang ke pesta itu. Dan Edzard sekarang sedang dalam perjalanan menuju ke pesta itu.

Saat di perjalanan pulang, Rendi yang masih penasaran dengan perkataan Shafira, akhirnya menanyakan hal tentang penculikan yang di katakannya.

“Shafira, kau tadi bilang padaku, kalau pria itu komplotan penculik? Memangnya siapa yang di culik?” Tanya Rendi.

“Oh, itu terjadi beberapa tahun yang lalu! Saat aku dan ayahku sedang berburu di hutan dekat pedesaan tempat tinggalku, kami melihat ada sebuah gudang tua, dan saat itu kami mendengar suara rintihan seseorang yang sedang disiksa! Ayahku sangat ketakutan, sehingga langsung membawaku pergi dari sana.” Kata Shafira.

“Namun, malam harinya aku sangat penasaran dengan suara orang itu, sehingga aku kembali lagi ke hutan itu tanpa sepengetahuan ayahku!” Ucap Shafira lagi.

“Lalu?” Tanya Rendi semakin penasaran.

“Lalu saat aku kembali ke gudang itu, aku melihat tidak ada penjaga disana, aku masuk dan melihat seorang pria yang sudah bersimbah darah. Tubuhnya penuh dengan luka. Aku langsung membuka ikatan pada tubuhnya karena aku sangat kasihan padanya! Setelah itu para penjaga datang, dan aku terus memapah tubuh pria itu, namun kami di kejar oleh penculik itu, dan aku sempat melihat salah satu dari mereka, yaitu pria yang di pesta tadi.” Jawab Shafira.

“Apa kau melihat wajah pria yang kau selamatkan itu?” Tanya Rendi.

“Aku melihatnya sekilas, karena wajahnya penuh dengan darah! Saat kami di kejar, kami terpisah, aku yakin dia selamat karena berlari jauh ke dalam hutan!” Sahut Shafira.

“Seperti kejadian yang di alami Edzard, apa Shafira wanita yang di cari Edzard selama ini?” Ucap Rendi dalam hatinya dengan rasa penasaran yang besar.

“Astaga, jika memang benar, kau pasti akan menyesali perbuatanmu Edzard.” Ucapnya lagi dalam hati.

Rendi menahan rasa penasarannya terhadap Shafira, ia akan menyelidiki dulu apa benar Shafira lah wanita yang di cari Edzard selama ini. Mereka pun tiba di apartemen Rendi yang sedang di tempati oleh Shafira.

“Kau istirahatlah, aku akan pulang ke apartemenku yang lain.” Kata Rendi pada Shafira.

“Baiklah, terima kasih, Rendi.” Ucap Shafira yang kemudian langsung masuk ke dalam apartemen milik Rendi.

Setelah mengantar Shafira, Rendi bertemu dengan Anton dan Aldo di tempat biasa mereka bertemu. Rendi mengatakan semua yang di ceritakan oleh Shafira serta menunjukkan beberapa foto yang di ambilnya saat di pesta.

Terpopuler

Comments

Diana diana

Diana diana

part nya sedikit tapi setiap part nya sangaaaaaaaat mengesankn . .

2023-04-17

0

Ge

Ge

Bagus bngt crtanya, namun sayang trllu lama Fira n Ezard utk brtemu, fira hamil 9 bln n lnjut Ezra usia 6 bln gk ktmu jg pdhl sdh tdk ada alasan bagi ortu n sahabat Ezard utk smbunyikan Fira krna Ezard mmng mncintai Fira

2021-07-07

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

tuhkan bener yg dulu nolongin edzard itu Safira

2021-06-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!