BAYANGAN II

Sebulan penuh menghabiskan masa liburan mereka di paris, Edzard dan Shafira kembali ke Negara mereka. Shafira dan Edzard sangat bahagia menjalani masa indah mereka setelah mengetahui perasaan mereka satu sama lain. Bahkan Edzard semakin tergila-gila oleh Shafira yang juga mencintainya.

Setelah kembali dari liburan, Edzard menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya yang tertunda saat ia di paris. Banyak dokumen yang harus di tanda tanganinya di kantor. Shafira yang sudah sangat merindukan sang tante datang mengunjunginya dengan membawakan oleh-oleh yang di belinya dari paris. Saat sampai di rumah tante Ani, ia melihat pintunya tidak tertutup. Shafira langsung masuk dan memanggil tante Ani.

“Tante, apa tante ada dirumah?” Panggil Shafira yang celingak celinguk.

Tak ada sahutan di rumah itu. Shafira terus berjalan sambil terus memanggil tante Ani. Saat melintasi sebuah ruangan, ia tanpa sengaja melihat bayangan hitam di tembok yang persis seperti tubuh Bobi sepupunya yang telah lama di bunuh oleh Anton dan anak buahnya Edzard.

“Bayangan itu, seperti bayangan tubuh Bobi.” Ucapnya dengan gemetar ketakutan.

“Aaarrgggh, tak mungkin! Bobi sudah mati di bunuh oleh Edzard! Gak mungkin.” Kata Shafira lagi sambil melihat ke arah bayangan tadi.

Namun saat Shafira ingin melihatnya lagi, bayangan itu hilang. Shafira semakin ketakutan namun ia penasaran dengan apa yang di lihatnya. Ia melangkahkan kakinya untuk pergi melihat ke ruangan yang tampak sosok bayangan tadi. Namun tiba-tiba sebuah tangan menghampirinya yang membuatnya sangat kaget.

“Aaaarrgghhh!” Teriak Shafira terkejut.

“Hei, nak! Kau kenapa Shafira?” Tanya tante Ani.

“Tan…tante! Aku…..aku….melihat ada sosok bayangan yang sangat mirip dengan tubuh Bobi.” Ucap Shafira terbata-bata. Ia masih sangat ketakutan.

“Kau ini bicara apa? Tidak ada siapa-siapa disini! Hanya tante yang tinggal disini sendirian.” Sahut tante menenangkan Shafira.

“Ayo duduk disini! Tante akan ambilkan air minum untukmu.” Sambung tante Ani.

Shafira pun duduk di kursi yang tampak using di rumah tante Ani. Tangannya masih gemetar ketakutan. Tante Ani menghampirinya dengan membawakan segelas air minum untuk Shafira.

“Ini minumlah!” Kata tante Ani. Shafira pun meminum air yang di suguhkan oleh tante Ani.

“Tante, aku sungguh melihat bayangan itu lagi dengan jelas di tembok kamar itu.” Ucap Shafira.

“Tidak ada siapa-siapa di sana! Kalau kau tidak percaya coba kau cek saja sendiri.” Sahut tante Ani.

“Hah, sudah lah tante, itu mungkin halusinasiku saja! Aku seperti melihat Bobi di sana tadi.” Kata Shafira menghela nafas.

“Sudah lah jangan ingat-ingat dia lagi.” Sahut tante Ani.

“Kapan kau kembali dari paris?” Tanya tante Ani.

“Dua hari yang lalu! Aku sangat bahagia tante!” Ucap Shafira.

“Oh, ya? Itu terlihat jelas dari wajahmu.” Sahut tante.

“Ini aku belikan oleh-oleh buat tante! Disana aku sangat merindukanmu.” Ucap Shafira seraya memeluk tantenya.

“Kau anak yang baik, aku sangat menyayangimu!” Kata sang tante membalas pelukannya.

Kemudian Shafira menceritakan semua yang terjadi padanya saat ia berlibur bersama Edzard di paris. Bahkan ia juga bercerita tentang perasaan cintanya kepada Edzard yang membuat tante Ani terkejut.

“Benarkah? Dia juga mencintaimu?” Tanya tante Ani.

“Iya, tante! Aku sangat bahagia saat tau bahwa Edzard juga mencintaiku.” Sahut Shafira sangat senang.

“Semoga kau terus bahagia dengannya, nak!” Ucap sang tante sambil mengelus rambut Shafira.

Lalu tante Ani hendak bangkit dari duduknya, ia ingin pergi ke dapur untuk mengambilkan makanan untuk Shafira. Namun ia merasakan sakit di bagian punggung dan lututnya. Shafira terkejut melihat kondisi kesehatan sang tante saat itu.

“Tante, kau tidak apa-apa?” Tanya Shafira khawatir.

“Aku sudah tua! Wajar jika tubuhku begini.” Sahut tante Ani.

“Apa tante sudah ke dokter?” Tanya Shafira.

“Sudah, kata dokter aku harus membeli obat-obatan yang sangat mahal! Aku tak sanggup untuk membelinya.” Kata tante Ani.

“Tante, berapa biaya obatnya? Kau harus mengobati penyakitmu, kalau tidak nanti akan bertambah parah.” Ucap Shafira iba kepada tantenya.

“Sudah lah, nak, lupakan saja! Obat itu terlalu mahal, aku tak akan mampu membelinya.” Kata tante Ani.

“Tante tenanglah, aku akan membantumu! Edzard memberikan ku uang bulanan yang sangat banyak padaku, aku akan membantu membelikan obatnya untukmu.” Ucap Shafira.

“Nak, jangan bantu aku lagi! Aku sangat malu dengan bantuanmu! Apa yang aku perbuat padamu tak sepadan dengan yang kau berikan padaku saat ini.” Kata tante lagi.

“Tante, kau adalah keluarga ku yang tersisa! Hanya kau yang aku punya! Aku mohon biarkan aku menolongmu.” Kata Shafira dengan tulus hatinya.

“Obat itu harus ku beli selama 6 bulan untuk masa penyembuahan penyakitku! Satu paket obat hanya untuk satu bulan, dan harganya satu paket 50 juta, jadi aku membayarnya obat selama 6 bulan sebanyak 300 juta.” Kata tante Ani dengan raut wajah sedih.

“Tante tenanglah, jangan bersedih lagi! Aku akan mentransfer segera uang yang kau butuhkan yang penting kesehatan tulangmu kembali pulih.” Sahut Shafira dengan polosnya.

“Terima kasih nak, kau memang anak yang baik.” Ucap tante Ani.

Sore harinya, Shafira pulang kerumah dengan segera karena Edzard telah menunggunya di rumah. Supir pribadinya melajukan mobilnya dengan cepat. Setibanya di rumah, Shafira melihat Edzard yang tengah duduk di ruang tengah menunggunya pulang. Dengan segera ia berlari dan memeluk Edzard, suami yang sangat ia cintai itu.

“Kau menungguku?” Sapa Shafira memeluk tubuh Edzard.

“Kau dari mana? Aku pulang kau tidak ada dirumah.” Sahut Edzard membalas pelukan Shafira.

“Tadi aku berkunjung kerumah tanteku! Aku sangat merindukannya.” Kata Shafira yang kemudian duduk di pangkuan Edzard.

“Kau selalu saja mendahulukannya dia dari pada aku.” Ucap Edzard ngambek.

“Hei, aku sangat mencintaimu! Kau jangan cemburu. Aku selalu mendahulukan segalanya untukmu.” Kata Shafira seraya mencium Edzard agar tak ngambek lagi. Edzard yang di mabuk cinta Shafira langsung menyambar ciuman mesra dari Shafira.

“Edzard, apa aku boleh menggunakan uang yang kau berikan padaku?” Tanya Shafira.

“Aku menyerahkan ATM itu untuk kau gunakan sesuka hatimu, sayang.” Sahut Edzard.

“Edzard, aku ingin mentransfer uang untuk tanteku 300 juta.” Kata Shafira yang membuat Edzard sedikit bingung.

“Untuk apa tantemu uang sebanyak itu? Bukankah kebutuhannya kau juga yang memberikannya?” Tanya Edzard yang mengetahui bahwa Shafira yang membelikan semua kebutuhan sang tante.

“Tante Ani, sedang sakit tulang dan dia harus berobat dan biayanya 300 juta untuk 6 bulan pengobatan.” Jawab Shafira.

“Shafira, apa kau tidak merasa ada yang aneh dengan tantemu? Dulu dia perlu uang 50 juta untuk bayar hutang dan sekarang 300 juta untuk biaya pengobatan!” Kata Edzard.

“Aku bingung dengan kehidupan tantemu yang cuma sendirian namun memerlukan uang segitu banyaknya.” Sambung Edzard lagi.

“Maksudmu? Kau mau mengatakan bahwa tanteku berbohong padaku?” Tanya Shafira mulai kesal.

“Mungkin saja!” Sahut Edzard.

“Tante Ani tidak mungkin begitu! Dia sangat baik padaku, dia sangat menyayangi aku.” Ucap Shafira kesal dan langsung berlari ke kamar.

“Shafira! Hei, tunggu dulu!” Panggil Edzard yang mencoba mengejar Shafira.

Shafira masuk ke kamar dan duduk dengan kesal di ranjang. Edzard masuk dan menghampiri Shafira. Ia tau Shafira kesal padanya. Ia pun mencoba untuk membujuk Shafira.

“Sayang, maafin aku ya! Aku tadi hanya bingung saja dengan tantemu.” Kata Edzard membelai kepala Shafira dengan lembut.

“Aku sangat menyayanginya, dia juga sangat menyayangi aku! Jadi tidak mungkin kalau tante Ani akan membohongi aku.” Ucap Shafira sedih dalam dekapan Edzard.

“Iya iya! Terserah kau. Uang yang aku berikan untukmu itu adalah milikmu, jadi jika kau ingin melakukan apapun dengan uang itu, aku pasti izinkan.” Kata Edzard.

“Terima kasih Edzard, aku sangat mencintaimu.” Ucap Shafira.

“Iya, aku juga.” Sahut Edzard.

“Sayang, malam ini aku menginginkan dirimu.” Bisik Edzard memberikan kode keras.

“Iiihh…kau genit! Pergilah mandi, kau bau setelah seharian bekerja!” Seru Shafira sambil mencubit Edzard yang tertawa.

Kemudian Edzard dan Shafira makan malam setelah selesai membersihkan diri. Semua pelayan sangat senang melihat perubahan diri Edzard setelah kehadiran Shafira disisinya. Edzard lebih banyak tersenyum dan tertawa jika berada di sisi Shafira.

Setelah selesai makan malam, Edzard memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda di ruang kerjanya. Shafira tengah asik menonton tv di kamar. Saat sedang menatap layar laptonya, Edzard mendengar perbincangan para pelayannya yang sedang melintas di ruang kerjanya.

“Aku sangat senang melihat tuan Edzard bahagia dengan nona Shafira.” Kata salah seorang pelayan.

“Iya, aku berharap mereka segera di berikan momongan agar rumah tangga mereka semakin bahagia.” Sahut pelayan lainnya.

“Kau benar! Anak mereka pasti sangat tampan atau sangat cantik seperti orang tuanya.” Kata pelayan itu lagi.

Mendengar perbincangan para pelayannya, wajah Edzard seketika merah merona. Ia membayangkan jika ia bisa memiliki anak dengan Shafira. Pikirannya melayang jauh membayangkan hal-hal indah saat ia melihat Shafira yang akan menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya.

“Hampir setahun aku menikah, dan usiaku juga sudah cukup untuk menjadi ayah! Bahkan ayahku juga sangat menginginkan cucu dariku.” Gumam Edzard.

"Tujuanku menikah dengannya juga berawal karena aku ingin segera mendapatkan keturunan." Gumam Edzard lagi.

“Aku harus segera membicarakannya pada Shafira.” Kata Edzard yang langsung keluar dari ruang kerjanya menuju kamar.

Saat ia hendak masuk ia melihat Mirna yang membawakan sesuatu untuk Shafira. Ia melihat sebuah kota kecil yang seperti kotak obat dan segelas air. Edzard juga melihat Shafira meminum sesuatu.

“Apa yang diminum Shafira? Apa itu obat? Tapi sakit apa dia?” Banyak pertanyaan yang muncul di dalam pikirannya kala itu.

Tak lama kemudian, Mirna keluar kamar dan Edzard langsung masuk menemui Shafira.

“Shafira, kau belum tidur?” Tanya Edzard berpura-pura tak mengetahui apa yang dilihatnya tadi.

“Aku menunggumu!” Ucap Shafira memeluk Edzard.

“Ayo kita tidur, ini sudah sangat larut.” Kata Edzard.

Kemudian mereka berbaring di ranjang. Edzard menanti Shafira tidur dengan nyenyak. Saat hal itu terjadi, Edzard melepaskan dirinya dari pelukan Shafira dengan pelahan agar tak membangunkan Shafira. Kemudian Edzard mencari kotak yang diberikan oleh Mirna pada Shafira. Ia membongkar semua lemari dan laci yang ada di kamar itu. Dan akhirnya Edzard menemukan kotak kecil itu di dalam tas kecil milik Shafira. Edzard sangat terkejut melihat kotak kecil yang berisi obat itu. Dan ternyata itu adalah pil kontrasepsi yang selama ini diminum oleh Shafira agar mencegahnya hamil. Edzard sangat marah mengetahui kalau selama ini Shafira mengkonsumsi obat itu.

"Sial! Diam-diam dia mengkonsumsi pil ini lagi. Padahal dulu aku sudah pernah melarangnya." Ujar Edzard geram.

Ia lalu mencari Mirna untuk menanyakan kenapa Shafira meminum pil itu.

“Mirna, jawab aku dengan jujur, sejak kapan Shafira minum pil ini lagi?” Tanya Edzard dengan amarah yang membuat tubuh Mirna bergetar.

“Nona minum itu seminggu sebelum menikah dengan tuan.” Jawab Mirna yang tak berani menatap Edzard.

“Apa dia pernah cerita padamu, kenapa dia minum pil itu?” Tanya Edzard yang dari awal mengetahui kedekatan Mirna dan Shafira.

“Nona bilang saat itu dia sangat membenci tuan, dan dia tidak ingin mempunyai anak dari tuan.” Jawab Mirna.

“Mulai sekarang, jika Shafira memintamu membeli pil itu lagi, kau harus menolaknya.” Perintah Edzard pada pelayannya itu.

“Baik tuan.” Sahut Mirna.

“Sekarang pergilah!” Kata Edzard masih kesal.

Kemudian, Edzard kembali ke kamar dan melihat Shafira yang masih tertidur dengan pulasnya. Ia lalu berbaring dan memeluk Shafira.

“Aku yang salah! Dulu aku selalu kasar dan memaksanya melayani nafsuku. Mungkin karena sikapku dia dulu sangat membenciku dan tak ingin mengandung bayiku.” Ucap Edzard menyesali perbuatannya dulu pada Shafira.

 

 

*****

Keesokan harinya, Shafira mentransfer uang kepada tante Ani senilai 300 juta untuk biaya pengobatan. Lalu ia menelepon tantenya melalui HP yang pernah Shafira berikan kepada tantenya.

“Tante, aku sudah mentransfer uang untuk biaya pengobatanmu! Kapan tante akan kerumah sakit menemui dokternya? Aku akan menemanimu.” Kata Shafira.

“Tidak usah nak! Kau tidak perlu repot-repot untuk mengantarkan tante! Tante bisa pergi dengan taksi nanti! Kau tetaplah temani suamimu.” Sahut tante.

“Baiklah, tante! Jika tante perlu apa-apa kau katakan saja padaku.” Kata Shafira.

“Iya, nak.” Ucap tante Ani.

Sebelum menutup teleponnya, Shafira mendengar suara laki-laki yang sedang batuk.

“Tante suara apa itu? Apa kau yang batuk tadi?” Tanya Shafira.

“Oh, iya nak! Biasalah namanya juga aku sudah tua.” Jawab tante Ani.

“Jaga kesehatanmu ya tante! Baiklah aku tutup dulu teleponnya.” Kata Shafira.

Kemudian Shafira menutup teleponnya sambil berpikir.

“Aku sangat jelas mendengar suara batuk laki-laki tadi.” Gumam Shafira dalam hatinya.

“Ah, sudahlah! Mungkin itu memang suara tante Ani yang sedang batuk.” Ucapnya menepis rasa penasarannya.

Malam harinya, Shafira dan Edzard makan malam di luar bersama di sebuah restoran mewah. Mereka sering menghabiskan waktu bersama setelah Edzard pulang dari kantornya.

“Eeemm, Shafira! Tak terasa kita sudah hampir setahun menikah.” Kata Edzard yang ingin memulai pembicaraannya mengenai rencana punya anak.

“Iya, kau benar! Aku tak menyangka bisa terjebak dengan cintamu.” Sahut Shafira.

“Kata-katamu manis sekali! I Love You, Honey.” Ucap Edzard.

“I Love You too, my Hubby.” Balas Shafira.

Edzard dan Shafira sedang di mabuk cinta, mereka tak menyadari ada sepasang mata jahat yang sedang mengawasi mereka berdua dari sisi restoran tempat mereka makan.

“Shafira, aku sempat berfikir seandainya kita memiliki anak, pasti kita akan bertambah bahagia.” Kata Edzard yang membuat Shafira tersedak makanan.

“Hehehehe, ucapanmu membuatku sangat terkejut.” Sahut Shafira.

“Kenapa? Kita saling mencintai, kita sepasang suami istri, tentunya kita harus segera memiliki anak.” Kata Edzard.

“Kali ini aku setuju dengan pendapat ayahku waktu itu, apa lagi yang kita tunggu setelah menikah selain memiliki anak-anak yang manis sepertimu.” Kata Edzard lagi.

“Iya, kau benar!” Sahut Shafira tersenyum getir.

Shafira bukannya tak ingin memiliki buah cinta dari Edzard, namun ia masih belum siap untuk memiliki anak di usianya yang masih muda.

Setelah pulang dari makan malam di luar, Shafira berjalan menuju kamarnya. Edzard masih sibuk menatap layar laptonya di ruang kerjanya. Shafira membuka tas kecil miliknya untuk meminum pil kontrasepsi itu lagi tanpa sepengetahuan Edzard. Namun ia terkejut saat melihat tas kecilnya itu kosong.

“Astaga, Edzard bahkan membuang pil itu lagi! Pantas saja dia tadi membicarakan soal anak. Hhaaaaahhh.” Ucap Shafira menghela nafasnya. Ia tak mampu melawan kemauan Edzard, orang yang sangat ia cintai itu.

Terpopuler

Comments

Alanna Th

Alanna Th

diancam sseorang, mungkinkh bobi msh hidup n brsembunyi?

2022-02-28

0

Ge

Ge

Safira mencla mencle ah, jdi kesel😂

2021-07-07

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

apa yg di rencanakan Tante Ani ya🤔🤔🤔

2021-06-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!