Hari pernikahan itu pun tiba. Shafira telah siap dengan menggunakan gaun pengantin yang ia pilih waktu itu. Sementara Edzard sudah menunggu Shafira sebagai pengantin wanitanya di ruang yang akan menjadi saksi bisu pernikahan itu. Ruangan yang luas dan telah di hiasi oleh dekorasi pernikahan itu telah di padati oleh tamu-tamu undangan.
Saat Shafira akan masuk ke dalam ruangan pernikahannya, ia dihampiri oleh sang tante yang datang untuk menjadi saksi pernikahannya.
"Shafira!" Sapa tante Ani padanya.
"Tante!" Sahut Shafira dengan linangan air matanya sambil memeluk erat sang tante.
"Jangan menangis! Ini hari bahagiamu." Kata tante Ani.
"Tante, aku sangat merindukan kedua orang tuaku." Ucap Shafira.
"Mereka pasti ikut bahagia melihat kau akan segera menikah dari surga, nak." Sahut tante Ani.
"Ayo, tante akan mendampingimu untuk masuk ke ruangan pernikahanmu!" Ucap tante Ani pada Shafira.
Shafira pun berjalan bersama dengan tante Ani ke ruang pernikahan. Edzard dan para tamu undangan yang lainnya menatap Shafira yang tampak cantik dan anggun mengenakan gaun pengantin yang terlihat begitu simple namun indah di pandang. Shafira dan Edzard pun duduk bersanding mengucapkan ikrar suci pernikahan mereka di hadapan Gani dan juga tante Ani serta para tamu yang turut hadir dalam acara pesta pernikahan itu.
Di hari pernikahannya, Shafira tampak tidak bahagia. Bagaimana mungkin ia akan bahagia, jika Edzard selalu saja memaksakan kehendaknya kepada Shafira. Sesekali Shafira tersenyum dengan paksa saat para tamu undangan mengucapkan selamat kepadanya.
Acara pesta pernikahan yang terjadi akibat paksaan Edzard pun selesai. Shafira masih duduk di dalam kamar pengantinnya yang di hias dengan begitu indahnya. Shafira duduk di depan cermin dan berkali-kali ia menghela nafas dengan pasrah.
"Apapun itu, semuanya telah terjadi! Kini aku telah menjadi istri sah dari seorang pria yang kejam." Gumam Shafira dalam hatinya.
"Ya Tuhan! Apapun yang terjadi padaku selanjutnya, aku hanya bisa pasrah." Gumamnya lagi.
Tak lama masuklah Edzard yang jalan sedikit sempoyongan akibat minum-minuman yang beralkohol. Walapun begitu Edzard masih tersadar dengan apa yang ia lihat. Edzard mendekati Shafira yang masih duduk di depan meja riasnya.
"Kau sudah menjadi istriku sekarang!" Kata Edzard pada Shafira.
Malam ini Shafira harus menuruti perintah Edzard yang menginginkan tubuhnya. Shafira mengetahui sejak awal bahwa Edzard terobsesi dengan tubuhnya saja. Makanya Edzard tidak mau melepaskan dirinya walaupun sudah berkali-kali Shafira mengatakan bahwa ia tidak pernah berniat untuk menipu Edzard.
Sambil memeluk tubuh Shafira, Edzard terus memandangi wajah Shafira yang tertunduk di hadapannya.
“Kau cantik menggunakan gaun pengantin ini!” Bisik Edzard pada telinga Shafira.
Tanpa menunggu lama, Edzard menarik tubuh Shafira hingga mendekat pada ranjang pengantin itu. Edzard duduk di sisi ranjang, sedangkan Shafira masih mematung di hadapan Edzard.
“Apa kau hanya akan mematung disana saja?” Tanya Edzard pada Shafira.
“Ya Tuhan, jantungku terasa mau copot!” Ucap Shafira dalam hatinya.
“Kenapa kau masih diam saja? Ayo kemarilah!” Teriak Edzard tak sabaran ingin segera dilayani oleh istrinya.
Shafira pun berjalan mendekat pada Edzard yang masih duduk di sisi ranjang. Shafira berjalan dengan perlahan membuat Edzard semakin frustasi menahan amarahnya.
“Cepatlah!” Teriak Edzard lagi dengan kesal.
“Bisakah kau bersabar sebentar saja?” Balas Shafira kesal kepada Edzard.
“Kau yang membuatku menjadi orang yang tidak sabaran!” Sahut Edzard lagi pada Shafira.
“Cepat duduk di pangkuanku!” Perintah Edzard seraya menarik tangan Shafira.
Kini Shafira sudah berada di atas pangkuan Edzard dan saling bertatapan dengan Edzard. Shafira masih diam, dia hanya melingkarkan tangannya di leher Edzard yang menantinya tak sabaran.
“Apa lagi yang kau tunggu?” tanya Edzard pada Shafira.
“Eemm, aku harus apa?” Tanya Shafira sangking gugupnya.
“Dasar bodoh! Kita sudah melakukannya lebih dari sekali! Kenapa kau masih saja bodoh?” Teriak Edzard kesal.
“Mana aku tau! Kita melakukannya itu pun karena kau yang memaksaku.” Sahut Shafira.
“Kita suami istri sekarang! Tidak ada yang namanya pemaksaan lagi!” Kata Edzard.
“Apapun statusku, dia tetap saja akan memaksakan kehendaknya padaku!” Gumam Shafira memalingkan wajahnya dari Edzard yang sedari tadi menatapnya.
“Cepat cium aku!” Perintah Edzard pada Shafira.
Shafira pun melakukan apa yang Edzard perintahkan padanya. Ia menempelkan bibirnya pada bibir Edzard. Seperti sebuah kecupan ringan, dan hal itu membuat Edzard semakin dongkol padanya.
“Apa kau tidak tau caranya berciuman, hah?” Tanya Edzard dongkol.
“Mana aku tau! Aku terjebak denganmu disini, sebelum aku sempat berpacaran dengan pria manapun.” Sahut Shafira dengan polosnya.
“Ppppfftt, jadi dia bahkan belum pernah berpacaran?” Gumam Edzard dalam hatinya sambil menahan tawanya.
“Baiklah, aku akan mengajarimu!” Bisik Edzard kepada Shafira.
*****
Keesokan harinya, Shafira terbangun dalam dekapan Edzard yang hanya berbagi selimut dengannya. Awalnya Shafira kaget melihat pria kejam yang mendekapnya. Namun ia mengingat kembali permainan yang telah ia lalui bersama Edzard semalam.
Shafira menggeser lengan Edzard yang mendekapnya dengan kuat ketika tidur. Saat ia berusaha untuk melepaskan dekapan Edzard, seketika Edzard membelalakan matanya menatap Shafira. Sahfira menjadi kaget saat melihat Edzard yang bangun secara tiba-tiba.
“Mau kemana kau?” Tanya Edzard menatap Shafira.
“Mau ke kamar mandi!” Jawab Shafira.
“Apa aku mengizinkanmu turun dari ranjang ini?” Tanya Edzard lagi.
“Tapi ini sudah hampir siang!” Kata Shafira memalingkan tatapannya dari Edzard.
Kkkrrriiiuukkkkk.......
Suara cacing yang ada di dalam perut Shafira meronta karena kelaparan.
“Ppppfft, dia kelaparan.” Ucap Edzard dalam hatinya menahan tawanya.
“Kau lapar?” Tanya Edzard pada Shafira.
“I..iya? Aku bahkan belum makan sejak semalam.” Jawab Shafira.
“Mengapa kau tidak makan semalam?” Teriak Edzard kesal mengetahui Shafira belum makan sejak semalam.
“Aku tidak sempat makan semalam, begitu banyak tamu undangan yang datang menghampiriku.” Jawab Shafira.
“Aku akan memesan makanan kepada Hadi!” Ucap Edzard sambil tersenyum berbalik badan mengambil telepon untuk menghubungi kepala pelayan yaitu Hadi.
“Bawakan makanan ke kamarku! Bawa makanan yang banyak, ada yang kelaparan disini.” Perintah Edzard kepada Hadi yang mengetahui Shafira sedang berada di dalam kamar Edzard.
“Kau menelpon pak Hadi yang berada di dalam rumah?” Tanya Shafira bingung.
“Iya lah, agar membawakan makanan untuk kita disini.” Jawab Edzard dengan entengnya.
“Telepon di kamarku, khusus dibuat hanya untuk memanggil pelayan di rumah ini, Supaya aku tak repot-repot naik turun jika aku malas makan di ruang makan.” Kata Edzard menjelaskan pada Shafira.
Shafira masih bengong menatap Edzard.
Tak lama kemudian suara ketukan terdengar di pintu kamar mereka.
“Itu makanannya sudah datang, pergi dan ambil lah!” Kata Edzard pada Shafira.
“Aku malu jika pak Hadi melihatku seperti ini.” Kata Shafira sewot.
“Aku memang menelpon pak Hadi, tapi bukan dia yang mengantarkan makanan itu kesini, tapi pelayan wanita.” Ujar Edzard pusing melihat sikap bodoh Shafira.
Kemudian Shafira membalut tubuhnya dengan selimut yang ada di bawah bantal dan pergi mengambil makanan yang di antarkan oleh pelayan wanita.
“Terima kasih.” Ucap Shafira pada pelayan itu.
Edzard mendengar Sahfira yang selalu berkata baik terhadap semua orang menjadi kagum kepadanya.
“Ini makanannya!” Kata Shafira yang duduk di sofa di samping ranjang dan meletakkan makanan itu di meja.
Edzard tak mau beranjak dari ranjangnya. Ia hanya duduk di sisi ranjangnya dengan selimut yang menutupi bagian pinggangnya.
“Aku mau kau menyuapiku!” Kata Edzard pada Shafira.
“Kau kan bisa makan sendiri!” Kata Shafira sedikit kesal.
“Jangan membantahku! Aku ingin kau menyuapiku makan.” Kata Edzard yang tak mau di bantahkan omongannya.
“Wah, ngelunjak nih si beruang kutub!” Umpat Shafira dalam hatinya dengan kesal.
Mau tak mau Shafira kembali harus menuruti perintah Edzard. Shafira menyuapi Edzard di yang masih duduk di atas ranjang. Edzard menikmati makanannya sambil memandang wajah Shafira. Sementara Shafira selalu mengumpat Edzard dalam hatinya dengan kesal.
“Dasar kau beruang kutub! Setelah menikah kau hanya bisa menindasku saja.” Umpat Shafira dalam hatinya sambil menyuapi Edzard.
“Setelah ini ikut denganku!” Perintah Edzard pada Shafira.
“Kemana?” Tanya Shafira.
“Berbelanja! Beli semua perlengkapanmu.” Jawab Edzard.
“Tidak perlu! Baju yang kau beli waktu itu saja belum semuanya aku pakai!” Sahut Shafira menolak.
“Kau masih berani membantah setelah menjadi istriku?” Kata Edzard yang membuat Shafira terdiam.
Setelah selesai makan dan mandi, Edzard menunggu Shafira di dalam mobil yang di kendarai oleh supir pribadinya. Edzard menunggu Shafira dengan rasa yang tak sabaran. Tak lama kemudian, Shafira masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Edzard.
“Kenapa kau lama sekali, hah? Ngapain saja kau di dalam?” Tanya Edzard kesal.
Shafira hanya diam dan enggan menanggapi perkataan Edzard padanya. Mobil pun melaju menuju ke tempat Rista teman Edzard seorang designer pakaian ternama.
“Cie, pengantin baru!” Ucap Rista meledek pada Edzard dan Shafira.
“Rista, keluarkan semua hasil rancanganmu, aku akan membelinya jika cocok pada dia.” Kata Edzard yang mengambil posisi duduk di sofa.
“Baiklah, orang kaya! Aku akan membuat Shafira semakin cantik!” Seru Rista kepada Edzard.
Kemudian Rista mengeluarkan semua hasil rancangannya dan mencocokkan dengan tubuh Shafira. Shafira harus bolak balik mencoba semua pakaian yang di rancang oleh Rista. Edzard menatap Shafira tanpa berkedip saat Shafira dengan cantik memakai semua pakaian yang di cobanya.
“Hei, apa kau lihat mata Edzard tadi? Si pria yang kejam itu! Ia tak henti-hentinya menatapmu tadi.” Kata Rista kepada Shafira.
Shafira hanya tersenyum kaku mendengar ucapan Rista.
“Edzard memang memiliki sikap yang dingin dan kejam, namun sebenarnya ia memiliki hati yang baik! Aku berteman lama dengannya.” ucap Rista pada Shafira lagi.
Shafira hanya tersenyum saja mendengar ucapan Rista mengenai Edzard.
“Hah, kau ini sama saja dengan Edzard, tidak suka berbicara banyak.” Sambung Rista lagi.
Setelah membeli begitu banyak pakaian dari hasil rancangan Rista, Edzard membawa Shafira ke salon ternama untuk membuat Shafira semakin cantik. Setelah sekian lamanya Edzard menunggu di dalam mobil, akhirnya Shafira masuk ke dalam mobil dengan tampilan yang begitu berbeda. Ia terlihat semakin cantik setelah perawatan di salon.
Edzard kembali tiada hentinya menatap Shafira yang duduk di sampingnya.
“Sudah lihatnya?” Kata Shafira kepada Edzard yang langsung tersadar dari pesonanya.
Tanpa membalas ucapan Shafira, Edzard langsung menciumnya secara tiba-tiba. Edzard lama menikmati manisnya bibir Shafira di dalam mobil. Sang supir yang hanya seorang jomblo karatan hanya bisa menghela nafas melihat sang majikan bermesraan di belakangnya.
“Kau cantik, Shafira!” Bisik Edzard di telinga Shafira yang membuat wajahnya merah merona.
Melihat kecantikan Shafira, Edzard semakin terobsesi dengannya. Edzard bahkan berjanji pada dirinya tak akan melepaskan Shafira.
Beberapa hari kemudian, Edzard selalu saja disibukkan dengan urusan bisnisnya. Ia sering pulang ke rumah saat tengah malam dan Shafira telah tertidur pulas.
Keesokan paginya, saat sarapan bersama Shafira ingin meminta izin keluar untuk mengunjungi tantenya. Edzard yang tak memiliki waktu banyak untuk menemani Shafira dirumah, mengizinkannya pergi mengunjungi tante Ani.
Selesai sarapan, Shafira pun pergi kerumah tante Ani untuk melihat kondisinya yang kini tinggal sendirian. Saat itu Shafira melihat tante Ani sedang duduk di teras rumahnya.
"Tante!" Sapa Shafira.
"Kau datang." Sahutnya.
"Tante, bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Shafira.
"Iya, tante baik-baik saja seperti yang kau lihat sekarang." Sahut tante Ani.
"Kau datang sendirian? Dimana suamimu?" Tanya tante Ani.
"Edzard sedang sibuk! Jadi aku hanya datang sendirian." Sahut Shafira.
"Nak, apa suamimu bersikap baik padamu?" Tanya tante Ani.
"Iya, tante! Dia selalu bersikap baik padaku. Tante tidak perlu khaawatir padaku." Sahut Shafira dusta.
Saat sedang mengobrol, tiba-tiba Shafira dan tante Ani di hampiri oleh beberapa orang pria yang menatap bengis pada mereka. Shafira kebingungan melihat pria-pria tersebut berbicara kasar kepada tante Ani.
"Bayar hutangmu!" Teriak salah seorang pria itu kepada tante Ani.
"Aku akan segera membayarnya! Tapi untuk saat ini aku belum memiliki uang." Sahut tante Ani.
"Kalau kau tidak bisa membeyarnya, kami akan menghancurkan tempat tinggalmu yang reot ini!" Ancam pria itu pada tante Ani.
"Tolong beri aku waktu lagi." Kata tante Ani memohon.
Pria-pria itu mulai menghancurkan beberapa benda yang ada di rumah tante Ani.
"Hei, hentikan!" Teriak Shafira pada pria-pria itu.
"Kau tidak berhak melarang kami!" Sahut pria itu.
"Tante, ada apa ini? Siapa mereka?" Tanya Shafira pada tante Ani.
"Dulu bobi telah meminjam uang kepada rentenir, dan sekarang hutangnya bertambah banyak karena bunga yang terlalu besar. Mereka datang setiap harinya untuk menagih padaku." Sahut tante Ani.
"Berapa hutangnya?" Tanya Shafira.
"50 juta!" Jawab tante Ani menangis.
"Tante tenanglah! Aku akan mencoba untuk membantumu." Kata Shafira.
"Hei, hentikan! Jangan merusak rumah tanteku!" Teriak Shafira lagi.
"Jika kau ingin kami menghentikan ini, maka bayar hutangnya." Sahut pria itu.
"Baiklah, aku akan bayar! Tapi berikan aku waktu." Kata Shafira.
"Besok kami akan kembali untuk mengambil uangnya! Jika kau tidak membayarnya juga, maka kami akan membakar rumah ini hingga menjadi debu." Ancam pria itu.
Pria-pria itu pun pergi meninggalkan rumah tante Ani yang sudah berserakan karenanya. Barang-barang dirumah tante Ani berjatuhan dan hancur di lantai.
"Tante, aku akan datang lagi besok! Aku akan bawa uangnya." Kata Shafira.
"Darimana kau akan mendapatkan uang itu, nak?" Tanya tante Ani.
"Aku akan mencoba untuk memintanya pada Edzard." Sahut Shafira.
"Nak, lebih baik kau tidak membuat suamimu repot." kata tante Ani.
"Tante tenanglah! Aku akan membantu tante untuk membayar hutang kepada rentenir itu." Kata Shafira.
"Baiklah, nak." Ucap tante Ani.
Shafira pun kembali kerumah dan menunggu Edzard pulang. Hampir tengah malam, Shafira menanti kepulangan Edzard. Tepat pukul 11 malam, Shafira mendengar suara mobil di halama rumah. Shafira keluar dari kamar dan menyambut kepulangan Edzard yang hampir setiap malam lembur di kantornya.
Edzard masuk ke dalam rumah, dan melihat Shafira menyambut kepulangannya. Hal itu membuat Edzard heran. Karena selama ini Shafira tak pernah mau menyambut kepulangannya.
"Kau baru kembali!" Sapa Shafira.
"Heh, temben sekali kau menyambut kepulanganku! Bisanya kau selalu tertidur lelap ketika aku pulang." Sahut Edzard.
"Aku tak mungkin membicarakan perihal tante Ani padanya saat ini! Dia sedang lelah, jika aku langsung bicara nanti dia akan marah." Gumam Shafira dalam hatinya.
Shafira mengikuti langkah Edzard yang masuk ke dalam kamar.
"Apa kau lelah? Aku akan siapkan air mandi untukmu." Kata Shafira yang ketika itu membantu Edzard untuk membuka jasnya.
"Katakan padaku! Apa yang kau inginkan, Fira?" Tanya Edzard sambil mencengkram lengan istrinya itu.
"Aku.....
"Kenapa kau berikap manis padaku hari ini? Pasti ada yang kau inginkan, bukan?" Sambung Edzard lagi.
"Edzard, aku ingin meminjam uang padamu! Aku butuh uang 50 juta." Kata Shafira.
"Uang? Untuk apa kau uang tunai? Aku sudah memberikan kartu debit padamu untuk membeli semua keperluanmu." Kata Edzard.
"Aku ingin membantu tanteku untuk membayar hutangnya kepada rentenir." Sahut Shafira.
"Kau begitu sayang kepada tantemu itu!" Kata Edzard.
"Dia adalah satu-satunya keluarga yang aku miliki di dunia ini." Sahut Shafira.
"Mau kah kau meminjamkan aku uang senilai 50 juta?" Tanya Shafira.
"Aku akan memberikan uang itu padamu, asalkan kau mau bersikap sebagai seorang istri yang melayaniku dengan baik!" Bisik Edzard yang menginginkan Shafira.
"Iya, baiklah!" Sahut Shafira terpaksa menuruti kemauan Edzard demi membantu sang tante.
Keesokan harinya, setelah mendapatkan uang dari Edzard, Shafira pergi kerumah tantenya dengan membawa uang untuk membayarkan hutang pada rentenir.
“Aku sangat malu padamu, nak! Kau selalu membantuku.” Kata tante Ani menangis.
“Sudah lah tante, ini belum ada apa-apanya dari semua yang tante berikan padaku selama ini.” Ucap Shafira yang sangat menyayangi tante Ani.
“Nak, apa tuan Edzard selalu baik padamu?” Tanya tante Ani.
“Iya tante! Tante jangan khawatir padaku! Aku akan baik-baik saja di sana.” Jawab Shafira.
Shafira kemudian membawa tante Ani berbelanja untuk keperluan hidup tante Ani selama sebulan dengan menggunakan kartu yang diberikan Edzard padanya. Sibuk mengurusi tante Ani, Shafira pulang terlambat. Edzard yang hari itu tidak sibuk di kantornya pulang lebih awal dan sedang menunggu kepulangan Shafira di ruang tengah.
“Darimana saja kau?” tanya Edzard dengan nada marah.
“Aduh, mampuslah aku! Si beruang kutub pasti marah karena aku pulang terlambat! Apa yang harus aku lakukan?” Ucapnya dalam hati.
Kemudian Shafira melangkah menuju Edzard yang berdiri menatapnya dengan tajam. Dengan membuang harga dirinya, Shafira merayu Edzard agar tidak marah kepadanya. Ia takut Edzard tidak akan memberikan kebebasan padanya lagi.
“Suamiku, aku tadi berbelanja! Jadi aku sampai lupa waktu.” Kata Shafira memberanikan diri untuk bergelayut manja pada Edzard.
Melihat sikap Shafira yang berubah drastis pada dirinya, Edzard langsung tau kalau Shafira takut bila ia tidak akan memberikan kebebasan lagi pada Shafira. Edzard langsung memeluk tubuh Shafira dengan erat.
“Apa kau sudah makan malam?” Tanya Shafira bertingkah manja yang palsu pada Edzard.
“Belum! Malam ini aku hanya ingin memakanmu!” Jawab Edzard.
Dengan menyesal dan sedikit jengkel, Shafira terpaksa melayani apa yang diinginkan oleh suaminya itu.
“Jangan ulangi kesalahan sebanyak dua kali, aku tak suka kau berlama-lama di luar tanpa ku.” Ucap Edzard pada Shafira.
“Iya, baiklah!” Sahut Sahfira dengan sewotnya.
Sepanjang malam, saat tidur Shafira tanpa sadar terus berada dalam dekapan Edzard untuk mencari kehangatan.
Sementara Edzard dengan lelapnya tidur ala beruang kutub yang sedang hibernasi.
Keesokan paginya, saat terbangun dari tidurnya yang lelap, Shafira tak melihat Edzard di sampingnya. Edzard sudah berangkat ke kantornya. Saat ia melihat jam yang ada di dinding, ternyata sudah jam 10 pagi.
“Ya ampun, aku bangun kesiangan! Aduh pegal semua gara-gara si beruang kutub menindasku lagi.” Kata Shafira yang kemudian masuk ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Shafira duduk di taman sambil melihat bunga kesukaannya. Yaitu mawar merah yang selalu ia rawat dengan baik. Dengan melihat bunga kesukaannya itu, hatinya menjadi bahagia. Tak lama kemudian, Shafira melihat sebuah mobil melaju masuk ke halaman rumah Edzard.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Diana diana
wkwkwkwk . . ngakak liat tingkah mereka . .
2023-04-17
0
Ge
Kapan kalungnya ketahuan ya? Apa gk d pake ama Fira?
2021-07-07
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
cinta tp gengsi
2021-06-22
0