KENYATAAN PAHIT

Edzard mempercepat langkahnya mengejar Shafira yang berusaha menghindari dirinya. Saat Shafira akan menutup pintu kamarnya, Edzard dengan cepat menghalanginya.

“Jangan lari dariku lagi, Shafira!” Bentak Edzard.

“Pergi kau!” Teriak Shafira yang terus mencoba sekuat tenaga menutup pintu kamarnya.

Namun sia-sia usahanya, tenaga Edzard tak mampu di lawannya. Pintu terbuka lebar dan Shafira meletakkan Ezra di tempat tidurnya.

“Begini kelakuanmu selama beberapa tahun ini Shafira? Kau bahkan merayu temanku, Rendi dan memiliki anak dengannya!” Teriak Edzard yang membuat Ezra menangis ketakutan.

“Pergi kau, aku tak ingin melihatmu, Edzard.” Teriak Shafira.

“Aku tak akan pergi tanpa membawamu kembali padaku, Shafira! Kau wanitaku, kau istriku!” Teriak Edzard.

Dengan kasar Edzard menarik tubuh Shafira dan menyeretnya turun kebawah. Shafira meronta saat Edzard menarik tubuhnya dengan kasar. Air mata kembali mengalir saat Edzard begitu kasar padanya.

“Edzard, lepaskan aku! Anakku menangis.” Ucap Shafira meronta melepaskan diri.

“Aku tidak peduli dengan anakmu itu! Kau hanya milikku, kau harus tetap berada di sampingku, Shafira! kau jangan membuatku untuk membunuhmu saat ini juga.” Ancam Edzard sambil menarik rambut Shafira.

“Sakit!” Pekik Shafira lirih menatap Edzard.

Tak lama kemudian, Rendi tiba di apartemen melihat Edzard yang sedang berbuat kasar pada Shafira.

“Edzard, lepaskan Shafira.” Teriak Rendi.

“Oh, akhirnya kau datang!” Sahut Edzard dengan puncak amarahnya.

“Apakah ini yang kau sebut sahabat, hah? Kau membawa lari istriku hingga memiliki anak darinya.” Teriak Edzard.

“Kau salah paham, Edzard.” Kata Rendi ingin menjelaskan.

“Aku tak perduli dengan perkataanmu lagi, dasar brengsek!” Teriak Edzard seraya mengambil sebuah botol minuman yang di pajang di atas meja dan ingin menghantamkannya ke kepala Rendi.

Saat Edzard akan melayangkan tanganya dengan menggenggam botol kaca yang tebal itu ke arah Rendi, Shafira langsung menghalanginya agar Rendi tak celaka.

Prang…….

Terdengar suara botol kaca itu pecah menghantam kepala Shafira yang berusaha menghalangi Edzard.

Brruuuukkkkk……

Shafira langsung terjatuh pingsan tak berdaya dengan luka parah di kepalanya.

“Apa yang kau lakukan, Edzard?” Teriak Rendi terkejut melihat Edzard menghantamkan botol tersebut mengenai kepala Shafira.

“Dasar iblis, kau!” Teriak Rendi memberi kepalan tangannya mendarat di wajah Edzard.

Rendi dengan geram trus memukuli Edzard hingga babak belur. Afika yang baru saja tiba, berteriak histeris melihat kondisi Shafira yang mengenaskan bersimbah darah.

“Shafira, bangunlah!” Teriak Afika sangat panik.

“Rendi! Tolong Shafira.” Teriak Afika lagi.

Rendi yang puas menghajar Edzard, langsung pergi membawa Shafira kerumah sakit. Edzard yang penuh dengan luka lebam dengan sangat khawatir, mengikuti mobil Rendi menuju ke rumah sakit.

Shafira yang terluka parah akibat benturan keras dan serpihan kaca yang masih menempel di kulit kepalanya, sedang di tangani oleh dokter di ruang operasi. Aldo yang berprofesi sebagai dokter bedah langsung menangani Shafira. Kondisi Shafira sangat kritis. Rendi duduk sambil memeluk Afika yang sedang menangis khawatir pada Shafira, dan Edzard juga sangat khawatir berdiri di depan pintu ruang operasi.

“Pergi kau dari sini!” Teriak Rendi yang masih kesal dengan Edzard.

“Dia istriku, aku berhak menunggunya disini.” Balas Edzard.

“Kau suami kejam! Kau selalu saja menyakiti Shafira.” Kata Rendi.

“Kau pria brengsek! Membawa lari istriku sampai dia memiliki anak darimu.” Sahut Edzard.

“Apa maksudmu, Edzard? Ezra adalah anakmu.” Sambung Afika menatap Edzard dengan tajam.

“Apa kau bilang?” Tanya Edzard terkejut mendengar ucapan Afika.

“Ezra adalah anakmu! Rendi menyembunyikan Shafira saat dia sedang hamil agar kau tak bisa melukai bayinya karena kau selalu saja menyiksa tubuh Shafira.” Kata Afika lagi yang membuat Edzard menjadi gelisah.

“Kau ingat kalung ini, hah?” Tanya Rendi sambil menyodorkan kalung Shafira pada Edzard.

“Itu milik Shafira.” Sambung Rendi yang membuat Edzard semakin gusar.

Ia terus melihat liontin bentuk sepatu yang selama bertahun-tahun mencari pemilik kalung tersebut.

“Apa maksudmu?” Tanya Edzard dengan nada yang bergetar.

“Shafira adalah wanita yang kau cari selama ini! Wanita yang kini berjuang melawan mautnya di dalam, adalah wanita yang menyelamatkanmu saat kau di culik.” Kata Rendi yang membuat Edzard tak bisa berkata-kata.

Bagaikan di sambai petir, Edzard harus menerima kenyataan pahit yang di ucapkan oleh Rendi padanya. Ia langsung terduduk di lantai dengan rasa penyesalannya karena selama ini telah menyakiti Shafira, wanita yang menyelamatkannya dari para penculik beberapa tahun yang lalu.

“Kenapa? Kenapa hal ini harus terjadi padaku?” Teriak Edzard dengan penyesalannya.

Tanpa ia sadari air matanya mengalir begitu saja. Rendi sebagai sahabat tak tega melihat kondisi Edzard yang sangat terpukul saat itu. Ia langsung menghampiri Edzard untuk menenangkan Edzard yang sedang terguncang menerima kenyataan pahit di hidupnya.

“Sudahlah sobat, untuk saat ini kita harus fokus dengan kondisi Shafira.” Ucap Rendi merangkul Edzard.

“Kenapa, semua ini terjadi padaku, Rendi? Aku sangat mencintainya!” Sahut Edzard dengan penyesalannya.

“Tenangkan dirimu, Edzard.” Ucap Rendi.

Tak lama kemudian, Aldo keluar dari ruang operasi dan Edzard langsung menghampirinya.

“Bagaimana kondisinya sekarang?” Tanya Edzard.

“Shafira masih kritis, ada beberapa serpihan kaca yang melukai saraf di kepalanya, kemungkinan akan menyebabkan dirinya koma!” Sahut Aldo dengan raut wajah yang sedih.

“Apa tidak ada jalan yang terbaik untuk Shafira?” Tanya Rendi.

“Aku sudah berusaha keras untuk menyelamatkan dirinya.” Ucap Aldo.

“Ini semua salahku! Seharusnya aku lah yang pantas mati.” Teriak Edzard yang tak dapat mengontrol dirinya.

“Edzard, tenangkan dirimu.” Ujar Rendi memberikan satu pukulan lagi pada wajah Edzard.

“Jika kau tidak bisa tenang, lebih baik kau pergi dari sini!” Sambung Rendi kesal.

“Aku akan membawa Shafira untuk pengobatan di luar negeri.” Kata Edzard.

“Edzard, kondisi Shafira masih kritis! Kalau kau ingin membawanya, tunggu hingga masa kritisnya berakhir.” Kata Aldo.

Edzard masuk ke dalam ruangan tempat Shafira terbaring koma dengan kondisi yang masih kritis. Dengan perasaan yang sangat menyesal, Edzard memandangi wajah Shafira yang sangat pucat dengan selang yang melintang di hidung dan mulutnya.

“Maafkan aku, Shafira! Aku sungguh menyesal!” Ucap Edzard dengan tangisan kesedihannya.

“Shafira, bangunlah! Aku mohon, tataplah aku! Kau boleh memaki bahkan membunuhku, Shafira.” Ucapnya lagi dengan tangisannya yang pecah.

Edzard tak mampu menahan rasa sedihnya saat menggenggam tangan Shafira. Tubuh Edzard bergetar menahan rasa sedihnya bercampur dengan rasa penyesalannya. Dia sangat menyesal telah menyiksa wanita yang dicintainya yang ternyata adalah wanita yang di carinya selama ini.

Eva dan Gani tiba di rumah sakit setelah mendapat kabar dari Anton yang dengan segera menghubungi mereka saat Shafira di bawa kerumah sakit. Dengan penuh amarah, Gani langsung memukul Edzard yang sedang dirundung kesedihannya dan penyesalannya. Edzard tak melawan ataupun kesal dengan amukan ayahnya. Ia merasa memang pantas mendapatkan apa yang berlaku padanya saat itu.

“Dasar anak kurang ajar kau! Tega-teganya kau melakukan itu pada Shafira!” Teriak Gani pada Edzard yang tersungkur di lantai.

“Karena ulahmu, Shafira harus menjalani masa sulit selama hampir dua tahun ini.” Ujar Gani.

“Sudahlah, saat ini yang harus kita pikirkan adalah keselamatan Shafira.” Ucap Eva mencoba menenangkan Gani.

“Saat masa kritis Shafira berakhir, aku akan membawa Shafira ke paris.” Kata Gani.

“Jangan jauhkan aku lagi dari Shafira, ayah!” Teriak Edzard tak terima.

“Kalau kau membantahku, aku tak akan segan untuk menghabisimu.” Ancam Gani pada anaknya.

“Tapi dia istriku, ayah.” Ujar Edzard lagi.

“Dia menantuku! Aku juga berhak membawanya dari pria kejam sepertimu.” Sahut Gani yang membungkam mulut Edzard.

Keesokan harinya, Shafira telah melewati masa kritisnya walaupun kini dia masih terbaring koma akibat luka yang parah di kepalanya. Dengan segera Gani membawa Shafira keluar negeri untuk menjani pengobatan yang canggih di sana. Edzard tak bisa berkata apa-apa saat Shafira di bawa pergi jauh darinya. Ezra yang kini dalam asuhan Afika, ingin di bawa juga oleh Eva ke paris. Namun Edzard memohon pada Eva agar memberikan Ezra padanya.

“Eva, aku mohon! Jangan jauhkan aku lagi dengan darah dagingku.” Ucap Edzard.

“Aku berjanji, akan merawatnya dengan baik.” Sambung Edzard lagi.

“Baiklah!” Kata Eva sambil memberikan Ezra pada Edzard.

“Kau jangan khawatirkan Shafira, aku dan ayahmu akan mengusahakan yang terbaik untuk kesembuhan Shafira.” Kata Eva lagi pada Edzard.

“Terima kasih, Eva! Kau selalu mengerti aku.” Ucap Edzard.

Shafira yang sudah terbang ke paris untuk menjalani pengobatan, sementara Edzard fokus merawat Ezra yang kini tertidur dalam dekapannya.

“Bersabarlah, nak! Semoga ibumu dapat kembali kepada kita suatu hari nanti.” Kata Edzard dengan sedih menatap Ezra yang polos.

Hampir 6 bulan lamanya, Shafira masih terbaring koma di ranjang rumah sakit. Eva dengan setia menemani dirinya sambil berharap ada keajaiban datang membangunkan Shafira. Edzard yang datang sebulan sekali menjenguk Shafira, merasa amat sangat sedih. Apalagi saat merayakan ulang tahun Shafira saat itu, membuat Edzard tak mampu menahan air matanya. Edzard selalu menangis di hadapan Shafira yang tak bisa membalas tatapan mata Edzard padanya. Mata dan mulut Shafira tertutup rapat, wajahnya sangat pucat.

“Shafira, bangunlah! Aku dan Ezra membutuhkanmu, sayang.” Ucap Edzard.

“Jangan pernah berani untuk meninggalkan aku dan Ezra, bangunlah Shafira! Aku sangat merindukan senyumanmu.” Ucapnya lagi sambil menciumi tangan Shafira.

Tak lama kemudian, jari Shafira bergerak. Edzard terkejut dan langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Shafira.

“Bagaimana kondisinya, dokter?” tanya Edzard.

“Ini suatu keajaiban! Saraf-sarafnya sudah mulai merespon sehingga dia bisa menggerakkan jarinya.” Sahut dokter.

“Kami akan terus mengusahakan yang terbaik, untuk memulihkan sarafnya!” Sambung dokter lagi.

Setelah dokter pergi, Edzard kembali menggenggam tangan istrinya itu.

“Sayang, berjuanglah demi Ezra!” Ucap Edzard pada Shafira yang menunjukkan kondisi yang semakin membaik.

Setelah kepulangan Edzard dari paris, Edzard datang ke apartemen Rendi untuk membawa Ezra yang dititipkan pada Afika. Kalau Edzard sedang berpergian jauh, Edzard selalu menitipkan Ezra kepada Afika. Edzard tak percaya pada orang lain untuk menitipkan anaknya itu.

“Edzard, aku ingin bicara padamu.” Kata Rendi membawa Edzard ke ruang kerjanya.

“Sebentar lagi Anton dan Aldo akan datang!” Sambungnya lagi.

Tak lama kemudian, yang di tunggu pun datang. Anton dan Aldo datang dengan membawa sejumlah bukti tentang kejahatan yang di lakukan Tina yang bersekongkol dengan tante Ani dan juga Bobi untuk menjebak Shafira di hotel waktu itu. Betapa geramnya Edzard saat mengetahui bahwa Tina dan tante Ani dan juga Bobi adalah dalang dari semua kejadian yang membuatnya terpisah dari Shafira.

“Aku harus membuat mereka semua membayar apa yang telah mereka lakukan padaku!” Kata Edzard.

“Edzard, aku minta kau jangan gegabah.” Kata Rendi.

“Kami sedang menyelidiki pria yang ada di foto ini!” Kata Rendi lagi.

“Siapa dia?” Tanya Edzard.

“Kata Shafira, pria ini adalah komplotan penculik yang menculikmu beberapa tahun yang lalu.” Jawab Rendi.

“Sudah kuduga! Saat Shafira menyelamatkan aku, dia melihat salah seorang dari mereka.” Kata Edzard.

“Tubuh ini seakan mengingatkan aku pada om Arnold, sepupu ayahmu.” Kata Aldo.

“Iya, kau benar! Tapi ini tidak mungkin dia, karena dia sedang stroke dan hanya berbaring saja di ranjangnya.” Sahut Edzard.

“Pria ini lah yang menjadi teka-teki dalam kejadian penculikkan dan lihatlah, dia juga sedang bersama Tina.” Kata Anton.

“Kita harus menyusun rencana untuk membuat mereka muncul kepermukaan.” Kata Rendi.

Terpopuler

Comments

Ge

Ge

Semua jg salah sahabat2 Edzard serta ortunya, d saat Edzard sdh menyadari sikapny ke Fira n trpuruk trus mncari Fira hrsnya mrka trbuka tpi malah b’larut2 smbunyiin Fira pdhl mrka sdh tau kejadian d balik kamar hotel, smpe anakny lahir bla bla, tau2 Edzard nemuin Fira di aprtemen temennya dgn anak kecil sangat wajar jika Edzard salah paham lgi tentu mncul lgi dong amarah yg baru

2021-07-07

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

karma buat edzard yg kejam sama Safira

2021-06-22

0

kiki

kiki

susah punya suami kek ezard, salah sedikit langsung ngamookk

2021-05-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!