Seperti setiap tahunnya, Edzard pergi untuk perjalanan bisnisnya keluar negeri selama beberapa minggu. Sebelum pergi, ia mendatangi Shafira yang sedang duduk di kamar.
“Aku akan pergi beberapa minggu.” Kata Edzard pada Shafira.
“Kuperingatkan padamu, kau jangan pernah berniat melarikan diri!” Sambungnya dengan tatapan mata yang tajam.
“Kalau itu terjadi, akan ku habisi kau!” Ancam Edzard kepada Shafira.
“Ttuu…ttuaan! Apa aku boleh menjenguk tanteku? Aku mengkhawatirkan keadaannya.” Pinta Shafira.
“Tidak! Kau tidak boleh pergi kemanapun.” Sahut Edzard sambil melangkah keluar.
Shafira kembali menangis dan ia merasa sangat sedih. Ia sangat merindukan sang tante yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri.
“Tante, aku rindu padamu. Semoga kau baik-baik saja.” Gumam Shafira dalam isak tangisnya.
Selama kepergian Edzard, hari-hari yang dijalani oleh Shafira terasa lebih baik walaupun ia seperti terkurung di rumah itu. Hanya Mirna sang pelayan lah yang menjadi temannya bercerita disana. Mereka sudah seperti sahabat dekat. Namun saat Edzard berada dirumah mereka berjaga jarak agar Edzard tidak marah.
Dua minggu sudah Edzard pergi untuk perjalanan bisnisnya. Shafira tak tau kapan Edzard akan kembali. Di dalam kamarnya yang sepi ia melihat keluar jendela sambil melamun. Ia teringat akan kehidupannya saat orang tuanya masih hidup.
“Ibu, aku merindukan ibu.” Ucap Shafira.
Tanpa terasa air matanya jatuh begitu saja. Ia buka pintu balkon kamarnya, ia melangkah keluar. Sampai di tepi ia seakan melihat lautan luas yang berarus deras. Ia terlena akan arus yang deras itu. Ingin rasanya ia terjun ke dalam air yang berarus deras. Sambil menutup matanya, tubuhnya melayang dan hendak jatuh. Seketika itu tangannya di raih oleh seseorang di belakangnya. Shafira tersadar mendengar suara yang berteriak memanggil namannya.
“Shafira! Sadarlah!” Teriak Edzard yang meraih tubuh Shafira agar tidak jatuh dari balkon.
“Tuan.” Ucapnya lirih menatap Edzard dengan matanya yang sendu.
"Apa yang kau perbuat, hah?” Bentak Edzard.
Shafira melihat sekeliling, tidak ada lautan yang berarus deras. Itu hanya lamunan yang menghanyutkan pikirannya saja.
“Apa kau mencoba untuk bunuh diri?” Bentak Edzard lagi padanya.
Mendengar perkataan Edzard padanya, Shafira langsung menangis sejadi-jadinya. Ia duduk meringkuk menangisi kehidupannya yang pedih. Saat melihat Shafira yang seperti itu, hati Edzard seakan tertusuk oleh jarum.
“Kenapa hatiku sakit melihatnya seperti ini?” Batin Edzard.
Kemudian Edzard menarik Shafira dan membawanya masuk ke dalam kamar.
“Aku peringatkan kau jangan coba-coba bunuh diri lagi.” Kata Edzard pada Shafira.
“Apa kau hanya bisa mengancam seseorang saja?” Ucap Shafira memberanikan dirinya melawan Edzard.
Shafira sudah tidak tahan di perlakukan kasar oleh Edzard. Ia berpikir lebih baik dia segera mati ditangan Edzard daripada harus hidup menderita seumur hidupnya di rumah mewah itu.
“Apa kau bilang?” Ucap Edzard tak menyangka Shafira berani melawannya.
“Apa ibumu, melahirkanmu ke dunia ini hanya untuk mengancam orang saja, hah?” Teriak Shafira lagi penuh dengan amarah.
“Kau! Beraninya kau melawanku!” Teriak Edzard mencengkram wajah Shafira.
“Aku sudah muak, di perlakukan kasar oleh mu!” Balas Shafira menatapp Edzard dengan mata yang marah.
“Apa kau ingin kuhabisi malam ini, hah?” Ucap Edzard tersulut emosi.
“Bunuh aku sekarang juga! Lebih baik aku mati, daripada aku harus hidup tersiksa di tanganmu.” Ujar Shafira yang membuat Edzard semakin kesal.
“Kau sungguh ingin mati, hah?” Kata Edzard semakin geram.
“Aku bahkan menantangmu!” Sahut Shafira tidak mau kalah.
“Baiklah, jika kau mati, tantemu juga akan mati di tanganku.” Edzard kembali mendapatkan titik lemah dari Shafira.
Seketika pandangan mata Shafira berubah kala ia mendengar ancaman Edzard terhadap tantenya. Edzard melihat reaksi Shafira yang mulai melemah saat itu.
“Apa kau masih ingin menantangku, hah?” Ucap Edzard merasa menang dan hal itu tampak dari garis senyuman yang ada di bibirnya.
“Jangan sakiti tanteku, atau aku akan bunuh diri di hadapanmu!” Teriak Shafira kesal dengan mengancam balik.
“Kita buat kesepakatan saja! Kau jadi milikku maka aku jamin keselamatan tantemu.” Kata Edzard yang masih mencengkram tubuhnya.
“Tapi jika kau berulah seperti ini lagi, maka aku tak akan main-main dengan ancamanku!” Sambung Edzard lagi.
“Kalau kau menginginkan aku, biarkan aku menemui tanteku.” Kata Shafira pada Edzard.
“Sampai kapanpun, aku tidak mengizinkanmu keluar dari rumahku.” Sahut Edzard seraya menghempaskan tubuh Shafira ke ranjang.
Kemudian Edzard keluar kamar Shafira dengan kesal. Shafira pun kesal dengan sikap Edzard yang selalu mengekang dirinya. Malam itu Edzard pergi ke bar untuk mencari kesenangan. Disana ia bertemu dengan Anton yang sedang menikmati minuman yang ada di mejanya.
“Sepertinya kau sedang kesal? Kau baru saja kembali dari perjalanan bisnismu, ayolah bersenang-senang saja.” Kata Anton pada Edzard.
“Wanita itu membuatku gila! Dia hampir jatuh dari atas balkon tadi.” Kata Edzard kesal pada Shafira.
“Apa kau terobsesi dengannya?” Tanya Anton curiga pada Edzard.
“Apa kau gila dengan pertanyaanmu itu?" Sahut Edzard bertambah kesal.
“Kalau kau tidak terobsesi dengannya, maka lepaskan saja dia. Bukanya kau sudah menjebloskan Deri ke penjara? Dengan begitu semua hutangnya yang 30 milyar itu lunas kan?” Kata Anton.
“Aku tidak akan melepaskannya begitu saja! Aku memiliki perjanjian dengan Deri sebelumnya. Dia akan memberikan putrinya kepadaku dan bersedia melahirkan anak untukku tanpa pernikahan! Tapi dia mencoba menipuku. Dan wanita yang kini berada di tanganku, termasuk ikut menipuku. Sampai kapan pun aku tak akan melepaskan Shafira begitu saja.” Kata Edzard.
“Apa kau menyukainya? Hehehe.” Tanya Anton cengengesan.
“Diam lah!” Tukas Edzard kesal.
Tak lama kemudian, muncul lah Anggi membawakan segelas minuman untuk Edzard.
“Tuan, lama kita tidak bertemu! Mau minum denganku?” Ajak Anggi seraya merayu Edzard.
“Pergilah! Aku tidak ingin di ganggu oleh siapapun.” Sahut Edzard menolak kehadiran Anggi.
“Tuan, kau kenapa? Apa kau ada masalah? Kau bisa curhat denganku.” Sambung Anggi lagi yang berusaha merayu Edzard.
“Aku bilang pergi!” Teriak Edzard marah pada Anggi.
“Tuan, ayo kita bersenang-senang.” Kata Anggi seraya duduk di pangkuan Edzard.
“Pergilah! Atau aku akan merusak wajah cantikmu itu disini.” Ancam Edzard seraya menatap tajam kepada Anggi.
Anton memberikan kode pada Anggi agar tidak mengganggu Edzard yang sedang uring-uringan. Anggi pun berlalu pergi meninggalkan Edzard yang masih menatapnya penuh amarah. Namun Anggi tidak akan putus asa, ia akan selalu menggoda Edzard yang mampu membayarnya dengan harga yang fantastis.
"Dasar wanita yang menyebalkan!" Umpat Edzard terhadap Anggi.
“Hei, zard! Tenanglah! Mari kita senang-senang saja.” Ajak Anton pada Edzard sambil memberikan minuman untuknya.
Malam kian larut, Edzard pulang dengan sempoyongan. Ia mabuk berat namun ia tidak mau di papah oleh sang supir untuk masuk ke kamarnya. Ia ingin berjalan sendiri dengan tubuh yang sempoyongan dan sesekali terjatuh.
Kala itu Shafira keluar kamar untuk mengambil air di dapur. Tenggorokannya haus saat ia tidur. Keadaan rumah sedikit gelap, hanya remang-remang sinar lampu taman yang masuk melalui celah jendela.
Saat ia menuruni anak tangga, ia terkejut kakinya di tarik seseorang. Ia menjerit ketakutan. Sangking kagetnya ia sampai terjatuh dan berguling bersama orang menarik kakinya tersebut hingga jatuh kebawah.
“Ah, sakit sekali!” Ucap Shafira meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya yang terbentur anak tangga.
“Siapa kau?” Tanya Shafira kaget melihat orang yang berada di atas tubunya.
“Apa dia pingsan?” Gumamnya dalam hati melihat lelaki itu.
Shafira pun memberanikan diri untuk mengangkat wajah lelaki tersebut.
“Tu..ttuuaann!” Serunya saat melihat Edzard yang pingsan di atas tubuhnya.
“Aduh, berat banget!” Katanya lagi saat berusaha menggeser tubuh Edzard.
Shafira tak kuat menopang tubuh Edzard terlalu lama bahkan menggesernya saja ia tak mampu. Akhirnya Shafira berteriak meminta bantuan kepada para pelayan. Edzard di bopong ke kamarnya, sementara Shafira masuk ke kamarnya di temani oleh Mirna yang sedang membersihkan luka yang ada kening Shafira.
“nona, apa yang terjadi hingga kau jatuh dengan tuan Edzard?” Tanya Mirna pada Shafira.
“Aku mau ambil air di dapur, saat turun kakiku ditarik olehnya.” Jawab Shafira.
“Aku juga tak tau sejak kapan dia duduk di tangga itu.” Sambungnya lagi meringis kesakitan.
“Tuan Edzard pingsan, mungkin dia sedang mabuk.” Kata Mirna yang sudah selesai memberikan obat luka.
“Kenapa dia tidak mati saja saat jatuh denganku tadi? Dasar menyebalkan! Umpat Shafira yang membuat Mirna tertawa geli melihat Shafira kesal.
“Baiklah nona, istirahatlah! Aku akan keluar sekarang.” Kata Mirna.
“Terima kasih ya.” Ucap Shafira sambil merebahkan tubuhnya di ranjang.
Keesokan paginya, Edzard bangun dan meringis kesakitan memegang kepalanya. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi padanya semalam. Ia menyentuh bagian kepalanya yang benjol akibat benturan anak tangga saat jatuh.
“Semalam aku jatuh dengannya!” Gumam Edzard.
“Eh, apa dia mati?” Katanya lagi langsung bangun dan masuk ke kamar Shafira.
Tanpa mengetuk pintu Edzard langsung masuk saja seperti biasanya yang ia lakukan. Saat masuk Edzard melihat Shafira di depan lemari yang hanya menggunakan pakaian dalam saja, Shafira baru selesai mandi. Mendengar pintu terbuka, Shafira menolah kearah pintu dan melihat Edzard yang masuk.
“Aaarrggghhh! Dasar pria mesum kau!” Teriak Shafira melempari Edzard dengan pakaian yang ada di lemari.
Edzard kaget mendengar teriakan Shafira, ia langsung berbalik badan membelakangi Shafira.
“Cepatlah berpakaian!” Kata Edzard dengan semburat merah di pipinya.
“Keluarlah dulu!” Kata Shafira.
“Jangan memerintahku!” Balas Edzard pada Shafira.
"Huh! Dasar pria menyebalkan!" Umpat Shafira kesal pada Edzard.
Shafira pun memakai pakaiannya dengan cepat. Sementara Edzard masih menunggunya sambil berbalik badan atau membelakangi Shafira.
"Apa kau sudah selesai berpakaian?" Tanya Edzard.
"Sudah!" Sahut Shafira.
Edzard pun berbalik menghadap Shafira yang baru saja selesai mandi. Tampak olehnya rambut Shafira masih basah dan hal itu membuat Edzard seakan bergairah, namun ia berusaha untuk menahan diri.
"Apa semalam kau jatuh di tangga bersamaku?" Tanya Edzard pada Shafira.
"Iya!" Sahut Shafira.
"Apa kau terluka?" Tanya Edzard yang membuat Shafira terkejut karena kepedulian Edzard padanya.
"Tidak!" Sahut Shafira.
Lalu Edzard melihat luka di kepala Shafira yang tak tertutupi perban.
"Kau bilang kau tidak terluka, tapi apa yang ada di dahimu itu?" Kata Edzard menaikkan nadanya satu oktaf.
"Ini hanya luka kecil, jadi tidak masalah untukku!" Sahut Shafira.
"Dasar wanita yang keras kepala!" Gumam Edzard berlalu dari kamar Shafira.
"Dasar pria menyebalkan!" Shafira hanya berani mengumpat si pria kejam itu dibelakangnya saja.
*****
Tidak terasa hampir 6 bulan Shafira tinggal di kediaman Edzard yang mewah itu. Ia begitu merindukan tantenya dan khawatir dengan keadaan sang tante. Shafira sering meminta izin kepada Edzard agar diperbolehkan keluar untuk menjenguk tantenya. Namun jawaban Edzard tetap sama, ia tidak memperboleh Shafira keluar rumah.
Suatu malam Edzard mendapati Shafira yang sedang mengendap-endap ingin keluar rumah. Penjaga pintu pagar di depan sedang sibuk bermain catur, ini kesempatan yang bagus buat Shafira kabur dari rumah itu pikirnya namun Shafira tidak melihat bahwa Edzard sedang mengintainya. Saat Shafira sedikit lagi sampai ke pintu pagar, tangannya di tarik oleh Edzard sudah mengintainya dari tadi. Edzard langsung menyeret tubuh Shafira masuk ke dalam rumah.
“Mau kemana kau, hah?” Tanya Edzard geram.
“Aku mau beli pembalut!” Jawab Shafira asal bicara dengan wajah sewotnya.
“Kalau kau perlu sesuatu katakan saja pada pelayan!” Sahut Edzard tambah kesal.
“Aku mau sekalian kabur dari sini!” Teriak Shafira terus terang.
“Dasar kau wanita gila! Beraninya kau terus terang padaku, hah!” Kata Edzard semakin kesal dengannya.
"Kau pria menyebalkan!" Umpat Shafira seraya memukuli Edzard karena kesal. Edzard berusaha menangkis semua pukulan yang di berikan oleh Shafira. Sampai akhirnya kedua tangan Shafira di genggam oleh Edzard.
“Dengarkan aku baik-baik, sampai mati pun, kau tidak akan bisa kabur dariku.” Ucap Edzard pada Shafira yang kesal setengah mati padanya.
“Lepaskan aku! Aku mau tidur!” Kata Shafira menarik tangannya dari genggaman Edzard. Shafira langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu cepat-cepat.
“Hah! Sial! Mau kabur, malah ketahuan." Gumam Shafira ngedumel sendirian di dalam kamarnya.
Setelah berhasil mencegah Shafira kabur, Edzard memutuskan untuk masuk ke dalam ruang kerjanya. Disana ia hendak melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda. Tak lama berselang Edzard menerima panggilan telepon dari orang suruhannya yang mencari keberadaan seorang wanita yang pernah membantu Edzard berhasil kabur dari para penculik beberapa tahun yang lalu.
“Tuan, kami dapatkan info bahwa wanita yang menolong tuan 6 tahun yang lalu masih hidup!” Kata orang itu.
“Dimana dia? Apa kalian menemukannya?” Tanya Edzard tak sabar.
“Kami mendapatkan info lagi, kalau dia pindah ke kota setelah insiden kebakaran itu.” Jawabnya.
“Temukan dia, cari sampai dapat!" Perintah Edzard pada orang suruhannya itu.
"Baik, tuan!" Sahutnya.
Edzard menghela nafas sambil duduk bersandar di kursi yang ada di ruang kerjanya. Ia begitu frustasi karena tak kunjung mendapatkan wanita yang ia cari selama ini.
“Dimana dia? Aku hanya melihat kalungnya sekilas saat itu!” Gumam Edzard bertanya-tanya dalam hatinya. Edzard membuka laci meja kerjanya dan meraih secarik kertas yang terlukis gambar sebuah kalung liontin yang di pakai oleh wanita tersebut.
*****
Beberapa hari setelah itu, ayah Edzard yang bernama Gani datang mengunjungi anak sematawayangnya
itu. Tanpa sengaja ia melihat Shafira yang sedang menyiram tanaman. Karena ia tidak menggunakan pakaian pelayan, maka ayahnya Edzard penasaran dengannya.
“Hadi, siapa wanita itu?” Tanya Gani kepala pelayan dirumah Edzard.
“Itu adalah kekasih tuan Edzard. Namanya nona Shafira!” Jawab Hadi dengan sopan.
“Apa? Anakku sudah memiliki kekasih?” Tanya Gani terkejut.
“Iya tuan! Sudah lebih dari 6 bulan.” Jawab Hadi lagi.
Gani dan Edzard sepasang ayah dan anak yang memiliki sifat yang bertolak belakang. Edzard terkenal dengan kekejamannya, sedangkan Gani terkenal dengan keramahannya dan sifat yang humoris. Gani pun lantas mendekati Shafira.
“Eeemm, apakah kau menyukai bunga, nak?” Tanya Gani pada Shafira.
“Maaf, tuan! Tapi tuan ini siapa?” Tanya Shafira bingung.
“Jawab dulu pertanyaanku.” Kata Gani sambil tersenyum.
“Iya, aku menyukai tanaman bunga.” Jawab Shafira sedikit takut.
“Nak, kau jangan takut! Aku tidak seperti anak sialan yang kejam itu, tenanglah.” Kata Gani lagi.
“Anak sialan yang kejam? Maksudnya Edzard?” Ucap Shafira dalam hatinya.
“Jadi tuan ayahnya tuan Edzard?” Tanya Shafira yang langsung menebak.
“Tuan Edzard? Bukannya kalian sepasang kekasih? Kenapa kau panggil dia tuan?” Tanya Gani bingung.
“Oh iya, maksudku Edzard.” Sahut Shafira berusahan menyembunyikan masalah yang sebenarnya terjadi.
“Tuan silahkan masuk! Aku akan buatkan teh untukmu.” Kata Shafira lagi sopan namun canggung kepada Gani.
“Baiklah, nak.” Sahut Gani.
Saat Shafira ke dapur membuatkan teh, Gani bertanya pada Hadi tentang keberadaan Edzard.
“Hadi, cepat kau panggil anak sialan itu! Aku mau marahi dia habis-habisan.” Kata Gani menyuruh Hadi sang kepala pelayan.
“Baiklah tuan besar.” Ucap Hadi. Dengan segera Hadi menuju ke kamar Edzard.
“Tuan, tuan besar datang!” Kata Hadi kepada Edzard yang baru saja selesai mandi.
“Apa? Dimana dia?” Tanya Edzard sedikit kaget.
“Ada di ruang tamu, tuan! Dia sedang menunggu anda.” Jawab Hadi.
“Cepat kau sembunyikan Shafira!” Perintah Edzard yang ingin ayahnya tau bahwa ia sedang menahan seorang wanita dirumahnya.
“Maaf tuan, tapi tuan besar sudah bertemu dengan nona Shafira tadi di depan.” Kata Hadi.
“Aah, sial!” Umpat Edzard yang kemudian berlari turun dengan menggunakan kimono mandinya saja.
Saat Edzard tiba di ruang tamu, ia melihat sang ayah sedang berbincang dengan Shafira. Mereka terlihat sangat akrab.
“Ayah! Kenapa tidak bilang mau datang?” Sapa Edzard pada ayahnya.
“Dasar anak sialan! Kau memiliki wanita cantik ini sebagai kekasihmu, tapi kau masih tetap saja belum menikah dan belum juga memberikan aku cucu!" Ujar Gani kesal dengan Edzard.
Shafira hanya diam membisu melihat ayah dan anak bertengkar.
"Bisakah ayah tidak membicarakan hal itu ketika bertemu denganku?" Sahut Edzard ikutan kesal.
“Berikan aku cucu! Kalau tidak, aku tidak akan mengakuimu sebagai anak.” Kata Gani mengancam Edzard.
“Sudah lah, jangan mengatur hidupku lagi, ayah! Nikmati saja masa tua ayah sekarang.” Sahut Edzard kesal.
“Dasar anak tidak tau diri! Semua rekanku sudah punya cucu, sementara aku hanya punya kau saja.” Ucap Gani semakin kesal.
“Bagaimana aku menikmati masa tuaku tanpa adanya cucu di pangkuanku, hah?’ Teriak Gani lagi pada Edzard.
“Ayah sudah lah, aku muak mendengar kemauan ayah.” Balas Edzard yang juga kesal.
Shafira gemetar duduk diantara ayah dan anak yang sedang bertengkar. Ia tidak tau apa yang bisa ia perbuat saat itu.
“Shafira, kau mau kan memberikan aku cucu?” Tanya Gani pada Shafira. Shafira diam terpaku saat pertanyaan itu di layangkan untuknya.
“Ayah!” Teriak Edzard lagi.
“Ada apa denganmu? Aku hanya bertanya pada calon menantuku.” Sahut Gani tidak mau kalah.
“Ayo Shafira ikut aku sekarang!” Ajak Edzard yang menyeret Shafira masuk ke dalam kamarnya.
Shafira hanya mengikuti langkah Edzard yang terus menariknya hingga masuk ke dalam kamar Edzard.
“Diam disini! Aku akan mengurus ayahku.” Kata Edzard pada Shafira dan kemudian ia berlalu keluar dari kamar itu.
Di dalam kamar Edzard, Shafira melihat foto-foto yang terpajang di dinding ruangan kamar. Ia mengamati satu-persatu foto-foto itu.
“Sepertinya aku pernah melihat lambang pakaian ini!” Gumam Shafira melihat lambang bintang di baju Edzard.
“Duh, aku lupa lihatnya dimana! Pakaian ini kan pasti banyak yang punya.” Gumamnya lagi.
“Ddiihh, dasar sok ganteng! Ternyata si pria kejam itu suka berfoto.” Sambung Shafira lagi yang tak menyadari Edzard berada di belakangnya.
“Sudah puas lihat fotonya?” Kata Edzard yang membuat Shafira terkejut.
“Minggir! Aku mau keluar dari kamar yang menyeramkan ini.” Sahut Shafira beranjak pergi.
“Mau kemana kau, hah?” Tanya Edzard sambil menarik lengan Shafira.
"Ke kamarku!" Sahut Shafira.
Edzard seakan tak ingin Shafira segera keluar dari kamarnya. Ia pun menarik tangan Shafira lagi untuk menahanya.
"Ada apa lagi?" Tanya Shafira.
Edzard tak menjawabnya. Ia hanya terfokus pada bibir Shafira yang tampak merekah. Kemudian tanpa aba-aba Edzard mencium bibir Shafira dengan kasar sehingga Shafira tidak bisa bernafas. Setelah puas mencium bibirnya, Edzard dan Shafira ngos-ngosan. Nafas mereka beradu.
“Malam ini ikut dengan ku ke pesta.” Kata Edzard pada Shafira.
"Apakah aku boleh untuk tidak ikut pergi?" Tanya Shafira tak berani menatap tatapan Edzard padanya.
"Tidak! Kau harus ikut denganku!" Sahut Edzard.
"Kembali lah ke kamarmu." Kata Edzard lagi.
Shafira pun hanya bisa menghela nafas panjang seakan pasrah dengan kehidupan tak ingin ia jalani. Shafira kembali ke kamarnya dan terus kepikiran akan nasib sang tante yang kini berada jauh darinya.
Tak lama kemudian, pintu kamar Shafira di gedor oleh Edzard.
“Shafira buka pintunya…!!” panggil Edzard mengetuk pintu. Tak ada jawaban dari Shafira.
“Ada apa?" Tanya Shafira.
“Ikut aku membeli gaun untuk pergi pesta nanti malam.” Kata Edzard yang menarik tangan Shafira dengan paksa.
Shafira masih terdiam dan terpaku. Ia seakan tak ingin beranjak kemanapun.
"Kenapa kau masih diam saja? Ayo cepat bersiaplah! Kita akan pergi sekarang untuk membeli gaun pesta." Kata Edzard lagi.
"Iya." Sahutnya.
Saat d perjalanan, Shafira hanya diam dan melihat ke sisi jendela saja. Ia tidak mau menatap ke arah Edzard yang duduk di sebelahnya. Tak lama kemudian, Edzard dan Shafira tiba di salah satu butik terkenal di kota itu. Edzard mengenal sang perancang busana ternama yang sejatinya adalah teman di masa SMA dulu. Namanya Rista. Ia perancang busana yang terkenal dan sangat ramah.
“Hei, kau bawa siapa?” Tanya Rista kepada Edzard.
“Jangan banyak tanya, carikan gaun yang indah untuknya.” Sahut Edzard.
“Sejak kapan kau peduli dengan wanita, hah?” Tanya Rista pada Edzard lagi.
“Huh, cepatlah!” Kata Edzard kesal.
“Kalau kau berani kesal di dalam boutique ku, mendingan kau keluar saja sana.” Teriak Rista pada Edzard.
“Ayolah, Rista! Kenapa kau selalu saja mengajakku untuk ribut?” Sahut Edzard menahan kesalnya.
“Kita berteman sudah lama, aku langganan disini.” Sambung Edzard lagi.
“Karena aku temanmu, makanya aku tanya, siapa dia? Tanya Rista sambil menunjuk Shafira.
“Dia, wanitaku!” Jawab Edzard yang tak mau memperpanjang masalah dengan Rista.
“Cepat carikan ia gaun yang cocok untuknya.” Kata Edzard pada Rista yang membatu melihat Shafira.
“Oke, baiklah! Ayo ikut denganku.” Ajak Rista ramah kepada Shafira.
Saat di dalam ruang ganti, Rista mengajak Shafira ngobrol.
“Hei, kenapa kau bisa mau menjadi wanitanya si pria gila seperti Edzard?” Tanya Rista dengan cerewetnya.
“Apa kau tau, baru kali ini aku melihat Edzard peduli dengan wanita.” Kata Rista lagi. Shafira hanya tersenyum mendengar pertanyaan Rista yang aneh bagi dirinya.
“Hei, kenapa kau hanya tersenyum? Apa kau bisu?” Tanya Rista bingung.
“Tidak! Aku hanya bingung harus jawab apa.” Sahut Shafira masih dengan senyumannya.
“Oh, Tuhan! Syukurlah kau tidak bisu.” Ucap Rista pada Shafira.
Kemudian, Rista memilihkan gaun yang cocok untuk Shafira pergi ke pesta. Gaun berwarna merah hati yang sangat indah. Saat Rista mengantarkan Shafira ke hadapan Edzard, mata Edzard terbelalak terpesona dengan kecantikan Shafira menggunakan gaun itu.
“Edzard, bagaimana menurutmu? Pilihanku pasti memuaskan!” Kata Rista berbangga diri dengan keahliannya.
“Iya, gaun itu saja.” SahutEdzard yang tak henti-hentinya menatap Shafira.
“Hei, Edzard, pipimu memerah! Kau terpesona dengannya kan? Hehehehe” Kata Rista mengolok Edzard.
“Diamlah!” Sahut Edzard malu.
“Shafira, kau sangat cantik! Aku yakin kau akan jadi primadona di pesta nanti malam.” Ucap Rista pada Shafira.
Malam harinya, Edzard tidak sabaran menunggu Shafira yang sedang di dandani oleh perias terkenal yang di pesan untuk merias wajah Shafira.
“Sial, lama banget sih!” Umpat Edzard yang sudah tak sabaran ingin segera melihat Shafira.
“Tuan, lihatlah! Apakah riasan ini sudah cukup baik?” Tanya sang perias wajah menunjukkan Shafira yang telah siap di dandani.
Kembali lagi, Edzard terpukau akan kecantikan Shafira dengan gaun indah dan riasan wajah yang membuat Shafira semakin berkilau.
“Tuan!” Panggil perias itu lagi yang membuyarkan pikiran Edzard.
“Iya! Sudah cukup!” Jawab Edzard.
“Shafira, ayo nanti kita terlambat.” Kata Edzard mengajak Shafira pergi ke pesta.
Saat di perjalanan, mata Edzard tiada hentinya curi-curi pandang menatap kecantikan Shafira. Namun tiba-tiba, mobil berhenti mendadak di tengah jalanan yang sepi.
“Kenapa kau berhenti?” Tanya Edzard pada supir pribadinya.
“Maaf tuan, ada yang menghalangi jalan kita.” Jawabnya.
Edzard melihat keluar, disana terdapat banyak mobil yang menghalangi mobil mereka. Edzard malam itu tidak di dampingi oleh anak buahnya. Ia hanya pergi bersama Shafira dan seorang supir. Ia langsung mengeluarkan senjata apinya untuk berjaga-jaga.
“Mereka terlalu banyak! Kita terjebak." Kata Edzard.
"Lantas bagaimana ini tuan?" Tanya supirnya.
"Aku akan menghubungi anak buahku untuk segera datang kesini!" Sahut Edzard yang segera meminta bantuan kepada anak buahnya untuk segera datang ke lokasi itu.
Tak lama kemudian, seorang pria berjas hitam tampak keluar dari mobil dan berdiri tepat di depan mobil Edzard. Pria itu mengarahkan senjata apinya kearah mobil Edzard.
"Merunduk!" Teriak Edzard sambil menekan kepala Shafira untuk merunduk ke bawah.
Benar saja perkiraan Edzard melihat pria itu. Tembakan beruntun tertuju pada mobil mereka. Shafira gematar dan ketakutan setengah mati. Edzard melihat Shafira yang tampak gemetar dan menangis karena ketakutan. Melihat kondisi Shafira, Edzard pun segera memeluknya agar dapat menenangkan Shafira kala itu.
Tak lama berselang, baku tembak pun terjadi. Edzard kaget saat mendengar suara baku tembak dari arah yang belakang mobilnya. Edzard mengangkat kepalanya sedikit dan melihtat ternyata anak buahnya telah tiba dan berusaha untuk menyelamatkan dirinya. Merasa bantuan telah datang, Edzard pun keluar dari mobil dan hendak ikut dalam baku tembak itu.
"Tuan, anda mau kemana?" Tanya supir pribadinya.
"Jaga Shafira disini." Sahut Edzard.
"Baik tuan." Ucap Supir itu.
Edzard pun keluar dan ikut dalam baku tembak itu. Untungnya malam itu anak buah Edzard datang tepat waktu dan dengan jumlah yang lebih banyak. Shafira yang berada di dalam mobil mencoba untuk melihat apa yang terjadi saat itu. Ia melihat begitu banyak kekacauan dan juga suara tembakan yang memekakkan telinganya. Saat sedang menatap kekacauan tersebut, tiba-tiba saja Shafira melihat seorang pria yang hendak memukul kepala Edzard dari belakang dengan sebuah balok ditangannya. Dengan cepat ia berlari dan berupaya menyelamatkan Edzard dari pukulan balok itu.
"Edzrad! Awas!" Teriak Shafira berusaha menghalangi pria yang akan memukul Edzard.
Bbrruukkk.........
Shafira langsung ambruk seketika kayu balok tersebut menghantam kepalanya. Melihat Shafira yang di pukul dengan kayu balok, Edzard langsung menembak pria yang memukul Shafira dengan satu tembakan yang tepat di dadanya. Edzard lantas mengangkat tubuh Shafira yang terdapat luka di bagian kepalanya.
“Shafira, bertahanlah!” Ucap Edzard yang segera melarikan Shafira ke rumah sakit terdekat.
Shafira tak sadarkan diri di rumah sakit akibat pendarahan yang ada di kepalanya itu. Edzard tak hentinya terus berada di sisi Shafira untuk menjaganya. Edzard memerintahkan anak buahnya mencari dalang dari kejadian malam itu. Dan ternyata adalah salah satu rekan bisnisnya yang ingin Edzard mati untuk menguasai lahan bisnis besar yang sedang Edzard jalani.
“Beri mereka pelajaran!” Perintah Edzard kepada anak buahnya melalui telepon.
Tanpa Edzard sadari, percakapannya itu telah di dengar oleh Shafira yang baru saja sadarkan diri.
“Dasar pria kejam!” Gumam Shafira dalam hatinya.
Lalu Edzard melihat alis mata Shafira bergerak. Ia tau bahwa Shafira sudah sadarkan diri.
“Kau sudah sadar? Apa kepalamu masih sakit?” Tanya Edzard panik.
“Tidak! Aku tidak apa-apa!” Sahut Shafira sambil meringis kesakitan.
“Apa kau baik-baik saja?” Tanya Shafira pada Edzard.
“Iya, aku baik-baik saja!" Sahut Edzard.
“Eeemm, terima kasih karena sudah menolongku.” Ucap Edzard pada Shafira.
“Hanya itu saja?” Tanya Shafira.
“Jadi kau mau apa?” Tanya Edzard menaikkan sebelah alis matanya.
“Aku mau kebebasan! Aku mau mengunjungi tanteku.” Jawab Shafira.
“Nanti kita bicarakan lagi soal itu, biar aku pikir-pikir dulu.” Sahut Edzard seraya beranjak keluar ruang rawat Shafira.
"Huh! Selalu saja begitu! Menyebalkan." Gerutu Shafira kesal.
Kemudian Shafira kembali beristirahat di ranjang rumah sakit dan Edzard menjaganya di luar ruangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Yup aku setuju, Di sini Shafira juga gak salah, Karena dia diancam oleh Bobi dan di manpaatin oleh Lita..
2023-07-31
0
Diana diana
bahaya klo sampe Kang Mus tau klo Safira d siksa c tuan kejam . . wkwkwkwk
2023-04-17
0
Nadira angraini
lah nich cwo sgt m.bingungkn sekali ..kta na g.suka dibhongi lah nie jujur jg salah ..hadech..mw na apa sih???!
2022-09-15
0