Malam hari udara di luar sangat dingin menusuk tulang. Edzard yang masih betah di dalam ruang kerjanya setelah pulang dari makan malam bersama Shafira, melihat gambar sketsa yang ada di dalam laci meja kerjanya. Ia terus saja frustasi karena belum mendapatkan petunjuk apapun lagi tentang wanita yang menolongnya 6 tahun yang lalu.
“Aku tau siapa yang bisa membantuku mencari wanita itu.” Ucap Edzard seraya mengambil ponselnya.
Ia menelpon Rendi yang sibuk dengan wanita-wanita kencannya di bar.
“Ada apa menelponku? Aku sedang sibuk sekarang.” Kata Rendi.
“Dimana kau?” Tanya Edzard.
“Di bar! Kemari lah, kita bersenang-senang.” Ajak Rendi.
“Besok saja kita bertemu! Aku ada urusan penting denganmu.” Kata Edzard.
“Hei, apa kau takut dengan istrimu yang cantik itu, hehehehe.” Sahut Rendi.
“Aku masih urusan yang lebih penting dirumah saat ini, jadi besok kita bertemu di tempat biasa.” Kata Edzard.
“Aku saja yang ke kantormu besok.” Sahut Rendi.
“Baiklah.” Ucap Edzard seraya mematikan teleponnya.
Keesokan harinya, Rendi mendatangi Edzard yang menunggunya di kantor. Rendi melihat wajah Edzard yang ceria tak seperti biasanya yang terlihat dingin.
“Hei, apa Shafira sangat lihai di ranjang?” Kata Rendi meledek Edzard.
“Dasar brengsek, kau selalu menebak dengan benar!” Sahut Edzard.
“Hahahaha, kau beruntung menikahinya walaupun awalnya pernikahan kalian dilandasi dengan tragedi yang aneh.” Ucap Rendi.
“Omong-omong, ada apa kau ingin bertemu denganku? Kau bilang penting!” Tanya Rendi.
“Aku ingin meminta tolong padamu, untuk mencari seseorang yang telah menolongku 6 tahun lalu.” Kata Edzard sembari mengeluarkan gambar sketsa liontin kalung sepasang sepatu.
“Apa ini tugas yang pernah kau berikan pada Anton?” Tanya Rendi.
“Iya.” Jawab Edzard.
“Ayolah kawan! Ini pekerjaan sulit! Wanita itu mungkin sudah pergi jauh meninggalkan Negara ini, atau mungkin dia sudah mati karena tragedi kebakaran di desa itu.” Kata Rendi.
“Rendi, aku tau kau sahabatku yang paling cerdas! Bantulah aku mencari wanita itu! Dia saksi kunci saat aku di culik. Dia pasti melihat siapa yang menculikku waktu itu.” Kata Edzard.
“Bro, apa kau lupa, kita sudah menyelidiki penculik itu dan itu adalah keluarga Tina, bahkan dia juga terlibat.” Sahut Rendi.
“Tapi, kita tidak punya bukti maupun saksi untuk menuduh mereka! San aku yakin ada orang lain lagi yang terlibat, karena malam itu aku melihat ada sosok pria yang tak asing dimataku dan aku sangat yakin, wanita itu melihat wajah sosok pria itu.” Sambung Edzard menjelaskan.
“Baiklah, jika ini yang kau mau aku akan bantu! Tapi aku tidak janji akan menemukan wanita itu karena pentunjuknya hanya sketsa liontin ini.” Kata Rendi.
“Aku percaya padamu, kau pasti berhasil menemukannya.” Ucap Edzard.
Disisi lain, Shafira membeli beberapa jenis buah-buahan untuk menjenguk tante Ani dirumahnya. Ia ingin memastikan tante Ani dalam keadaaan baik-baik saja. Setibanya disana, ia melihat pintu rumah tante Ani terbuka sedikit. Ia mencoba mengintip dan memanggil tante Ani.
“Tante, apa tante ada di dalam?” Panggil Shafira yang masuk kedalam rumah.
Tak ada sahutan dari dalam rumah. Shafira meletakkan keranjang buah yang di bawanya di atas meja. Saat itu matanya tertuju pada secarik kertas yang berisi pesan.
“Kalau kau ingin tantemu selamat, datang ke hotel ambera kamar no 206! Ingat kau harus datang sendirian, jika kau berani mengadu pada Edzard, maka akan aku habisi tante kesayanganmu ini.”
Setelah membacanya, Shafira langsung menuju ke hotel tersebut dengan di antarkan sopir pribadinya. Sesampainya disana, ia menyuruh sang sopir untuk menunggu di ruang parker gedung hotel tersebut. Kemudian dengan cemas, Shafira langsung menuju kamar 206. Saat di depan pintu kamar hotel itu, ia dengan segera menekan bel nya. Pintu itu terbuka. Ia masuk, namun saat ia baru melangkah masuk, tubuhnya roboh seketika di hantam benda keras dari belakang. Matanya berkunang-kunang, pandangannya menjadi gelap. Yang terlihat samar-samar adalah wajah sang tante dan seorang pria yang begitu ia kenal yaitu Bobi. Mereka menatap Shafira dengan tatapan yang begitu tajam.
“Tante….” Ucapnya lirih kemudian tak sadarkan diri.
Malam harinya, Edzard menunggu Shafira dirumah. Perasaannya sangat marah karena kali ini Shafira sangat terlambat kembali kerumah. Ia mencoba menghubungi ponsel Shafira dan sang sopir pribadi, namun tidak aktif.
“Sialan, kemana dia sampai malam begini belum kembali.” Umpat Edzard dengan amarah yang memuncak.
Tak lama kemudian, Edzard mendapatkan pesan dari nomor yang di kenalnya. Ia melihat ponselnya dan membuka pesan itu yang ternyata berisi foto-foto Shafira yang sedang tidur di kamar hotel dengan seorang pria yang wajahnya tidak kelihatan. Amarah Edzard semakin memuncak melihat foto yang dikirim untuknya.
“Shafira, beraninya kau mengkhianati aku!” Ucap Edzard geram.
Edzard langsung menuju ke hotel tersebut, dan dengan perasaan yang tak terduga ia melihat sendiri Shafira yang masih dalam keadaan telanjang tertidur di ranjang itu. Namun Shafira hanya sendiri, tak ada pria bersamanya.
“Shafira! Bangunlah!” Teriak Edzard dengan amarah yang memuncak.
Shafira tak bergeming, ia masih tak sadarkan diri.
“Shafira!” Teriak Edzard.
Shafira tetap tak bergerak. Kemudian, Edzard menepuk pipi Shafira agar Shafira terbangun.
“Tante, tante.” Ucap Shafira lirih setengah sadar namun belum membuka matanya.
“Bangunlah Shafira!” Bentak Edzard yang langsung membuat Shafira membuka matanya.
“Edzard!” Ucap Shafira bingung melihat Edzard menatapnya dengan marah.
“Beraninya kau mengkhianati aku, Shafira.” Kata Edzard dengan wajah sinisnya.
“Apa maksudmu, Edzard?” Tanya Shafira yang tak tau apa-apa.
“Kau lihat ini! Kau tidur bersama pria lain di kamar hotel ini.” Kata Edzard sambil menunjukkan foto itu padanya.
Shafira sangat terkejut melihat foto dirinya dengan seorang pria yang wajahnya tidak terlihat saat di foto. Ia juga sangat terkejut melihat dirinya yang tanpa busana terbaring di ranjang hotel itu. Ia mencoba mengingat kembali apa yang membuatnya datang ke hotel itu.
“Edzard, aku tidak tau apa-apa tentang foto itu!” Kata Shafira dengan linangan air mata.
“Lantas, untuk apa kau ada di kamar ini, hah?” Tanya Edzard dengan pandangan yang menusuk hati Shafira.
“Aku tadi ingin menemui tanteku, ada yang ingin mencelakai tanteku disini.” Kata Shafira sejujurnya.
Namun Edzard yang terbakar amarahnya, tak mau mempercayai perkataan Shafira. Dengan kasar ia menarik tubuh Shafira yang hanya terbungkus dengan selimut.
“Cepat kau pakai bajumu!” Kata Edzard mencengkram wajah Shafira dengan kasar.
Tak lama kemudian, Edzard membawa Shafira pulang kerumah. Setibanya dirumah, Edzard melemparkan tubuh Shafira di atas ranjang kamarnya. Dengan sangat kasar, Edzard kembali mencengkram tubuh Shafira yang tak tahan menahan air matanya.
“Kau milikku, Shafira! Aku akan mencari pria itu dan akan membunuhnya di hadapanmu.” Ucap Edzard yang sudah gelap mata.
“Edzard, aku tak tau apa yang terjadi! Aku tidak mengkhianatimu, Edzard.” Kata Shafira sambil terus menangis.
“Kau bohong padaku, Shafira!” Teriak suara Edzard yang menggema hingga keluar ruang kamar mereka.
“Aku tidak membohongimu, Edzard! Aku mencintaimu.” Kata Shafira menatapnya sedih.
“Kau akan rasakan, apa yang telah kau perbuat untukku, Shafira!" Ujar Edzard dengan luapan yang penuh emosi.
Kemudian Edzard melemparkan tubuh Shafira dan meninggalkannya terkurung di dalam kamar. Edzard lalu menghubungi anak buahnya untuk menyiapkan helicopter yang akan membawanya pergi bersama Shafira ke tempat lain.
“Siapkan, helicopter secapatnya, aku akan pergi ke vila yang ada di pulau!” Perintah Edzard.
“Baik tuan.” Sahut anak buahnya.
Di dalam kamarnya, Shafira menangisi dirinya yang telah mendapatkan perlakuan kasar dari Edzard. Padahal ia merasa tak melakukan apapun yang mengkhianati Edzard. Shafira sangat mencintai Edzard.
“Edzard salah paham denganku! Pasti Bobi yang menjebakku! Dan dia juga menggunakan tante Ani sebagai umpannya?” Ucap Shafira yang bertanya-tanya dalam hatinya.
Tak lama setelah Shafira membersihkan dirinya, Shafira sedang duduk meratapi nasibnya di sisi jendela, ia melihat sebuah Helicopter yang mendarat di halaman samping rumah. Tak lama kemudian, Edzard datang menghampirinya dan menyeret tubuhnya dengan sangat kasar.
“Edzard, kau mau bawa aku kemana?” Tanya Shafira.
“Aku akan membawamu pergi jauh, sehingga pria manapun tidak bisa menyentuhmu.” Jawab Edzard dengan tatapan wajah yang bengis.
“Edzard, kau salah paham tentang kejadian tadi! Aku tidak mengkhianatimu, Edzard.” Kata Shafira.
“Diam kau!” Bentak Edzard pada Shafira.
Mereka pun pergi terbang dengan helicopter yang membawa mereka ke sebuah pulau kecil dan terlihat ada vila yang banyak di jaga oleh orang suruhan Edzard. Edzard kembali menyeret tubuh Shafira dengan kasar dan mengurungnya di sebuah kamar.
“Mulai sekarang, kau tinggal di kamar ini.” Kata Edzard sambil melemparkan tubuh Shafira ke ranjang.
“Edzard, aku mohon dengarkan penjelasanku.” Kata Shafira yang terus saja menangis.
“Kau yang harus mendengarkan aku! Kau milikku, aku tak suka melihatmu di sentuh pria manapun kecuali aku.” Sahut Edzard dengan luapan emosinya.
Lalu Edzard pergi mengurung Shafira di dalam kamar itu sendirian.
“Edzard, aku mohon jangan kurung aku disini!” Teriak Shafira sambil terisak-isak.
Edzard tak memperdulikannya. Ia terus beranjak menemui seorang pelayan yang di tugaskan untuk menyediakan makanan untuk Shafira.
“Bi ijah, tau kan apa tugas bi Ijah disini?” Tanya Edzard pada pelayan yang usianya separuh baya dan sudah lama bekerja dengan Edzard.
“Iya, tuan!” Sahut bi Ijah.
“Eemm, maaf tuan! Bukan maksud saya mau mencampuri urusan tuan, tapi saya kasihan melihat istri tuan di kurung.” Kata bi Ijah lagi.
“Aku tau apa yang akan aku perbuat.” Kata Edzard yang kemudian pergi dan menaiki helicopter kembali pulang kerumahnya.
Di dalam kamar, Shafira menangis sejadi-jadinya, saat tau Edzard pergi meninggalkannya di pulang tersebut. Ia sangat sedih melihat pria yang di cintainya itu sangat kasar padanya. Memang bukan baru kali ini Shafira mendapatkan sikap kasar dari Edzard, namun hal yang paling menyakitkan adalah kini mereka saling mencintai tapi ada pihak lain yang ingin memisahkan mereka berdua.
*****
Keesokan harinya, bi Ijah datang ke kamar Shafira. Ia melihat Shafira masih duduk diam di atas ranjang. Shafira tak bisa tidur semalaman.
“Nona, apa kau semalam tidak tidur?” Tanya bi Ijah.
“Siapa kau?” Tanya Shafira.
“Aku pelayan disini untuk menyiapkan segala yang kau perlukan.” Jawab bi Ijah dengan lembut kepada Shafira.
“Panggil saja aku bi Ijah.” Katanya lagi.
“Bawalah makanan ini! Aku tidak selera apapun.” Kata Shafira menolak untuk makan.
“Nona, kau tidak boleh begitu! Kau harus makan.” Ucap bi Ijah.
‘Aku tidak mau!” Sahut Shafira terus menolak.
“Nona, tuan Edzard sedang mengawasimu dari kamera cctv di seluruh ruangan vila ini.” Kata bi Ijah.
“Aku tak perduli!” Ujar Shafira yang langsung menangis.
“Aku tidak mengkhianatinya, tapi dia tidak percaya dengan ucapanku.” Sambung Shafira terus menangis.
“Nona, bersabarlah! Ayo makan lah dulu.” Kata bi Ijah.
“Aku bilang aku tidak mau makan!” Teriak Shafira yang melemparkan semua makanan itu ke lantai.
“Biarkan aku mati kelaparan disini!” Teriak Shafira lagi.
Bi Ijah hanya menghela nafas menghadapi sikap Shafira yang sedang terguncang saat itu. Ia mengerti perasaan Shafira yang sedang dalam keadaan kalut memikirkan masalahnya dengan Edzard.
Di ruang kantornya, Edzard mengawasinya kamera cctv yang tersambung di layar laptopnya. Ia kesal melihat sikap Shafira yang kasar kepada bi Ijah. Di tambah lagi ia sangat kesal melihat Shafira yang menolak untuk makan. Tak lama kemudian, Anton datang bersama dengan Rendi ke ruang kantornya. Dengan cepat Edzard menutup laptopnya.
“Kenapa lagi kau? Wajahmu seperti ingin membunuh orang.” Tanya Anton pada Edzard.
“Shafira mengkhianati aku!” Jawab Edzard dengan geram.
“Apa?” Tanya Rendi dan Anton serentak kaget.
“Apa kau yakin?” Tanya Anton.
“Ini foto yang dikirim oleh orang tak ku kenal, aku sudah memeriksa foto itu dan hasilnya foto itu asli! Aku juga melihat Shafira di kamar hotel itu, namun sialnya pria itu sudah pergi.” Jawab Edzard menjelaskan.
“Wajah pria ini tidak terlihat, aku merasa ada yang aneh dengan foto ini.” Ucap Rendi si pintar dalam hatinya.
“Edzard, apa Shafira memiliki sopir pribadi?” Tanya Rendi.
“Iya, bahkan sampai sekarang aku tak tau dimana dia.” Kata Edzard.
“Ada yang aneh, pasti ada orang yang ingin membuat hubungan Edzard dan Shafira hancur.” Ucap Rendi dalam hatinya lagi.
“Aku harus cari tau, apa Tina dalang di balik semua ini! Lebih baik aku merahasiakan hal ini pada Edzard, kalau tidak Edzard pasti akan menghancurkan penyelidikanku.” Sambungnya lagi dalam hati.
Rendi tau betul bagaimana sikap Edzard yang terkadang ceroboh dalam mengambil tindakan. Makanya Rendi ingin menyelidiki semuanya terlebih dahulu sampai semuanya jelas.
“Edzard kau tenang saja, aku akan mencari tau tentang pria yang menjadi selingkuhan Shafira.” Kata Anton.
“Jika kau berhasil menemukannya, bawa dia kehadapanku! Aku akan membunuhnya di depan mata Shafira.” Kata Edzard dengan wajah yang sangat bengis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Alanna Th
thor, aq baca novelmu ini utk k 2 x nya, tp bnyk yg lupa. bravo 👍👍👍
2022-02-28
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kasihan Safira😔😔😔😔😔😔
2021-06-22
0
Firman Junior
Rasain kau wanita tak tahu diri...maka jgn sok..😏😏
2021-03-31
0