Andra lebih sering tidak di rumah setelah bergabung di tim basket di SMP-nya, karenanya aku jadi sering punya jam kosong dan membantu Bu Dewi merawat tanamannya.
“Kenapa bu Dewi tidak memperkerjakan tukang kebun saja untuk merawat tanaman-tanaman di sini?” Tanya aku yang penasaran dengan teman yang luas di rawat sendiri oleh Bu Dewi.
“Sebenarnya ada, hanya saja dia datang berkala karena saya suka berkebun untuk menghilangkan kebosanan saya, selain itu saya sangat senang mengerjakan segala sesuatu sendiri.”
“Ternyata begitu”
Lalu Alex datang menghampiri kamu yang sedang menanam bunga mawar di teman itu.
“Bu, hari ini jadikan temani Alex belanja?”
“Aduh sayang, Ibu ada arisan dua jam lagi. Eumm… gimana kalau perginya bareng Azia aja, gimana bisa kan nak Azia?”
“Eh, itu..” Aku bingung mau jawab apa karena terlalu mendadak.
“Ayo kalau gitu!” Alex langsung menarik aku dan meninggalkan bu Dewi yang hanya melambai saat aku mintai bantuan agar menghentikan langkah cepat Alex.
“Kak, tunggu!”
Lalu kami berhenti tepat saat Alex akan membukakan pintu untukku, dia melepas tanganku.
“Maaf aku tidak menunggu jawaban darimu tadi, apa kamu tidak mau ikut denganku?”
“Bukan begitu, aku hanya… Itu tasku tertinggal di dalam.”
“Sudah aku masukkan ke dalam mobil”
“Apa? Kapan?”
“Tadi sebelum menghampiri kalian, sekarang ayo masuk” Dia membukakan pintu mobil untukku.
“Tunggu dulu! Aku masih menggunakan baju sekolah!”
“Gak papa, kamu tetap terlihat cantik menggunakan apapun jadi tidak masalah”
“Bukan itu maksudku!” Aku jadi senang di puji oleh dia.
“Ayo masuk aja” Dia memaksaku untuk masuk ke dalam mobil.
Aku merasa dia telah merencanakan hal itu sebelumnya, meski terpaksa pergi dengan Alex, sebenarnya aku sedikit bahagia karena rasanya seperti sedang kencan.
“Kak, kita mau kemana?”
“Aku mau beli hadiah untuk Andra, besok dia ulang tahun ke 14. Zi, menurut kamu enaknya beli apa, ya?”
“Beli? Eumm..” Aku belum pernah membelikan kado untuk anak laki-laki jadi, aku sedikit bingung saat di tanya enaknya hadiah apa untuk di berikan pada anak seperti Andra.
“Gimana kalau kakak beli baju, sepatu, dan aksesoris anak laki-laki pada umumnya aja?”
“Kalau gitu kita ke mall aja”
Saat tiba kami langsung menuju ke toko baju anak laki-laki dan membeli beberapa, lalu berlanjut ke tempat sepatu di sana kami sedikit lama karena kak Alex lupa ukuran sepatu adik kecilnya itu hingga dia harus bertanya pada ibunya sebelum membelinya.
“Sekarang semua sudah dibeli, Zi kamu mau kakak belikan apa?” Tanyanya padaku yang sebenarnya sudah berniat belanja juga saat masuk ke dalam tempat itu.
“Ayo kali ini kakak ikut aku!” Aku menariknya untuk masuk ke toko baju perempuan, kami memilih beberapa dan aku mencoba yang dia pilihkan untukku.
Kadang aku tidak mengerti apa yang dia coba sampaikan dengan ekspresi terkejutnya saat aku mencoba beberapa pakaian yang dia pilihkan, dia tidak berkata apapun hanya terlihat terkejut akan sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan dan itu membuat aku bingung ingin mengartikan apa dari ekspresinya itu. Aku tidak terlalu berharap dia mengatakan aku cantik atau setidaknya mengatakan baju yang aku kenakan cocok untukku, aku memilih semua yang menurutku menarik dan langsung menuju ke kasir.
“Tunggu biar aku bayar” Ucapnya menghentikan aku yang akan membayar belanjaan ku.
“Aku punya uang kok, lagian nenek bilang tidak boleh menerima pemberian dari orang asing”
Dia terlihat kecewa tapi, aku tidak mengerti apa yang membuat dia kecewa karena ucapan ku, atau penolakan ku karena aku tidak ingin di kasihani oleh orang lain. Kami keluar tanpa bicara sepatah katapun, lalu tiga orang pria menghampiri kami.
“Hai dokter Alex! Ngapain disini?” Tanya salah seorang dari mereka.
“Belanja, kalau kalian ngapain? Gak kerja?”
“Gak, hari ini kami sepakat buat cuti dan jalan sama pacar kami, eh anak di samping kamu itu siapa?”
“Pacar kecilmu, ya?” Tanya mereka.
“Hahahah... Mana mungkin aku suka sama anak kecil, kalian jangan ngada-ngada, dia itu temannya Andra, aku ajak belanja buat beli kado untuk Andra itu aja, kok”
Entah kenapa rasanya dadaku tiba-tiba terasa sesak, apa karena aku tidak biasa dengan teman-teman kak Alex atau karena ucapan kak Alex yang mematahkan perasaanku dengan ucapannya.
“Kak, aku punya agenda lain sekarang jadi, aku duluan, ya” Aku langsung pergi karena tidak tahan lagi dengan rasa sesak saat bersama dengan kak Alex. Aku tidak mengerti kenapa aku seakan tidak bisa mengontrol emosiku, aku segera memesan taksi online dan saat keluar jemputan ku pun sudah menunggu.
“Dia kenapa?” Tanya Alex tanpa rasa bersalah.
“Kayaknya anak itu suka sama kamu deh, lex!”
“Jangan ngawur, mana mungkin dia suka sama aku, aku ini terlalu tua untuk anak sekecil dia” Ucap Alex sambil tertawa karena menganggap ucapan temannya hanya sebuah lelucon.
“Sekarang dia terlihat seperti anak kecil tapi, dua tahun lagi dia akan jadi wanita dewasa yang di kejar-kejar sama banyak cowok, dan saat itu tiba baru kamu akan menyesal.”
“Aku setuju tu!”
“Kalian pada kenapa sih?”
“Kamu tu yang kenapa? Gak sadar apa, ucapan kamu tadi yang bilang ‘mana mungkin aku suka sama anak kecil’ itu udah membuat dia sakit hati, lihat aja besok aku rasa dia gak akan bicara lagi sama kamu”
“Kenapa gitu?”
“Dasar begok! Udahlah, kamu pikir saja sendiri, masa hal yang kayak gini perlu di jelasin juga sih?”
“Alex, kamu ini kadang-kadang begok juga ya, kalau gitu kami bertiga duluan, ya!”
Lalu tiga teman Alex pun pergi, Alex sedikit penasaran dengan apa yang teman-temannya maksud, lalu dia mencoba menghubungiku. Saat itu aku tidak menyimpan nomor Alex jadi, ketika dia menelpon aku langsung mengangkatnya, dengan suaraku yang berubah karena sedang menangis, saat aku mulai bicara dia malah memutuskan telponnya.
“Apaan sih orang ini, gak bicara apa-apa lalu tiba-tiba telponnya di matiin, dasar orang iseng” Kerutuh ku kesal.
Aku langsung pulang ke rumah Fara dan meminta maaf pada orang tua anak yang tidak bisa aku ajarkan hari itu karena keadaanku yang tidak memungkinkan.
“Azia kamu kenapa?”
“Fara…” Aku langsung memeluk Fara yang sedang main game.
“Kamu kenapa, siapa yang buat kamu nangis kayak gini?”
“Ini semua salah si Alex sialan itu! Huhuhu… Dia bilang aku anak kecil dan dia tidak akan suka sama anak kecil, huhuhu….”
“Loh itu masalahnya? Kan aku udah pernah bilang kalau usia kalian itu bakalan jadi masalah nantinya, kan udah terbukti, ternyata Alex masih waras dan sadar diri”
“Maksud kamu apa?”
“Azia sayangku, kamu itu cantik, pinter, dan aku sangat yakin kamu bisa mendapatkan lebih baik dari si tua Alex itu!”
“Dia itu gak tua!”
“Iya sekarang gak tua, tapi beberapa tahun lagi dia pasti akan terlihat lebih tua saat kita akan terlihat seperti wanita dewasa yang cantik, pahami itu Azia!”
“Tapi, tapi aku mencintainya!”
“Lupakan cinta, kembali ke realita, aku akan mencarikan kamu pria yang layak saat waktunya tiba jadi, sekarang jangan menangis lagi, ya” Fara menghapus air mataku.
Setelah menangis cukup lama aku tertidur pulas hingga keesokan harinya aku bangun dengan mata yang bengkak. Gara-gara itu beberapa jadwalku dialihkan di hari berikutnya karena aku tidak ingin ada orang yang tahu masalahku.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments