Siang itu aku merasa gelisah entah karena apa tapi, aku cukup yakin itu bukan karena masalahku dengan Daniel. Semenjak aku tidak mau menjauhi kakak kelas, Daniel jadi lebih sering diam saat kami bersama dan dia juga menghindari tatapanku, aku tidak terlalu ambil pusing dengan hal itu.
“Azia, kamu kenapa dari tadi diam terus? Ada soal yang sulit sejauh ini?” Tanya kak Ken padaku yang sedang melamun.
“Tidak, hanya saja aku merasa kalau ada hal buruk yang akan terjadi”
“Itu hanya perasaanmu saja, lebih baik kamu fokus saja pada soal-soalnya, bukannya kamu bilang besok kalian akan ada ulangan?!”
“Memang iya sih, lalu seorang guru menghampiri kami.”
“Azia, kamu di minta untuk datang ke rumah sakit karena nenekmu mengalami serangan jantung”
“Apa?!” Aku benar benar Syok mendengar hal itu, rasanya jantungku akan berhenti berdetak, aku berlari keluar dari perpus.
Dengan bantuan Fara aku berhasil datang tepat waktu ke rumah sakit, aku sangat sedih melihat nenek terbaring lemas di ranjang rumah sakit dengan alat bantu pernapasan yang membuat dadaku sesak melihatnya.
“Kenapa ini terjadi pada nenek?” Aku memeluk nenek yang masih tidak sadarkan diri.
“Apa anda keluarga pasien?” Seorang dokter yang masih berada di ruangan langsung menghampiri diriku yang sedang menangis tersedu-sedu.
“I-iya, saya cucunya, apa yang terjadi pada nenek saya, dok?”
“Seorang pengantarnya ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri, untuknya dia cepat dibawa ke rumah sakit, kalau tidak mungkin sekarang dia sudah tidak bisa tertolong. Dia mengalami serangan jantung tiba-tiba, mungkin karena terlalu syok akan sesuatu karena itu kedepannya tolong di perhatikan lagi pola makan dan juga jangan biarkan nenek anda mengalami stres”
“Siapa sebenarnya yang membawa nenek saya?”
“Seorang pria, sepertinya dia pengawal pribadi dari seseorang.”
“Baik, kalau begitu terimakasih, dok”
“Sebaiknya anda membiarkan pasien istirahat untuk saat ini, anda bisa menemuinya kembali nanti.”
“Saya mengerti”
Lalu kami semua keluar dari ruangan itu, aku duduk di kursi yang ada di dekat kamar pasien, lalu seorang pria yang wajahnya begitu familiar di dalam ingatanku pun lewat di hadapanku. Dia berhenti tepat di depanku yang sedang begitu kacau dengan semua masalah yang datang terlalu tiba-tiba.
“Kamu yang waktu itu, kan?” Tanpa basa-basi dia langsung to the point pada pertanyaan dalam kepalanya.
“Apa yang kamu lakukan di sini? Kamu baik-baik saja?” Dia duduk di sebelahku.
Waktu itu aku terlalu pusing untuk bisa di ajak bicara, aku hanya diam dan merenungkan setiap masalah yang terjadi hari itu. Tak lama kemudian seorang suster datang, dan memanggil pria itu.
“Dok, anda di panggil oleh dokter kepala.”
“Baiklah, saya langsung ke sana” Dia pergi bersama suster itu dan meninggalkan aku.
Hari itu aku baru tahu kalau pria itu terjadi bekerja di rumah sakit sebagai seorang dokter muda. Setelah dia pergi Mia dan Fara menghampiriku, mereka memelukku mencoba untuk menenangkan diriku yang sedang berada di titik paling jatuh yang pernah aku rasakan.
“Mia, Fara, kenapa semua terjadi pada nenek, kenapa tidak aku saja yang sakit! Aku tidak sanggup melihat dia terbaring lemas di rumah sakit”
“Kamu gak boleh bilang gitu, Zia! Nenek akan sangat sedih jika kamu yang mengalaminya! Kamu harus kuat demi nenek”
“Benar beb, kami di sini akan menemanimu! Nenek pasti akan baik-baik saja”
‘dring dring’ handphone ku berbunyi tak henti dan saat aku melihatnya, di layar terlihat nomor yang tidak di kenal. Aku sedikit ragu mengangkatnya tapi, aku merasa nomor itu ada hubunganya dengan keadaan nenek.
“Hallo!”
“Azia Mutiara, jika kamu ingin tahu apa yang terjadi pada nenekmu sebaiknya kamu ikut seorang yang akan menjemputmu nanti”
“Baik, saya akan ikut!”
“Siapa, Azia?”
“Entah, aku juga tidak tahu hanya saja aku yakin dia ada hubungannya dengan kondisi nenek sekarang ini”
Tak lama kemudian seorang pria datang pada kami bertiga, dia tidak berhata apa-apa tapi dia hanya melihatku dan memberi kode untuk mengikutinya. Aku mengikutinya hingga ke parkiran lalu kami pergi ke sebuah restaurant mewah yang telah di pesan untuk kami bertemu. Saat masuk ke tempat itu aku merasa sedikit ragu tapi rasa penasaranku membuat langkahku tidak bisa berhenti. Di sebuah meja ada seorang wanita cantik dengan riasan yang luar bisa cantiknya, dia menggunakan pakaian mewah.
“Silahkan duduk” Dia menyambut ku dengan senyuman liciknya, dia terliha seperti rubah dan juga iblis.
“Kenapa saya di bawa ke sini”
Lalu dia memperlihatkan fotoku yang sedang jalan-jalan bersama dengan Daniel di taman dan juga saat kami nonton di bioskop bersama Mia dan Fara.
“Apa maksudnya ini?” Aku tidak mengerti alasan kenapa dia menunjukkan foto itu padaku.
“Apa buhunganmu dengan anak saya?”
“Anda Ibu si Daniel itu?”
“Apa maksudmu dengan mengatakan ‘si Daniel itu’ pada anak saya?”
“Pantas saja dia bodoh, ternyata seperti ini Ibunya” Ucapku tanpa rasa ragu sedikitpun.
“Hai! Apa maksudmu?!” Dia terlihat kesal padaku.
“Coba saya tebak, anda baru saja mengancam nenek saya yang sebenarnya tidak tahu kalau saya punya hubungan dengan anak anda, ya’kan?” Aku berusaha untuk bersikap tenang.
“Kalau iya memangnya kenapa” Ucapnya dengan nada sombongnya.
“Heh! Drama hidup anak orang kaya, membosankan! Orang tua sejenis anda adalah orang tua yang akan membuat masa depan anaknya lebih kacau dari hidupnya sendiri”
“Jaga ucapanmu!” Dia terlihat semakin kesal dan nada bicaranya semakin meninggi.
“Ayo kita berhenti main-main! Anda pasti ingin saya menjauhi anak anda, bukan?” Aku mencoba membalikkan situasi dan membuat dia yang menjadi pihak yang ditekan waktu itu.
“Benar, itu adalah alasan kenapa kamu berada di sini! Katakan berapa uang yang kamu perlukan untuk bisa meninggalkan anak saya.”
“Berapa, ya?” Aku berpura-pura menghitung. “Kayaknya anda tidak akan sanggup deh!”
“Kamu meremehkan saya?”
“Saya tidak meremehkan anda, hanya bicara soal kenyataan! Em kalau di ingat-ingat selama ini anak anda cukup merepotkan saya, dia membuat saya mengejerkan tugasnya tanpa membayar, terlebih dia mencuri waktu belajar saya dengan mendengar ocehan gak jelas dari dia, dan sekarang anda membuat nenek saya masuk rumah sakit. Saya rasa anda harus membayar semuanya melalui hukum”
“Apa maksudmu! Hanya karena saya berasa dari keluarga bisa, bukan berarti saya akan membiarkan anda lepas tangan setelah membuat nenek saya masuk rumah sakit”
“Jadi apa maumu!”
“Keinginan saya cukup sederhana, hanya ingin anda bertenggungjawab selama setahun nenek saya di rumah sakit dan membantu saya pindah dari sekolah dengan cepat. Oh iya, karena saya sekolah di sana menggunakan beasiswa jadi anda harus membayar semua uang sekolah saya setelah pindah, bukankah itu gampang?”
“Apa urusan saya dengan kamu yang pindah?”
“Bukannya anda mau saya menjauhi putra manja anda itu? Kalau saya masih satu sekolah dengan dia, ya saya gak jamin bisa pisah dengan anak itu karena dia terlihat terlalu bergantung pada saya!”
“Baiklah, saya akan penuhi semua keinganan kamu! Tapi awas saja kalau kamu berani muncul lagi di depan putra saya!”
“Ingat ini! Kalau terjadi sesuatu pada nenek saya, saya akan pastikan Anda masuk penjara dan putra Anda akan membenci Anda hingga anda mati, paham!” Aku membalas mengancamnya karena aku terlalu kesal dengan wajahnya yang sok garang padahal dia terlihat hanya wanita kaya yang bodoh.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
ana lestari wahyudi
cerdas bgt sih Zia
2021-03-22
1