“Baiklah! Kalian memang yang terbaik, bagaimana kalau kita ke kantin?”
Akhirnya kami pergi ke kantin bertiga karena pelajaran hari itu kosong, itu terjadi karena tiba-tiba saja guru yang masuk malah mengalami kecelakaan sebelum sampai ke sekolah.
“Enaknya makan apa, ya?”
“Gimana kita pesan pizza aja?”
“Boleh tu!”
“Itu melanggar peraturan sekolah!”
“Kita harus menikmati masa-masa SMA tanpa masalah? Ini gak benar tahu, gak seru! Ayo kita membuat masalah dan membuat sejarah yang bisa kita kenang” Mia mulai ngawur dengan pemikirannya yang tidak bisa di tebak olehku.
“Aku setuju” Fara dan Mia terlihat bersemangat dan aku tidak bisa membantah keputusan mereka jika sudah begitu.
Pada akhirnya kami memesan beberapa pizza dengan menyogok penjaga gerbang agar bisa mengizinkan makan itu masuk ke sekolah. Kami menikmati pizza dan melupakan semua beban pikiran yang sedang menumpuk karena pelajaran.
“BTW, papa minta kamu jadi guru les untukku lagi, apa kamu bisa?”
“Fara, kamu tahu sendiri kalau kegiatan sekolah ini cukup padat, aku gak yakin bisa”
“Kalau untuk aku kamu pasti bisa, ya’kan?”
“Mia, itu kan sama saja”
“Ayolah, aku cuma bisa belajar dengan benar kalau kamu yang jadi guru lesnya, please please !!”
“Okelah, tapi cuma untuk kalian aja, ya!”
“Eumm”
Lalu tiba-tiba cowok yang disebut sebagai pangeran itu datang dan menghampiri kami yang sedang asik makan.
“Apa aku boleh gabung?”
“Gak, di sini penuh” Ucapku dingin.
“Masih ada kursi kosong kok!” Lalu tanpa malu dia duduk di sampingku dan hal itu membuatku semakin membencinya.
“Hai semuanya, aku Daniel, kalian pasti Fara dan Mia, ya'kan”
“Wah, dia tahu nama kita” Bisik Fara pada Mia.
“Kedepannya aku akan jadi teman sebangku Azia, mohon bantuannya!”
“Wah, dia sopan banget” Bisik mereka.
“Apaan sih, kayak minta restu buat apa aja kamu ini! Terus kamu tahu nama kami dari mana?” Tanyaku padanya.
“Tentu saja dari data siswa, ayo kita berteman” Ucapnya dengan senyuman yang mencurigakan.
Setelah hari itu aku banyak mendapat kesialan yang tidak pernah ada dalam rencana kehidupan SMA yang sempurna yang dulu selalu aku bayangkan. Daniel terus saja mengikuti ku kemanapun aku pergi bahkan dia juga mencalonkan diri sebagai wakil ketua kelas agar bisa terus berada di dekatku karena aku menjadi ketua kelas waktu itu. Kemanapun aku pergi dia selalu mengikuti dan tersenyum tiap kali aku melirik kearahnya, dia seperti tidak punya urut malu, padahal aku sudah jelas-jelas memperlihatkan kalau aku tidak menyukai keberadaanya.
“Azia, ni aku bawa minuman dan cemilan untuk kamu!”
“Hai, kenapa kamu bawa makanan ke perpustakaan, ini melanggar aturan!”
“Ayolah, kamu jangan jadi siswa yang membosankan dengan terlalu patuh pada aturan. Orang bilang aturan di ciptakan untuk di langgar tahu!”
“Kamu salah! Aturan di buat untuk menciptakan ketertiban, dan berhentilah mengacau!” Lalu aku pergi keluar menuju ke tempat yang jauh dari dia.
Sialnya dia masih saja mengekor, aku benar-benar kesal pada sikapnya yang seperti itu.
“Kenapa kamu terus mengikuti ku sih?”
“Entahlah, mungkin karena aku menyukaimu!”
“Enyahlah, aku ingin belajar!” Bentak ku padanya.
“Hai kalian berdua, kalau ingin bertengkar silahkan di luar! Jangan ribut di perpustakaan, paham” Seorang petugas datang karena mendengar suaraku yang keras karena membentak Daniel.
“Tu, katanya tadi kalau aturan itu harus di patuhi, terus kamu barusa itu kan udah melanggar peraturan jadi, kamu sama dong sama aku” Dia tersenyum setelah membandingkan tindakanku dengan dirinya.
“Ish!” Aku langsung keluar karena kesal pada ucapannya yang benar.
Aku pergi ke kantin menemui Mia dan Fara yang sedang asik mengobrol.
“Kenapa wajah kamu kayak gitu?”
“Pasti habis bertengkar lagi sama si Daniel lah tu!”
“Aku kesal banget sama dia! Aku benci, benci pokoknya benci sama dia! Dia membuat aku kesal di setiap harinya! Kalian harus bantu aku membuat dia menjauhi aku.”
“Aku rasa dia itu suka deh sama kamu”
“Mau suka atau enggak itu gak penting, yang penting sekarang aku ingin kehidupan tenang ku kembali lagi”
“Kalau itu yang kamu mau, kami akan bantu”
Lalu tiba-tiba dia datang dan duduk di sebalah ku, “Apa kamu masih marah?”
Aku menghindari tetap nya dan mengalikan pandanganku darinya.
“Aku minta maaf, jangan marah dong!”
“Aku belikan coklat gimana?”
“Boleh-boleh, beli yang banyak!” Jawab Fara cepat.
“Hai, kamu itu teman aku atau teman dia sih?” Tanyaku kesal pada Fara yang terlihat mendukung Daniel mendekatiku.
Lalu Daniel pergi dan beberapa menit kemudian dia membawa sekantong coklat untuk kami, sebenarnya aku sedang sangat kesal pada dia tapi mau bagaimana, godaan dari coklat itu membuat aku tidak bisa tahan, terlebih dua teman sialan ku malah sengaja memanas-manaskan aku dengan memakan coklat bak sedang mempromosikan produk mereka sendiri, menyebalkan sekali.
“Apa kamu suka?” Tanya nya dengan harapan.
“Eumm” Aku mengangguk karena memang rasa coklatnya sangat enak.
“Aku bertemu dengan wali kelas dan dia mengatakan kalau kita mendapat tugas, tapi aku lupa tugasnya apa, kamu bisa tanya ulang pada dia kalau sudah selesai makannya.”
“APA? tugas?” Lalu aku segera pergi dan meninggalkan coklat yang enak itu karena aku tidak ingin membuang waktu meskipun itu demi coklat terlezat sekalipun, tugas adalah prioritas utamaku.
Alasan aku ingin terus mendapat nilai sempurna karena aku sangat berharap bisa masuk universitas luar negeri yang terbaik dan bekerja di perusahan besar dan membuat nenek tidak perlu bekerja keras lagi karena aku bisa menghidupinya dengan uang yang akan aku hasilkan nantinya. Setelah menemui wali kelas, aku mendapat kertas berisi soal yang harus aku bagikan pada teman-teman sekelas sebelum mata pelajaran di mulai dan harus di kumpulan setelah mata pelajaran berikutnya.
Karena kelasku di sisi oleh anak-anak pintar jadi, tidak ada yang protes meski di beri tugas dadakan. Hal yang paling aku suka adalah saat ada tugas dadakan seperti ini, alasannya sederhana, itu karena semua akan pokus pada satu pekerjaan dan tidak akan ada suara yang mengganggu pikiranku. Walau sebenarnya masih saja terdengar suara dari tiga orang yang paling malas untuk belajar yaitu Mia, Fara, dan yang terakhir adalah si pria sok keren Daniel. Mereka terus aja berisik karena minta jawaban dariku, aku kesal tapi mau bagaimana lagi mereka temanku dan tugas harus segera di kumpulkan. Mereka menyalin semua jawabanku dengan sangat cepat dan ketika bel berbunyi mereka pun selesai, semua tugas di kumpulkan padaku dan aku harus membawanya ke ruang guru sendirian dan itu menyebalkan. Sebagai wakil ketua kelas Daniel hanya lambang saja, dia tidak melakukan apapun sebagai wakil ketua, dia hanya jadi seorang pengamat yang menyebalkan, tidak ada satupun pekerjaan yang dia lakukan dengan benar dan itu semakin membuat aku membecinya.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
zsarul_
hai thorr aku mampir nihh 🤗
semangatt yaa
yuk baca juga cerita aku yang judulnya CONVERGE!!
dan baca juga cerita baru aku yang judulnya EVANESCENT!!
ga kalah mbaperin deh dari lainnya 😍
mari saling support thorr ❤️
thanks
2021-03-28
1
Jamratul Ula
kpan lnjut ini beb
2020-01-28
2