Minggu pagi, aku, Mia dan Fara tiba-tiba saja tidak memiliki kegiatan sama sekali. Rasanya membosankan, kami sedang tidak mood mengerjakan apapun, tidak keluar rumah, bahkan rasanya tidak mau untuk bergerak sama sekali.
“Rasanya bosan banget!!!”
“Iya, tapi males buat keluar rumah!”
“Aku juga sama, rasanya mau tidur aja tapi, kita kan baru bangun mana enak tidur lagi, ya’kan?”
“Azia, aku baru ingat sesuatu yang harus aku katakan”
“Apa?”
“Orang yang menjaga rumahmu mengatakan dalam seminggu satu atau dua kali si Daniel datang dan menanyai pemilik rumah itu yaitu kamu, dia kadang berjam-jam cuma mondar-mandir di depan rumah sampai-sampai warga pernah memperkarakannya”
“Serius?”
“Gila juga anak itu! Kayaknya dia beneran suka sama kamu deh, Azia!”
“Apa urusanku, ibunya juga gak setuju, lagian aku pacaran sama dia dulu karena terpaksa juga, aku gak mau ada urusan lagi sama keluarga mereka.”
“Tapi, apa gak sebaiknya kamu putus secara baik-baik sama dia?”
“Aku benar-benar gak mau ketemu sama dia lagi, dan bukannya udah jelas waktu itu aku bilang gak mau punya urusan lagi dengan dia dan aku memintanya untuk gak pernah muncul di depanku lagi di hari terakhir aku sekolah, ya’kan?”
“Iya juga sih.”
“Gak usah terlalu di buat pusing, lagian anak itu udah pindah ke Amerika beberapa hari yang lalu, kok”
“Beneran?” Mia terlihat sangat kaget dan terasa tidak percaya dengan ucapan Fara.
“Iya, aku denger dari anak-anak yang jadi geng gosip di sekolah”
“Kamu juga masuk grup mereka?”
“Ya, kan biar dapat info aja gitu, lagian mereka juga gak terlalu banyak kegiatan selain membahas isu anak-anak di sekolah”
“Sudahlah, kita bisa gak sih bahas yang lain aja” Aku sangat kesal tiap kali membahas masalah Daniel karena hal itu membuatku mengingat alasan semua kekacauan yang terjadi dalam hidupku.
“Oke oke kita bahas yang lain aja, gimana kalau nanti malam kita jalan-jalan sama anak-anak yang waktu itu aku bahas, ingat kan?”
“Yang anak basket atau anak sepak bola?”
“Anak basket lah! Kalian mau ikut gak?”
“Boleh deh, dari pada cuma di rumah gak ngapa-ngapain”
“Kalian gak mau belajar buat hari ini?”
“Ayolah Azia ku sayang, dalam seminggu kita udah cukup belajar terus, aku cepek belajar sayangku!”
“Azia, aku pinjam laptop mu, ya?” Pinta Mia yang langsung pergi ke kamar dan mengambil laptopku.
“Aa...!!!” Suara teriakan dari arah kamar kami.
Aku dan Fara bergegas menuju kamar dan melihat keadaan Mia, saat kami masuk ke kamar dia masih utuh dan tidak ada lecet sedikitpun.
“Kamu gila ya, Mia? Pagi-pagi udah bikin orang panik aja!” Ucap Fara kesal.
“Sorry deh! Tapi, lihat ini!”
Mia menunjukkan album foto dalam laptopku.
“Lah kenapa kamu buka itu?” Tanyaku pada Mia.
“Bukan itu masalahnya! Kenapa kamu mengumpulkan semua foto si Alex??”
“Itu… Aku sangat menyukainya jadi, aku pikir meski tidak mendapatkan orangnya, ya apa salahnya kalau mengoleksi fotonya, ya’kan?”
“Azia, ini udah gak bener! Masa kamu punya foto dia gak pakai baju terus saat dia masih bayi dan yang lebih parahnya lagi saat aku yakin kamu gak minta izin dari dia, ya’kan?”
“Soal itu, yak an gakin di izinin!”
“Azia, kamu udah kayak penggemar fanatic dia deh, lihat ini, kamu bahkan punya banyak foto saat dia di rumah sakit dan di taman, kamu mengikuti dia, ya?”
“Gak tuh, cuma kebetulan aja!”
“Kamu yakin cuma kebetulan?” Nada Fara seakan sedang mengintrogasi seorang penjahat.
“Ayolah, itu bukan hal yang perlu di perdebatkan, ya’kan?”
“Azia, kamu udah terobsesi pada pria ini!”
“Aku gak merasa terobsesi, aku hanya mencintainya saja. Eum, rasanya aku harus segera mengungkapkan perasaanku pada dia, deh!”
“Jangan ngada-ngada kamu! Bikin malu aja, masa cewek yang nembak cowok, sih?”
“Ya, apa salahnya?! Lagian menunggu itu gak asik, mending langsung bertindak dan jadikan dia milikku, betul gak?”
“Gak, ini sama sekali tidak benar! Azia, aku akan kenalkan kamu sama pria tampan malam ini jadi kamu lupain aja pria sialan itu, oke”
“Nope! Aku hanya akan pacaran sama dia”
“Mia, sepertinya Azia kita sudah kena demam cinta, deh?!”
“Iya, kayaknya ini penyakit nya udah cukup parah buat di obati, kita harus gimana?”
“Gak tahu”
Mereka berbisik di depanku, meski volumenya sudah di kecilkan tetap saja masih terdengar di telingaku.
“Berhenti berbisik-bisik! Aku mendengarnya tahu!”
“Eh, sorry! Lagian salah sendiri, gak pernah suka sama lawan jenis, eh sekali suka langsung bucin akut, terlalu terobsesi, Azia kamu jangan bikin kami khawatir”
“Aku bukannya sakit parah atau luka, aku hanya jatuh cinta jadi apa yang perlu di khawatirkan?”
“Kami khawatir kamu akan di manfaatkan sama pria tua itu!”
“Kak Alex itu tidak tua tahu!”
“Nah gejala penyakit bucin udah terlihat jelas, belum apa-apa udah di belain terus si Alex, ya’kan?”
“Iya, kayaknya ini sudah sangat parah, gak ada obatnya”
“Aku tu gak sakit tahu!”
“Dasar anak ini!” Menjitak kepalaku dengan jarinya.
“Au sakit!”
“Makanya, makanya dengerin nasehat sahabatmu ini, dia itu bukan pria yang cocok buat kamu!”
“Kenapa? Apa karena dia tua atau kerena aku dari kalangan bawah?”
“Bukan itu sayangku, kamu terlalu banyak berpikir! Dia yang tidak pantas untuk kamu, lihat kamu! Kamu cantik, muda, pintar, populer, dan yang lebih penting masa depanmu itu sudah pasti akan cerah. Nah lihat dia, tua, ya meski dia terlihat ganteng di foto itu tapi tetap saja, mana bisa pria yang 10 tahun di atas kita mendapatkan bunga muda seperti kamu!”
“Iya, benar kata Fara, aku gak rela kamu pacaran dengan orang setua itu, kamu itu cantik beb, masa dapetnya yang kayak gitu, kamu itu cuma tingga pilih aja diatara penggemarmu! Pokoknya aku gak akan mendukung hubungan kalian berdua!”
“Loh kok gitu?”
“Kamu harus menikmati masa mudamu dengan pacaran sama anak yang keren, gaul dan tampan. pokoknya jangan kayak si Alex yang kayak batu es itu.”
“Tahu dari mana kalau dia kayak batu es?”
“Ya tahu aja” Ucap Mia sambil mengalihkan matanya dariku.
“Mia, katakan kamu tahu dari mana?”
“Eum, sebenarnya kakak tertuaku itu teman si Alex. Dia bilang kalau si Alex itu orangnya cuek, dingin dan paling penting dia gak suka dekat sama cewek yang udah nembak dia”
“Kalau kayak gitu aku harus gimana dong?”
“Kami juga gak tahu!”
“Apaan sih, kenapa kita jadi bahas si Alex sih? Lupakan dia, aku udah cukup bosan mendengar cerita soal Alex tiap hari, tolong lah di hari libur ini tidak ada yang boleh membahas Alex lagi, termasuk kamu Azia!”
“Loh kok aku?”
“Yakan kamu yang sering bahas si Alex, ya’kan? Pokoknya di setiap hari libur di tetapkan sebagai hari anti Alex, artinya gak ada cerita tentang Alex di hari liburku, paham?”
Dengan terpaksa aku mengiyakan ucapan Fara karena dia terlihat sangat kesal, dan mungkin akan menghapus semua foto kak Alex kalau aku sampai membahas masalah kak Alex lagi di hari itu.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments