Obsession Of Love
Alex
Azia
Namaku Azia Mutiara, aku tidak terlahir di keluarga kaya, bahkan aku tidak tahu siapa orang tuaku. Yang aku tahu aku sudah tinggal di pantiasuhan begitu aku menyadari kalau aku hidup di dunia ini. Saat usiaku masih 4 tahun aku di jauhi semua penghuni panti karena mereka berpikir kalau aku di buang karena membawa sial. Hal itu semakin di perkuat saat aku punya satu teman yang seumuran, dia adalah anak yang ceria, baik hati dan sangat cantik, lalu setelah itu tiba-tiba dia diadopsi oleh sepasang suami istri yang baru saja kehilangan anaknya. Pasti kalian berpikir dimana letak kesialannya, ya'kan? Kesialan yang dia alami baru saja di mulai saat dia dan keluarga barunya akan mengingatkan panti, di perjalanan mereka mengalami kecelakaan dan semuanya meninggal termasuk teman kecilku yang baik hati itu. Sampai saat ini rasanya aku masih mengingat suara dan tawanya padahal sudah bertahun-tahun lamanya, setelah kejadian itu tidak ada lagi yang mau bicara denganku, jangankan bicara mereka tidak mau satu kamar denganku. Hal baik dari semua itu adalah aku punya kamar pribadi di tempat yang tidak mungkin mendapatkan kamar pribadi di dunia ini, lalu aku juga mendapatkan seorang donator yang selalu baik padaku. Namanya Pak Arya dan dia adalah seorang pria kaya yang selalu memberikanku buku pelajaran dan juga catatan yang paling lengkap miliknya, dia selalu tersenyum dan bicara ramah kepadaku, dia juga memberiku uang jajan dan juga membiarkan aku sekolah.
Selain Pak Arya ada seorang lagi yang juga memperlakukanku dengan sangat baik yaitu nenekku, tadinya dia merupakan pengurus panti asuhan hingga mendadak dia berhenti dari pekerjaan itu dan memulai bisnis teh miliknya sendiri. Setelah sebulan pergi meninggalkan panti, nenek kembali dan membawaku bersamanya dan setelah hari itu aku pun punya keluarga dan hidup normal seperti orang lain. Di sekolah aku mulai punya banyak teman, meski tadinya aku sedikit takut kalau kesialan yang aku miliki membuat mereka menghilang dari dunia, tapi nenek selalu bilang aku bukan pembawa sial tapi aku adalah keberuntungan yang selalu membawa kebahagian. Setiap kali aku takut melangkah aku selalu mengingat setiap ucapan nenek dan maju dengan percaya diri.
Segalanya berjalan cukup mulus meski dalam beberapa hal membuat aku kesal, misalnya karena sebelum pernah belajar dari buku dan catatan yang di bawa oleh paman Arya, aku jadi bisa menyelesaikan semua pelajaran yang di berikan guru lebih cepat dari murid pada umumnya. Hal itu tidak benar-benar bagus, itu karena guruku yang menyebalkan malah memberikan aku pelajaran yang tidak seharusnya aku pelajari, contohnya ketika aku baru saja masuk sekolah dasar, ketika ujian aku malah di berikan ujian mengenai materi yang seharusnya untuk kelas 3, meski aku bisa menjawabnya dengan sempurna tetap saja itu gak adil banget.
Terlepas dari semua itu aku mendapatkan tawaran mengajar les untuk dua temanku saat kami kelas 5 SD, kebayang gak sih seorang anak menjadi guru les untuk temannya? Aku tidak menganggap diriku seperti guru, aku mengajari mereka karena aku suka mengajar dan belajar dari apa yang aku ajarkan. Aku mendapat uang saku dari semua itu, dan nilai ku tetap yang paling tinggi di kelas, semenjak hari itu aku jadi semakin akrab dengan dua temanku itu. Mereka bernama Fara dan Mia, mereka adalah anak dari pemilik hotel berbintang dan juga pemilik restaurant yang sangat kayak. Mereka tidak hanya teman namun juga keluarga untukku, meski usia mereka sedikit lebih tua dariku, tapi kami seakan tidak bisa dipisahkan.
***
Lupakan tentang masa lalu mari lihat apa yang terjadi saat ini, sekarang aku sudah menjadi seorang siswa SMA di tempat yang sangat populer bersama dua sahabat baikku, Farad an Mia.
“Akhirnya kita sekelas!” Fara datang dengan wajah lega setelah menemui guru untuk mengurus pindah kelasnya.
Beberapa menit yang lalu dia terlihat sangat kesal karena melihat aku dan Mia satu kelas sedangkan dia di kelas yang cukup jauh dari kami.
“Benar-benar luar biasa kekuatan uang” Ucap Mia yang asik ngemil.
“Ya iyalah, siapa juga di dunia ini yang gak mau sama uang, ya’kan?”
“Betul juga, lalu bagaimana sekarang? Kita masuk atau gak?”
“Lima menit lagi lah, Zia!” Fara meski sudah SMA, sifat malas belajar Fara masih tetap sama seperti waktu SD.
“Oke, tapi gak ada tambahan waktu lagi, paham!”
“Baik Bos!” Lalu Fara membeli air dan duduk kembali.
“Geng! Aku denger kalau ada cowok tampan di kelas sebelah, mau lihat gak?”
“Dari mana kamu tahu?” Tanya Mia yang sedikit meragukan berita dari Fara.
“Tadi pas bayar minuman aku denger geng cewek sebelah sana tu, lagi bicara-in soal anak kelas 1-B yang katanya cakep banget”
“Terus?” Aku sangat tidak tertarik dengan hal yang gak berguna dan membuang waktu seperti itu.
“Ayo kita lihat juga!”
“Nope! Kalian udah bilang cuma lima menit lalu kita ke kelas buat belajar sebelum masuk, ya’kan?”
“Ah, Azia gak asik banget!”
“Yaudah kalau gitu aku tunggu di kelas” Lalu aku pergi untuk belajar di kelas tanpa mereka berdua.
Hal yang paling menyebalkan dan sial benar-benar terjadi setelah aku meninggalkan kantin. Saat aku berada di lorong tiba-tiba saja seorang keluar dari UKS dan aku tidak sengaja menabraknya hingga dia terjatuh. Aku langsung membantunya dan meminta maaf, tanpa sadar perbuatan ku itu membawa malapetaka untuk hari-hari tenang ku yang begitu sempurna.
“Apa kamu baik-baik saja?” Tanyaku setelah dia berdiri dengan benar.
“I-iya, kamu kelas mana?”
“Aku kelas 1-A, kalau kamu baik-baik saja aku pergi duluan” Aku langsung pergi dengan terburu-buru karena aku merasa telah membuang waktu hanya karena berdiri dan bicara dengan pria itu.
Andai waktu bisa di ulang aku tidak akan menjawab pertanyaannya dan langsung pergi, tapi apa daya segalanya terlanjur terjadi bak air yang mengalir. Setelah hari itu pria yang entah siapa namanya itu pindah ke kelasku, dan yang paling buruknya adalah dia duduk di sebelahku setelah menyingkirkan teman sebangku ku dengan menggunakan kekejaman uangnya.
“Hai! Kita pernah bertemu di UKS kemaren, apa kamu ingat?” Dia bicara seakan kami sudah sangat akrab, padahal kami bahkan belum saling bertukar nama.
“Apa kita se-akrab itu?” Ucapku dengan nada kesal.
Lalu beberapa gadis datang menghampiri meja kami, dan mengajaknya mengobrol, terlihat jelas semua gadis di kelas itu menyukainya selain aku.
“Azia, sini!” Mia dan Fara memanggilku dari jendela.
Aku langsung pergi setelah melihat mereka, pria itu tadinya hampir menahan ku tapi para gadis pemujanya menyelamatkan diriku dan aku sangat mensyukuri hal itu.
“Kenapa pangeran dari kelas sebelah malah pindah ke kelas kita dan kenapa Sesil pindah bangku?” Mia dan Fara langsung mengintrogasi ku.
“Gak tahu, kalau si Sesil pindah karena di anak sialan itu memberikan dia jam tangan mahal tadi.”
“Oh, sok banget juga tu anak! Terus dia bilang apa sama kamu?”
“Dia sok kenal padahal aku gak ingat pernah lihat dia dimana”
“Wah, kayaknya dia suka deh sama kamu”
“Gak mungkin, aku bukan orang kaya dan juga gak cantik”
“Siapa bilang kamu gak cantik, hah?! Kamu itu sangat cantik, dan pintar tahu! Pokoknya lain kali kami gak mau mendengar penghinaan seperti itu lagi, paham?!” Mia dan Fara terlihat kesal padaku.
“Kenapa kalian yang marah?”
“Karena kamu itu milik kami, adik kami dan gak boleh ada yang menghina kamu termasuk diri kamu sendiri, ingat itu!”
“Betul kata Fara, kamu itu sudah seperti keluarga untuk kami jadi jangan meremehkan diri sendiri lagi, ya sayangku!”
“Baiklah! Kalian memang yang terbaik, bagaimana kalau kita ke kantin?”
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments