“Azia, tolong jujur sama kami!”
“Jujur soal apa sih? Kalian kok tiba-tiba serius gitu?”
“Ini soal perubahan sikapmu, beberapa hari ini kamu terlihat sangat senang padahal setahuku di sekolah kamu tidak ada kegiatan yang menghebohkan atau belum ada drakor baru yang bisa bikin kita gila kayak kamu.”
“Aku gak gila kali! Aku cuma happy aja”
“Happy? Apa ini ada hubungannya sama anak itu?”
“Anak mana?” Tanya Mia bingung dengan ucapan Fara.
“Ya anak yang di ajari sama Azia, siapa lah namanya… Em, kalau gak salah sih namanya Andra, ya’kan? Jangan bilang kamu suka sama anak SMP itu?”
“Ya kali aku suka sama anak-anak! Jangan ngada-ngada lah! Aku seneng itu karena abangnya si Andra itu adalah cinta pertama aku, pria yang selalu aku ceritain sama kamu, masa gak ingat?!”
“Oh….” Ucap serentak kedua sahabatku itu.
“Gimana tampangnya?”
“Mau lihat? Nih, aku lihatin deh sam kalian”
“Serius? Mana mana”
Mereka merebut handphone ku dan melihat foto Alex yang aku ambil diam-diam saat pergi ke rumahnya untuk mengajari Andra.
“Loh, kok kamu bisa dapat foto dia pas lagi tidur? Jangan-jangan…”
“Oi! Jangan berpikir kotor dulu, ceritanya waktu itu aku pulang cepat dan saat sampai di rumah si Andra aku gak sengaja lihat kak Alex tidur di sofa, dia kelihatan capek banget jadi aku gak bangunin terus ya aku foto, mana tahu suatu hari gak akan bisa lihat yang sebening itu”
“Dasar Azia, udah mulai nakal aja!”
“Oh iya, umur dia berapa sih? Kayaknya bukan anak kuliah lagi”
“Em, kalau gak salah dia itu dokter muda di sebuah rumah sakit, aku sih gak terlalu tahu umurnya berapa tapi kalau gak salah sih 25 atau 26 tahu gitu.”
“Apa?!” Fara dan Mia kaget mendengar umur Alex.
“Lah, kalau kayak gini usianya terlalu jauh, Azia ku sayang. Lupakan dia, biar sahabatmu ini mencarikan pria tampan dan kaya untukmu nanti”
“Tapi, aku sangat menyukainya, aku semakin mencintainya setiap hari dan rasanya rasa cintaku mungkin lebih dalam dari samudra.”
“Beb, jangan ngada-ngada, deh! Kamu masih terlalu kecil untuk mengerti arti cinta, pokoknya aku gak setuju kamu sama orang yang tua kayak gitu.”
“Aku juga”
Mia dan Fara menentang perasanku pada Alex tapi, cinta bukan air yang bisa di bendung karena itu aku terus saja memikirkan Alex di setiap detik kehidupanku. Aku mulai merasa dia adalah pembawa semangat untukku, tiap kali aku mengingat senyumnya rasanya seluruh beban dalam hidupku jadi berkurang secara drastis.
***
Hari itu hujan turun dan aku berteduh di halte bus, aku lupa membawa payung padahal Fara sudah mengingatkannya semalam.
“Ah sial! Lupa bawa payung!” Seorang pria tampak kesal baru saja datang dengan baju sedikit basah. Dia melirik kearah ku lalu kami saling bertatapan sesaat, setelah aku ingat-ingat ternyata pria itu adalah ketua geng di sekolah, anak laki-laki yang jadi langganan masuk ruang guru karena ulah nya sendiri.
“Hai kamu!”
Aku kaget saat dia memanggilku, dia terlihat sangat garang karena itu aku berpura-pura tidak mendengarnya.
“Hai! Aku memanggilmu!” Dia berjalan mendekatiku.
“K-kamu memanggilku?” Tanyaku dengan nada suara ketakutan.
“Tenang, aku tidak gigit kok! Ya setidaknya, tidak hari ini” Dia tercengir dan itu membuatku merasa sedikit takut padanya.
“Maksud kamu apa?”
“Tidak ada, nama kamu siapa? Aku sering melihatmu di ruang guru, apa kamu juga sering mendapat masalah?”
“Aku tidak mungkin mendapat masalah karena aku anak yang taat aturan!” Ucapku dengan percaya diri.
“Akhirnya kamu bicara seperti biasa! Aku sering melihatmu bicara dengan teman-temanmu, kamu kelihatannya anak yang percaya diri dan penuh energi. Wah hujannya sudah reda, aku duluan, ya” Dia pergi setelah membuatku bertanya-tanya tentang apa yang dia maksud.
“Apa dia terus memperhatikanku? Gila! Lupakan itu Azia, ayo kita semangat untuk bekerja lagi, hari ini jadwal mengajar mu padat jadi jangan pikirkan tentang makhluk astral itu” Aku mencoba melupakan orang itu dan kembali pada semangatku untuk bertemu pangeran tampanku.
Saat sampai di rumah Andra, seperti dugaan ku hari ini Alex pulang cepat dan aku bisa melihat wajahnya yang tampan saat mengajar Andra yang menyebalkan. Sial kadang tidak bisa di tolak atau di hindari, apa lagi di tunda, Andra mendadak sakit karena itu aku tidak bisa mengajarnya dan artinya aku harus mempercepat pertemuan dengan anak yang lain agar waktuku tidak terbuang dengan sia-sia dan aku bisa beristirahat lebih awal.
“Sayang sekali, hari ini seperti kamu tidak bisa mengajar Andra karena dia sedang sakit.” Ucap Alex padaku.
“Apa aku bisa melihatnya?”
“Ya boleh, masuk saja ke kamarnya, dia sedang tidur”
“Terimakasih kak, aku akan langsung ke sana saja.” Aku langsung ke kamar Andra dan melihat keadaanya. Aku pikir dia hanya berpura-pura sakit agar tidak belajar tapi, ternyata dia benar-benar sakit dan wajahnya sangat pucat.
“Andra, istirahatlah dan jangan lupa minum obat setelah makan, kamu harus cepat sembuh agar wajah tampan mu tidak terlihat menyedihkan.” Ucapku basa-basi karena terlanjur masuk ke kamarnya.
“Baiklah, aku akan cepat sembuh, sekarang kamu mau pulang?” Tanyanya dengan suara yang sudah sangat lemas.
“Jangan bicara lagi kamu harus istirahat sekarang, aku akan pulang dan lain kalia panggil aku kakak, lagian aku setahun lebih tua dari kamu tahu!”
“Baiklah, kak AZIA!” Dia terlihat tidak iklas saat mengatakan ‘kakak’ padaku padahal itukan panggilan biasa saja, lalu kenapa jadi terkesan berat untuknya.
“Pelan-pelan saja, kalau gitu aku pergi dulu.”
“Tunggu, kak Azia! Em, apa bisa tolong ambil air untukku di meja, aku kesulitan untuk bangun karena badanku lemas sekali”
Sebenarnya aku tidak mau melakukan hal itu tapi, dia terlihat sangat menyedihkan karena itu aku membantunya mengambil air bahkan aku juga membantunya untuk minum karena dia kesulitan untuk bangun karena badannya sangat lemah karena sakit.
“Apa yang kamu lakukan?” Alex datang dan membuat aku kaget saat membantu Andra minum.
“Dia bilang haus, katanya dia tidak bisa bangun karena lemas”
“Biar aku saja, kamu pasti juga sangat lelah karena baru pulang sekolah.”
Lalu Alex mengambil alih dan membantu Andra minum lalu tiba-tiba tangan Andra memegang sendiri gelas yang ada di tangan Alex.
“Aku merasa lebih baik sekarang, aku bisa minum sendiri, berikan saja padaku!” Lalu Andra meminum minuman itu sendiri, meski dia kelihatan masih pucat tapi, sepertinya dia tidak selemah bayanganku.
“Kalau begitu aku permisi” Aku langsung keluar begitu menyadari kalau ternyata aku di permainkan oleh drama Andra yang pura-pura sakit.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments