“Ah!”
“Kenapa, Zia?”
“Gak kenapa-kenapa kok, cuma mau bilang ‘ah’ aja”
“Lah, aku pikir kenapa, Mia kok belum sampai?”
“Gak tahu tu anak, kayak nya dia ditahan sama kakaknya lagi deh”
“Apa kita jemput aja?”
“Tanya dulu sama orangnya”
Lalu kami mengirim pesan di grup milik kami bertiga.
“Wei, jadi gak ke sini?”
“Sorry, gak bisa deh buat hari ini, kakak aku menahan aku di kamar, aku gak bisa keluar apa lagi orang tuaku lagi ga di rumah.”
“Okelah, selamat terjebak di rumah”
“Kampret! Apaan sih, gak usah di selamat-in juga kali”
“Jadi, kamu kapan ke sini?”
“Besok deh, besok udah pasti bisa”
“Woke lah”
“Eh, jangan lupa beli cemilan nanti ya”
“Lah, kok aku, kan giliran kamu Fara”
“Iya betul juga, Fara kamu yang harus beli buat stok minggu ini dan minggu depan”
“Lah, gak asik banget! Kan kamu yang melanggar janji kita!”
“Loh, kan gak ada hukuman buat itu, beb!”
“Fara, kamu jangan bilang mager, ya?!” Aku menepuk pundak Fara setelah mengirim pesan di grup.
“Apaan sih, Azia! Aku kan emang mager, gila gak sih kita udah di depan mata tetap aja bicara di chat?”
“Iya juga. Fara, kamu kan bisa suruh orang lain aja buat belanja, ya’kan?”
“Mereka gak bisa milik cemilan yang enak, aku males nyuruh orang lain”
“Kalau gitu, kita beli aja pas pulang sekolah besok”
“Oke deh”
Setelah itu kami langsung di sibukkan dengan handphone masing-masing dan sibuk dengan urusan masing-masing. Entah kenapa tiba-tiba aku teringat pada wajah kak Alex saat sedang membuat catatan sekolahku.
“Fara!”
“Eum”
“Menurut kamu aku punya kesempatan gak sih pacaran sama kak Alex”
“Entah, kayaknya sih gak deh”
“Lah, kenapa?”
“Dia udah tua, biasanya suka cewek yang seumuran deh”
“Harusnya kamu semangati aku dong! Aku kan jadi frustasi kalau kayak gini!”
“Yaudah, pacaran saja sama anak yang aku kenalan dulu”
“Aku gak mau, aku cuma mau kak Alex aja!”
“Kamu udah terobsesi sama dia deh!”
“Mungkin! Aku sangat mencintai dia hingga aku bisa mengutarakan perasaanku sekarang!”
“Jangan gila deh! Masa kamu mau lakuin itu?”
“Kenapa enggak? Aku sangat menyukainya, aku mau mengikatnya di sisiku”
“Azia, tolonglah! Ini udah terlalu parah, kamu harus di bawa ke rumah sakit deh, Azia yang aku kenal gak mungkin melakukan itu.”
“Fara sayangku, cinta bisa membuat orang melakukan sesuatu di luar kebiasaannya, apa kamu tidak tahu itu?”
“Ya gak kayak gini juga kali! Pokoknya aku gak setuju kamu pacaran sama cowok yang setua itu!”
“Au ah!” Aku meletakkan handphoneku dan pergi tidur, aku tidak mau mendengar ucapan Fara yang membuatku kesal.
“Kejutan!!!” Mia datang dan masuk dengan tiba-tiba.
“Eh, kalian kenapa?”
Suasana di kamar jadi terasa aneh karena kami berdua sedang bertengkar.
“Tu, Azia udah gila, masa mau nembak si Alex sialan itu!”
“Azia, kamu serius? Aku udah cari cowok yang cocok buat kamu, tahu!”
“Eh, ngomong-ngomong kok kamu bisa bebas?”
“Aku kabur lewat jendela”
“Euh, seriusan? Kamar kamu kan di di lantai dua!”
“Ya ada deh caranya, intinya aku udah sampai!”
“Azia, lihat nih foto-foto cowok dari tingkat SMA sampai yang baru jadi mahasiswa, cakep semua, pintar lagi dan pastinya gak mengecewakan”
Aku bangun dan melihat foto yang Mia bawa untukku, sejujurnya semua pria yang di perlihatkan itu tampan semua tapi, tetap saja aku hanya suka sama kak Alex seorang.
“Gak mau, aku cuma maunya kakak Alex!”
“Tu kan, dia udah kena penyakit otak deh, masa di setiap pembicaraan selalu saja keluar nama Alex, nyebelin banget!”
“Yaudah, gak susah ngomong lagi sama aku, bye!”
Aku melanjutkan tidurku, malam semakin larut tapi kami masih belum berbaikan. Aku merasa tidak enak karena aku tidak pernah marah sama Fara seperti itu sebelumnya. Aku bangun dan menghampiri Fara yang sedang menonton drakor saat itu, aku memeluknya.
“Ada apa?” Tanyanya seperti biasa.
“Maafkan aku udah kasar tadi, aku hanya terbawa emosi saja, kamu gak marah kan sama aku?”
“Iya enggak, aku tahu kok kamu bukan orang seperti itu, aku juga minta maaf terlalu memaksa kamu untuk melupakan orang itu.” Dia mengelus rambutku dan kamipun kembali seperti biasa.
Fara terus bergadang menonton drakor dan Mia sibuk telponan dengan pacar barunya, dan orang jomblo seperti aku hanya bisa tidur dan berpura-pura tidak mendengar percakapan romantis orang-orang yang sedang di mabuk cinta itu.
***
Tak terasa sudah di penghujung minggu lagi, aku berencana untuk mengunjungi toko teh milik nenekku yang kini di urus oleh Raihan yang merupakan adik yang aku kenal di panti asuhan yang dulu pernah aku tinggal.
“Rai, gimana penjualan selama kamu kerja di ini?”
“Gak terlalu ramai tapi gak pernah sepi pengunjung juga, katanya tempat ini membawa ketenangan buat mereka, jadi pasti ada sekitar 20 pengunjung perhari cuma duduk sambil menikmati teh di tempat yang di penuhi aroma bunga ini!”
“Ya bagus deh, kalau tehnya apa banyak yang terjual?”
“Ya, sampai-sampai stok bulan ini udah hampir habis, aku udah memesan lagi sih kak, tapi kan tetap aja butuh waktu buat nge-racik sesuai resep yang di tinggal sama nenek kakak. Teh original yang kita dapat dari perkebunan milik teman nenek juga memiliki kualitas yang bagus, aku sangat menyukainya”
“Kamu sudah mulai tertarik dengan bisnis ini, ya?”
“Eum, aku rasa begitu. Kak, pembangunan tempat ini juga hampir selesai, aku jadi punya kamar dan ruang baca yang lebih luar lagi berkat kakak, makasih, ya kak!”
“Iya, pokoknya kamu jangan lupa belajar dan tetap semangat kerjanya.”
Lalu Mia dan Fara datang ke toko teh yang sudah lama mereka tidak kunjungi.
“Hai! Eh, anak siapa nih ganteng banget” Ucap Mia sambil menyentuh muka Raihan.
“Jangan gitu!” Fara memukul pelan tangan Mia.
“Sorry sorry, habisnya gak tahan pegang yang sebening ini!”
“Kalian habis dari mana?”
“Ya biasa, dari kencan. Eh, nama kamu siapa?” Tanya Fara.
“A-aku Raihan kak!”
“Oh, kenalin kami teman-teman Azia, aku Fara dan yang centil ini Mia”
“Hai adik kecil!” Mia tersenyum nakal kearah Raihan.
“Eh, ngapain berdiri di sini, ayo kita cari tempat kosong.” Ajak ku pada Mia dan Fara.
Kami duduk di meja yang berada di dekat jendela, tempat itu penuh dengan bunga di setiap sudut, warna-warna dari buang itu membuat rasa bahagia datang tanpa di undang.
“Kalian mau pesan teh, gak?”
“Aku mau kuenya aja” Mia yang tidak suka teh tapi selalu datang ke tempat itu hanya untuk mencicipi kue yang di buat untuk mendampingi teh yang kami sajikan untuk pelanggan.
“Oke deh, aku minta dulu sama Raihan, ya?!”
Aku menghampiri Raihan dan memesan teh dan juga makanan yang bisa kami makan.
“Ngomong-ngomong bisa minta nomor anak itu gak?” Ucap Mia sambil melirik kearah Raihan yang sedang menyeduh teh.
“Buat apa? Jangan coba-coba jadiin dia target oke!”
“Lah kenapa?”
“Dia itu udah kayak adik kandungku sendiri, aku gak mau dia yang polos ternoda sama kalian berdua”
“Apaan sih! Kami cuma main-main aja, gak buat kotor kok”
“Bukan itu yang Azia maksud, Mia!”
“Ya terus?”
“Lupain aja”
Lalu tak lama pesanan kami datang dan segera di sajikan, karena pelanggan di tempat itu tidak pernah terlalu ramai makanya hanya ada Raihan seorang yang merangkip semua posisi di tempat itu. Sejujurnya, aku merasa kalau tatapan Raihan ke Fara itu sedikit berbeda dari biasanya, ada hal yang sedang aku coba maknai tapi masih sulit untuk bisa aku prediksikan terlebih Fara tidak meresponnya. Kami menghabiskan sore kami di tempat itu dan aku terkadang melihat mata Raihan terus saja memandangi kearah kami yang sedang mengobrol, aku ingin menanyakan hal itu pada Raihan tapi, aku sedikit takut karena Raihan sama memiliki hati yang mudah di hancurkan dan dia termasuk orang yang terlalu sensitif. Aku takut ucapan ku malah akan membuat dia terluka dan sedih karena itu, aku hanya bisa mengawasi semua tindakannya tanpa mengatakan apapun.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments