Setelah melakukan diskusi panjang akhirnya di putuskan untuk liburan ke pantai, Fara dan Mia melarang ku mengajak Daniel untuk ikut berlibur dengan kami. Perjalanan yang kami tempuh tidak terlalu lama hanya kurang dari 4 jam kami sampai di Vila milik Fara, tempat itu luas dan sangat indah, jaraknya dengan pantai juga tidak terlalu jauh hingga kami bisa berjalan kaki untuk bisa ke pantai. Di sepanjang jalan di buat lampu tenaga surya untuk penerangan malamnya jadi, jika kami pulang malam aku tidak akan merasa takut pada gelapnya jelan menuju vila milik Fara itu.
“Wahh…. Akhirnya kita sampai, ayo masuk dan bereskan barang bawaan, lalu kita menuju pantai”
“Siap!”
Lalu kami langsung masuk dan membereskan semua barang bawaan, setelah semuanya tertata rapi kami berlari ke pantai.
“Fara!”
“Em”
“Perlu banget ya kita bawa pengawal?” Lirik Mia kearah pengawal yang terus mengikuti langkah kami.
“Iya, kayaknya ini berlebihan banget, deh!”
“Gak juga, kata papa kalau terjadi sesuatu pada kalian berdua aku bakalan di kirim ke Singapura, dari pada kita pisah mending pakai aja keamanan yang di kirim papa buat kita, ya’kan?”
“Au ah, terserah kamu aja”
“Ayo kita main air dan foto-foto?!”
“Boleh juga tu, ayo” Lalu kami bertiga berlari menuju ombak yang tidak terlalu besar, pasir putih yang sangat indah dan juga air yang begitu jernih.
“Ayo kita foto dulu”
“Iya, ayo!”
Kami mengambil beberapa foto di bantu oleh pengawal yang mendampingi kami, lalu setelah itu kami mulai bermain air dengan menitipkan semua handphone kami pada pengawal yang berdiri di tepi pantai sambil terus mengawasi kami bertiga. Aku beberapa kali menyiram Mia dan Fara, mereka membalasnya beberapa kali hingga baju kami basah kuyup. Waktu berjalan begitu cepat tanpa kami sadari matahari mulai kembali ke peraduannya hingga warna langi mulai berubah menjadi jingga.
“Kita udahan, yuk!”
“Kenapa, Mia?”
“Udah terlalu sore dan aku butuh mandi dengan air tawar”
“Iya, badan aku juga udah lengket banget, ayo kita pulang dan mandi”
Lalu saat kami kembali ke darat pengawal itu memberikan kami handuk dan memandu kami pulang kembali ke Vila. Setibanya di vila kami langsung mencari kamar mandi dan mulai bersih-bersi, hari itu terkesan sangat berat tapi menyenangkan, warna kulitku jadi sedikit menggelap karena bermain di pantai.
“Habis ini kita ngapain enaknya, ya?”
“Em…”
Kami mulai memikirkan kegiatan apa yang paling cocok untuk kami lakukan bersama di malam itu.
“A’ha! Aku ingat, aku punya banyak koleksi drakor di laptop aku, gimana kalau kita nonton aja?”
“Boleh, boleh!”
“No, kita gak bisa nonton tanpa cemilan”
“Betul kata kamu Azia, kalau gitu ayo kita ke supermarket terdekat dan mencari cemilan yang enek!”
Lalu kami keluar dari vila dan mencari supermarket terdekat, di tempat itu ternyata ada supermarket yang tidak jauh dari tempat wisata. Saat aku masuk ke dalam supermarket itu rasanya jantungku mulai bereaksi padahal sebelumnya tidak terasa apa-apa, lalu saat aku masuk ke bagian tempat es krim, aku melihat dia, si pria yang pernah mencuri hatiku tahun lalu, pria yang membuat aku tidak hentinya memikirkannya dalam waktu yang lama dan tidak bisa melupakan ingatan tentang pertemuan pertama kami yang begitu indah.
“Oh tidak! Itu sepertinya dia, apa yang harus aku lakukan? Dia sepertinya menuju ke tempat es krim juga. Tidak, aku tidak bisa bertemu dengannya saat ini, jantungku belum siap!” Pikir ku.
Sebenarnya jantungku memang tidak siap bertemu dengan dia secara langsung lagi tapi, perutku dan nafsuku tidak bisa menahan diri untuk menghampiri es krim yang begitu lezat meski masih berada dalam pikiranku.
“Perut, tolong sabar dulu! Aku harus menunggu dia pergi dulu! Tidak bisa, kalau aku menunggu dia, nanti teman-teman pasti akan ajak aku pulang sebelum aku menyentuh es krim itu. Gak, ini gak bisa di biarkan” Lalu aku memberanikan diri mendekati tempat itu, disaat yang bersamaan ternyata dia ingin mengambil es krim yang sama denganku.
“Eh, maaf” Dia minta maaf karena tidak sengaja menyentuh tanganku saat akan membuka tempat es krim itu.
“Tidak apa-apa kok, kak!”
Dia terlihat terkejut saat melihat wajahku, aku pikir mungkin wajahku terlalu menakutkan hingga dia harus terkejut saat melihat wajah ku. Aku langsung mengambil es krim dengan cepat dan berlari dari tempat itu karena aku merasa malu pada dia yang terus menatapku dengan ekspresi kaget.
“Menyebalkan kenapa dia menatapku seperti itu” Pikir ku kesal.
“Hai tunggu!” Dia mengejar ku.
Tak lama kemudian temannya memanggilnya hingga dia menghentikan langkahnya dan berbalik kearah temannya yang memanggil.
“Huft! Untung anaknya udah pergi!”
“Azia! Dari mana aja, kamu mau bayar nih!”
“Maaf, tadi aku ke bagian es krim dulu!”
“Yaudah, sini biar sekalian di bayarin”
“Eh, gak usah. Aku bawa uang, kok!”
“Iya, gak papa sesekali, ayo biar cepat” Lalu Mia mengambil belanjaan ku dan membayar semuanya.
Saat perjalanan pulang aku masih saja memikirkan wajah dia, dia tampan dan terlihat sangat keren.
“Hai!” Fara memecah lamunanku.
“Iya ada apa?”
“Kenapa dari tadi bengong terus?”
“Iya, beb. Sebenarnya kamu lagi mikirin apa, sih?”
“Gak ada,”
“Gak usah bohong deh!” Fara selalu tahu apa yang aku rasakan dan tahu akan aku tidak jujur pada mereka berdua.
“Iya baiklah, aku katakan tapi kalian janji jangan ketawa, oke”
“Iya janji, tapi kamu mau bilang apa dulu?”
“Tadi di supermarket aku ketemu sama dia”
“Dia siapa sih, beb?” Mia terlihat bingung dengan apa yang aku bicarakan.
“Dia si pria penyelamatku, aku sudah pernah ceritakan soal kejadian waktu pulang sekolah dulu, waktu itukan aku habis pulang dari les terus ketemu sama geng laki-laki kelas sebelah yang aku tolak.”
“Oh, iya aku baru ingat! Yang pria itu bantuin kamu lepas dari geng gak punya etika itu, kan?”
“Kalian lagi bahas apa sih?” Mia masih saja bingung dengan pembahasan kami.
“Aduh kami Mia, masa kamu gak ingat sih. Cerita tentang geng si Jojon yang maksa si Azia buat jadian sama dia itu, loh!” Jelas Fara.
“Oh, soal si ikan teri itu? Oh… Baru aku ingat, bilang dong kalau itu kasus ikan teri. Jadi, kamu ketemu sama penyelamatmu itu?”
“Iya, tadi dia juga mau beli es krim di tempat itu, tapi…”
“Tapi apa, beb?” Mia mulai penasaran.
“Tapi dia itu kayak kaget gitu pas lihat wajahku, meski gitu dia tetap kelihatan ganteng banget, ah pokoknya aku suka!” Aku menutup mukaku saking malunya dengan ucapan yang aku lontarkan karena terlalu bahagia bertemu dengan dia.
“Apaan sih, biasa aja kali! Kita udah sampai ayo turun.”
Setelah itu kami melanjutkan kegiatan liburan kami yaitu nonton drakor, meski mataku tertuju pada film yang sedang di putar tapi hati dan pikiranku tertuju pada pria itu, aku selalu penasaran siapa nama dan dimana dia tinggal.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments