“Zia!”
“Nenek, belum tidur?”
“Tentu saja belum, kamu kenapa pulangnya telat?”
“Azia ngajar Mia dan Fara sekalian kami buat tugas kelompok, nek. Nenek udah makan?”
“Udah tadi, sudah malam sekarang kamu tidur saja”
“Nek”
“Iya, ada apa, Azia?”
“Apa Azia boleh tidur sama nenek?”
Entah kenapa rasanya aku tidak ingin tidur sendiri malam itu, aku merasa semenjak masuk SMA aku jadi tidak punya banyak waktu untuk bicara bersama Nenek. Meski satu rumah tapi untuk bertatap muka saja kami jarang, jika pun bisa bertegur sapa hanya saat pagi datang dan Nenek membangunkan aku yang hanyut dalam mimpi yang otakku rangkai agar saat mataku tertutup rapat.
“Ada apa? Apa kamu punya masalah di sekolah? Ada yang mengganggumu?” Nenek terlihat khawatir sekali padaku.
“Tidak, Azia hanya merindukan pelukan nenek”
Lalu nenek memelukku dengan sangat erat, “Nenek minta maaf karena terlalu sibuk dengan urusan toko hingga melupakan cucu kesayangan nenek ini” Lalu satu kecupan mendarat di keningku.
Rasanya beberapa bulan yang aku lewati dengan berat terbayar dengan sebuah pelukan dan kecupan di malam itu. Aku sangat bahagia dengan keluarga kecil yang begitu hangat, cinta yang tak berbatas dari nenek yang selalu ada untukku. Saat kami sudah bersiap untuk tidur, entah kenapa aku penasaran apa pendapat nenek jika aku punya pacar, rasa penasaran ku itu membuatku tidak bisa memejamkan mata.
“Nenek”
“Iya, sayang kenapa?”
“Kalau Azia punya pacar gimana?”
“Gak boleh dong sayang! Ingat kamu masih baru masuk SMA, coba untuk fokus pada dirimu dan cita-citamu agar tidak ada penyesalan suatu saat nenti”
“Jadi gak boleh, nih?”
“Iya, sebaiknya jangan. Kenapa tiba-tiba tanya soal itu? Jangan-jangan ada yang kamu suka di sekolah, ya?”
“Gak juga, hanya penasaran saja, kok nek”
“Yasudah, sekarang tidur dulu saja, besok kan sekolah”
“Kalau nenek tahu aku punya pacar, dah lah hancur semuanya. Aku harus menyembunyikan hubunganku hingga nenek siap untuk menerimanya”
Keesokan paginya nenek bangun seperti biasa, bangun paling pagi dan membuat sarapan untukku, aku pikir nenek sudah berangkat setelah membuat sarapan ternyata nenek menungguku bangun dan sarapan bersama.
“Nenek gak ke toko hari ini?”
“Iya nanti nenek pergi setelah kamu berangkat sekolah, ayo di habisin nasi gorengnya, dan bawa bekalnya, jangan jajan sembarangan”
“Nenek, aku udah gede masa masih bawa bekal, sih?”
“Jadi, kamu gak mau bawa bekal yang nenek buat? Apa karena makanannya gak lebih enak dari kantin kalian?”
“Bukan gitu, yaudah nanti Azia bawa”
Lalu nenek tersenyum dengan ceria, nenek membereskan semuanya sendiri dan aku bersiap untuk pergi ke sekolah.
“Nenek aku berangkat, ya!”
“Tunggu dulu, Zia!”
Saat aku berhenti, nenek menghampiriku dan memelukku dengan erat, lalu memberikan kecupan di kening seperti waktu aku masih di sekolah dasar dulu. Sebenarnya itu sedikit memalukan tapi entah kenapa aku menyukainya, lalu aku membalas pelukan nenek sebelum akhirnya aku benar-benar berangkat. Aku biasanya memesan ojek langganan untuk mengantarku ke sekolah, tapi hari itu ojeknya gak datang karena katanya dia di rumah sakit menjenguk saudaranya. Aku sempat bingung mau naik apa ke sekolah, lalu sebuah mobil hitam berhenti di depanku yang sedang berjalan sambil berpikir mau naik apa biar cepat sampai ke sekolah.
“Azia, ayo naik!” Suara yang tidak asing, dan benar saja orang dalam mobil itu adalah Daniel.
Seorang supir membukakan pintu untukku lalu aku langsung masuk tanpa ragu karena aku tidak punya banyak waktu untuk berpikir saat jam terus berjalan dan kami bisa saja terlambat karenanya.
“Untung kamu lewat! Eh, tunggu dulu! Kenapa kamu bisa lewat sini?”
“Karena aku mau jemput pacarku dong!” Ucapnya blak-blakkan.
“Terserah deh, yang penting aku bisa berangkat dan sampai tepat waktu” Aku tidak terlalu peduli dengan alasannya itu karena menurutku tidak penting dan itu gak ada urusannya denganku.
Di kelas kami di sambut dengan dua wajah yang terlihat sedih dan putus asa.
“Kenapa dengan wajah kalian berdua?” Tanyaku pada Mia dan Fara yang terlihat sangat menyedihkan.
“Kami lupa membaut tugas dan sebentar lagi itu Tiara bakalan masuk dan kami pasti akan di hukum.” Ucapnya dengan wajah sedih dan tidak bersemangat sama sekali.
“Yasudah, salin saja punyaku tapi, lain kali buat tugasnya awal-awal biar gak kayak gini lagi, paham?”
“Makasih, Zia!”
“Makasih, beb!”
Mereka memelukku dengan penuh semangat, lalu mulai menyalin tugas yang ada di buku ku. Entah apa yang mereka lakukan hingga lupa membuat tugas atau itu hanya alasan mereka kerena terkadang saat mereka benar-benar malas, jangankan membuat tugas mereka lebih memilih tidur dari pada belajar. Bagi mereka berdua, buku pelajaran bak dongeng pengantar tidur, satu paragraf yang mereka baca bisa membuat mereka tertidur seperti bayi yang kelelahan setelah bermain seharian.
“Sayang, aku juga lupa buat” Ucap Daniel malu-malu.
“Kalau gitu tunggu apa lagi, cepat salin sebelum guru masuk”
Rasanya aku dimanfaatkan oleh hubungan yang aku bentuk dengan Daniel agar tidak mendapat gangguan dari para penggemar gilanya.
***
Daniel mengatakan kalau dia ingin mengatakan sesuatu saat jam makan siang dan memintaku untuk menunggu dia di taman. Sudah hampir 15 menit dan batang hidung makhluk itu belum kelihatan sama sekali, aku jadi kesal karenanya, lalu karena bosan aku mulai berjalan kearah kantin dan ternyata Daniel sedang berbincang dengan beberapa cewek dari kelas lain di kantin.
“Dasar playboy, bikin waktu aku ke buang aja!” Aku yang kesal pada akhirnya memutuskan untuk pergi ke perpustakaan dan membaca beberapa buku untuk menenangkan pikiran yang kacau karena Daniel sialan itu.
Tak lama kemudian seorang kakak kelas menghampiriku, dia duduk di kursi di depanku dengan membawa beberapa buku kimia bersamanya. Dia terlihat fokus pada bukunya, dia mencari beberapa rumus penting lalu aku yang kepo pun berpindah posisi dan melihat apa yang dia baca dan tugas apa yang sedang dia kerjakan.
“Ini salah kak, harusnya kakak menggunakan rumus ini untuk mencari titik didihnya dulu.” Aku langsung mengambil catatan kakak itu dan memperbaiki kesalahan yang dia buat.
“Nah, lihat kan dapat hasilnya, tu!” Tunjuk ku padanya.
“Eh, iya kamu benar! Kamu kelas berapa?”
“Aku kelas satu, kak! Eh, sebelumnya aku minta maaf soalnya udah coret-coret buku kakak sembarangan gitu!”
“Gak papa, lagian kamu benar kok! Em, kok kamu bisa materi kelas dua?”
“Aku kasih tahu sebuah rahasia” Aku melihat ke sekeliling sebelum melanjutkan pembicaraan kami, dan dia terlihat begitu serius menanggapi ku.
“Aku itu… Suka baca buku makanya aku tahu hahaha…” Aku tertawa dengan suara kecil karena itu perpustakaan.
“Kamu ini, aku pikir apa tadi! Tapi makasih udah bantu jawab soalnya, ngomong-ngomong nama kamu siapa?”
“Aku Azia Mutiara, kalau kakak?”
“Aku Ken, kamu sering ke perpustakaan, ya?”
“Eumm”
“Kalau gitu, lain kali tunggu aku di sini, dan kita bisa belajar bareng, gimana?”
“Boleh juga, oke mulai besok, ya!” Aku sangat bahagia punya satu teman baru yang memiliki hobi dan pemikiran yang sama denganku.
“Sip”
Dia terlihat seperti seorang laki-laki baik dan penuh perhatian, selain itu aku juga merasa kalau kedepannya kami akan semakin cocok terlebih karena ternyata dia juga suka membaca sepertiku. Mempunyai teman yang memiliki hobi yang sama itu adalah hal yang paling aku impikan dari dulu.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
ana lestari wahyudi
semangat Thor
2021-03-22
1