Run Away
Menjadi kaya bukan berarti semua yang kamu inginkan akan selalu tersedia, semua orang akan melayanimu 24 jam selama 7 hari, namun lebih dari itu menjadi kaya adalah sebuah beban.
Syahreza Purnama, pewaris tunggal kekayaan keluarga dinasti Purnama. Kabur dari rumahnya yang megah dan memilih untuk tinggal disebuah tempat kos sempit, hanya karena ia tak ingin hidup sebagai penerus perusahaan keluarga. Ia kabur keluar kota yang jauh dari tempatnya tinggal, hanya karena ingin meneruskan cita citanya sebagai seorang penulis. Ia cinta menulis dan papanya membenci itu.
"Menulis tidak membuat kita kaya, Reza!"
Teriakan papanya membuat hati Reza sakit kala itu. Ia memutuskan untuk pergi dan tak mengindahkan tangisan ibu tiri yang sudah seperti ibu kandungnya.
Shelomita, wanita yang dinikahi papanya beberapa bulan setelah mama kandung Reza meninggal usai melahirkannya. Ia merawat Reza seperti anak kandungnya sendiri, dan bodohnya Reza juga menganggap Shelomita adalah ibu kandungnya selama ini. Kenyataan bahwa Shelomita hanyalah ibu tiri membuat hati Reza semakin sakit dan keputusannya untuk kabur semakin bulat.
Hampir 2 tahun pelarian Reza aman, ia bekerja sembari kuliah di sebuah Universitas Swasta kecil di kotanya untuk kegiatan sehari hari. Reza menjual mobil miliknya dan menyimpan uangnya untuk kebutuhan dia selama hidup dalam pelarian. Hobi Reza dalam menulis ia wujudkan dalam cerita pendek dan sudah beberapa kali masuk di majalah remaja, uang hasil menulis ia gunakan untuk kebutuhannya sehari hari.
Tok tok tok!!
"Kak Reza, bukain dong!!" teriak suara perempuan di luar kamarnya, menganggetkan lamunan Reza sedari tadi.
Reza beranjak dari ranjangnya yang kecil dan membuka pintu kamar kosnya. Suara decit pintu memekakkan telinga. Reza memicingkan matanya geli.
Wajah yang tak asing muncul dibalik pintu dan tersenyum saat melihat Reza membukakan pintunya. Putri, adik tingkatnya di Fakultas yang sama.
"Hay, Put!" sapa Reza berdebar, hatinya tak pernah bisa santai bila melihat senyum manis Putri.
"Boleh masuk nggak??" tanya Putri antusias, namun nyatanya ia sudah lebih dulu meringsek masuk ke dalam kamar Reza tanpa menunggu jawaban dari si pemilik kamar.
Reza mengawasi tubuh Putri yang sudah berada di dalam kamarnya dan menghembuskan nafasnya gugup. Ini kali kedua Putri datang mengunjunginya kemari.
Sejujurnya Reza tak nyaman bila ada perempuan masuk ke dalam kamarnya. Sejak dulu, ia tak pernah mengijinkan siapapun masuk ke dalam kamarnya meskipun itu Shelomita.
"Kamu nggak kuliah, Put?" tanya Reza, ia ingat jadwal kuliah Putri full dari hari senin sampai jumat.
Putri menggeleng dan meletakkan tas kanvasnya di tempat tidur Reza, lantas duduk santai di sana.
"Aku bolos, males masuk kalo Kak Reza libur kuliah gini, " sahut Putri sekenanya, ia lalu mengeluarkan ponselnya dan mengutak atik layarnya.
Reza melirik jam beker di meja belajarnya, jam 10.15.
"Kamu sudah sarapan??" tanya Reza lagi,
selama hampir setahun kenal dengan Putri, gadis itu jarang sekali makan. Itulah mengapa tubuhnya kurus kering.
Putri tak menyahut, ia masih asyik dengan ponselnya. Reza menarik jaket sweaternya dibalik pintu, bergegas keluar tanpa babibu.
Tak berapa lama, Reza kembali dengan membawa dua bungkus nasi pecel dan minuman serta beberapa snack.
"Nih makan," bujuk Reza, seraya menyodorkan piring berisi bungkusan nasi pecel pada Putri.
Putri mendongah dan tersenyum senang melihat makanan kesukaannya. Ia meletakkan ponselnya dan meraih piring yang di berikan Reza.
"Kak Reza, baik banget sihhh, tahu aja aku belum makan.”
"Kamu mana pernah makan kalo berangkat kuliah," tukas Reza, seraya menarik kursi dari meja belajar dan melahap nasi pecelnya perlahan.
Putri terkekeh dan menyendok nasi pecel favoritnya. Reza meliriknya sesekali. Putri adalah satu satunya teman yang ia miliki selama berada di kota ini. Itupun mereka berteman karena arah kos Reza dan rumah Putri searah. Entahlah Reza merasa sudah memilih tempat yang jauh dari hiruk pikuk kota agar ia aman dari teman teman sekampusnya, namun ternyata masih ada satu orang yang terlewat yaitu Putri.
Awalnya beberapa kali Reza berpapasan dengan Putri di ujung jalan, Reza menaiki motor maticnya sementara Putri menunggu angkot. Sering melihat Putri menunggu angkot membuat Reza hafal wajahnya, dan tanpa sengaja suatu hari ia melihatnya lagi di kampus.
Saat itu masa ospek kampus, semua Maba pulang larut malam. Reza yang terkadang betah di perpustakaan hingga kampus tutup, tiba tiba melihat Putri menunggu angkot di pinggir jalan. Reza tahu betul, jam segitu tak ada angkot yang lewat. Karena iba, pada akhirnya ia memberanikan diri menawarkan tumpangan pada Putri. Sejak itulah Putri yang supel dan ramah jadi dekat dengannya.
"Kak Reza, gimana kalo kita kabur."
“Uhukkkkk!!” Reza sontak menelan makanan yang masih ia kunyah hingga tersedak, spontan ia meraih air mineral botol di hadapannya dan meneguknya.
Begitu nasi di tenggorokannya mendarat mulus di lambungnya, Reza menolehi Putri syok.
"Kamu gila ya, Put!" desis Reza masih kaget dengan perkataan Putri tadi.
Putri terkekeh dan meletakkan piringnya yang sudah kosong di meja belajar.
"Aku serius, Kak! Yuk kabur yuk, aku udah gak betah tinggal di rumah."
"Yaudah, kamu kabur aja sendiri. Ngapain ngajak ngajak aku?" solot Reza tak suka, ia kembali menyuapkan makanannya yang tinggal sedikit.
"Karena aku bilang kalo aku sudah punya cowok, dan satu satunya cowok yang sering nganter aku pulang adalah Kak Reza. Kalo sampe aku hilang pasti Kak Reza yang dituduh. Jadi sekalian kita kabur bareng aja biar Kak Reza aman," sahut Putri santai, meraih ponselnya lagi.
Reza menolehi Putri syok, " kamu tahu nggak, kabur itu berarti apa??" tanya Reza menyelidik.
Putri mengangkat kedua bahunya pelan, yang ia tahu, kabur adalah satu satunya jalan agar ia bebas dari ibunya yang suka pilih kasih.
"Kabur itu berarti kamu harus hidup tanpa rasa nyaman yang selama sudah ini kamu rasakan dirumahmu, kamu harus beradaptasi dengan lingkungan baru, orang orang baru, dan kamu nggak akan bisa bertahan dengan semua itu."
"Siapa bilang nggak bisa?! Aku bisa kok!" sungut Putri cepat, rautnya berubah kesal saat Reza meremehkannya.
Reza meletakkan sendoknya pelan, ia jadi tak berselera lagi untuk makan. Perlahan ia menarik nafasnya untuk menenangkan pikirannya.
"Nggak semuanya bisa kamu lakukan dengan mudah, Put! Ada banyak masalah di luar sana yang bisa bikin kamu semakin down dan putus asa, jangan pernah berpikir untuk kabur meski kamu ingin, semuanya nggak semudah yang kamu pikirkan."
Putri berdiri, ia menarik tasnya dari ranjang dan menatap Reza kesal.
"Yaudah, kalo Kak Reza nggak mau, aku bisa pergi sendiri!" putus Putri dingin, lalu beranjak dari hadapan Reza dengan wajah penuh emosi.
Reflek Reza menarik tangan Putri dan menghentikannya. Ia berdiri dan mengawasi Putri yang menantang tatapannya.
"Kenapa kamu mau kabur? Ada apa? Kalo kamu ada masalah,kamu bisa cerita sama aku. Tapi tolong, jangan pernah berpikir untuk kabur."
Putri menepis tangan Reza dan berpaling, ia beranjak meninggalkan Reza tanpa babibu.
Reza mengawasi tubuh Putri yang menghilang dibalik pintu kamarnya. Kabur tidaklah semudah yang orang pikirkan. Bila saja Reza tak mengingat hinaan ayahnya malam itu, mungkin saja Reza luluh dan kembali pulang. Beberapa kali Reza ingin menyerah, ia rindu masakan Shelomita yang selalu tersaji hangat untuknya, ia rindu sapaan Shelomita saat Reza baru sampai di rumah meski ia pulang tengah malam sekalipun.
Reza menghembuskan nafasnya sedih, ia rindu mamanya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
NAZERA ZIAN
dari kai n sabia langsung kesini ya thor...
ramekan juga karyaku...GADIS MASA LALU.
2022-11-15
1
Ufin Taniar
sy ikuti anda 😁
dari aplikasi kuning hingga aplikasi biru 😂
semangat thor 😘
2022-03-18
0
Eva Noviana
semangat up sampai ttd kontrak🌻🌻
2022-03-17
2