Jam 5 pagi, Reza sudah bangun dan bersiap untuk mandi. Suasana hatinya masih buruk karena kejadian semalam, ia dilema dengan semua pertanyaan Putri yang setiap hari terasa seperti menginterogasi jati dirinya.
Usai mandi dan bersiap untuk keluar mencari sarapan, Reza baru sadar Putri sudah tidak ada lagi di tempat tidur. Kemana dia?? Tumben sepagi ini sudah bangun??
Reza melongok keluar jendela barangkali Putri sedang termenung diluar tapi tak ada siapapun disana. Lekas Reza mengenakan jaketnya dan beranjak keluar dari kamar. Apa mungkin Putri mengigau??
Sedikit tergesa gesa Reza menuruni tangga menuju lantai 1. Masih sepi karena masih jam 6 pagi. Reza mengamati sekeliling kos Pelangi yang ia lewati, halaman dan tempat parkir tapi tak nampak Putri dimana pun. Reza mulai panik, tak biasanya Putri pergi tanpa pamit seperti ini.
Sambil setengah berlari Reza menghampiri pak Ali yang sedang menyapu di pagar kos Pelangi, mungkin pak Ali melihat Putri. Saat melihat Reza datang dengan tergesa gesa pak Ali nampak kaget.
"Ada apa mas Reza??"
"Pak Ali liat Putri gak??"
Pak Ali tolah toleh ke sekitarnya, " tadi sih ada perempuan lewat pake jaket biru, tapi pak Ali gak ngeh itu siapa... kaya yang tergesa gesa gitu keluarnya.." terang pak Ali sambil menunjuk ke arah jalan yang sepi,
Reza menghembuskan nafasnya gelisah, ada apa sih dengan Putri!! Kenapa harus menghilang seperti ini..
"Yaudah makasih pak Ali, biar saya cari pake motor.."
"Gak coba di telpon mas, barangkali mbak Putri bawa hape.."
Reza merogoh ponsel di saku celananya ragu, ia bahkan tak tau nomor ponsel Putri..
Seminggu lebih tidur di kamar yang sama namun tak ada komunikasi yang intens, apakah ini kebodohan atau ketidakpedulian??
"Iya nanti saya coba telefon, terimakasih pak Ali.." desis Reza sambil segera beranjak dan berlari ke tempat parkir.
Apa mungkin Putri mencari sarapan?? Tapi bukankah kakinya masih terluka? Kemarin malam bahkan beberapa kali Reza mendengar Putri mengaduh saat lututnya tanpa sengaja membentur tembok saat tidur.
Sambil melajukan motornya dengan perlahan, Reza mengamati setiap rumah dan warung yang ia lewati berharap melihat Putri disalah satu tempat tersebut..tapi nihil.
Sementara di kos pelangi,
"Terimakasih banyak bu Mirna, maaf merepotkan pagi pagi.." ucap Putri seraya keluar dari rumah bu Mirna dengan tertatih.
"Iya sama sama, jangan sungkan kalo cuma mau numpang kamar mandi.." sahut Bu Mirna halus seraya ikut mengantar Putri keluar dari dapurnya,
Putri mengangguk malu dan beranjak pergi perlahan, tadi pagi saat Reza baru masuk kamar mandi tiba tiba perutnya bergejolak. Karena sedang menstruasi sejak kemarin Putri ingin makan makanan yang pedas, alhasil perutnya malah diare.
Saat Putri baru keluar dari rumah bu Mirna sebuah mobil sedan putih memasuki halaman. Putri mengawasi mobil itu sekilas, Toriq turun dan tersenyum saat melihat Putri. Entah mengapa kini rasa takut yang Putri rasakan setiap melihat Toriq malah lenyap.
"Hay...!" Sapa Toriq ramah sambil berjalan menghampiri Putri yang diam mematung.
Putri tak bergeming, ia sibuk mengatur nafasnya yang entah mengapa jadi memburu saat melihat Toriq turun dari mobilnya.
" tumben sudah bangun jam segini.." lanjut Toriq basa basi saat sudah berdiri di hadapan Putri.
"Iya tadi numpang kamar mandi dirumah bu Mirna.." sahut Putri jujur,
Toriq tersenyum, "sudah sarapan? Yuk sarapan bareng dirumah tanteku.."
Putri menggeleng cepat, "nggak makasih, kak Reza sudah nunggu aku buat sarapan bareng di atas.."
"Oh ya?? Hmm, baiklah.., see you!!" Pamit Toriq sebelum kemudian berlalu,
Putri menolehi Toriq ragu, "Toriq..!" Panggilnya spontan,
Toriq menghentikan langkahnya dan menoleh, "ya..?"
"Makasih buat bantuanmu kemarin.." desis Putri tertahan, dadanya bergemuruh. Ia gugup.
Toriq tersenyum lagi dan mengangguk, "it's oke, jangan sungkan kalo butuh sesuatu aku dan tante siap bantu.., bye!!" Pamit Toriq seraya melambaikan tangannya dan beranjak,
Putri mengawasi punggung Toriq yang bidang masuk dan menghilang di rumah bu Mirna. Tanpa sadar ia bahkan membalas lambaian tangan itu.
"Put..!"
Putri tersentak, Reza sudah berdiri di belakangnya dengan wajah basah oleh keringat.
"Kak Reza nih ngagetin aja!" Sungut Putri kesal seraya berbalik dan tertatih menaiki tangga.
Reza menghembuskan nafasnya yang terasa berat oleh amarah. Entah mengapa ia tadi tiba disaat yang tidak tepat, Reza sendiri bingung dengan apa yang ia rasakan.
Putri bahkan tak menyadari keberadaan Reza yang sedari tadi berdiri di kejauhan saat ia dan Toriq sedang asyik mengobrol. Sejak kapan mereka berteman?? Apa yang sudah Reza lewatkan?? Bukankah terakhir kali Putri selalu ketakutan setiap melihat Toriq??
Reza mengawasi Putri yang sudah sampai di lantai 2 dan berjalan pelan menuju kamar. Bisa bisanya Putri bersikap seolah tidak ada apa apa padahal Reza mencarinya kemana mana seperti orang kesetanan!!
Lekas Reza berlari menyusul naik ke lantai 2 dan masuk ke dalam kamar. Putri sudah masuk ke kamar mandi saat Reza sampai. Ia mengatur nafasnya yang tak stabil karena menahan emosi dan duduk di ranjang Putri.
Sekilas Reza melirik jam di pergelangan tangannya, jam 06.45. Biasanya di jam ini ia sudah selesai sarapan dan bersiap untuk berangkat ke toko kakek Nun. Tapi sekarang bahkan untuk berangkat rasanya Reza sudah tak bersemangat lagi.
Cukup lama Putri mandi hingga saat ia selesai dan keluar dari kamar mandi, emosi Reza sudah mulai mereda. Putri kaget melihat Reza masih ada di dalam kamar, tumben dia belum berangkat? Batinnya heran.
Tanpa rasa bersalah Putri melewati Reza yang duduk di ranjang dan keluar dari kamar untuk menjemur handuknya yang basah.
Reza melirik Putri yang nampak tenang, tak ada ekspresi bersalah ataupun khawatir. Sepertinya hanya Reza yang merasa kesal sendiri dan ia benci dengan perasaannya ini.
"Put.." panggil Reza ragu saat Putri sedang menyisir rambutnya yang basah, sekuat tenaga Reza menahan emosi agar suaranya tak meninggi.
Putri tak menyahut, tak juga menoleh. Ia tetap menyisir rambutnya dengan tenang.
Reza meliriknya lagi, "kamu mau sarapan apa biar aku belikan.."
"Gak usah, tadi aku di ajak sarapan bareng sama bu Mirna dan Toriq di bawah.." tukas Putri berdusta,
Reza menolehinya cepat, dadanya tiba tiba terasa sakit..seperti ada belati yang menusuknya saat Putri menyebut nama Toriq.
"Oh, yaudah.." desis Reza pelan, "kalo gitu aku berangkat dulu..," pamitnya tertunduk,
Putri melirik Reza dari pantulan cermin lemari, ia masih kesal pada Reza, ia ingin Reza juga merasakan rasa kesal yang sama!
Reza beranjak dan menghilang di balik pintu. Sesaat ia diam mematung sambil menarik nafasnya dalam dalam, berharap emosi sedih dan marahnya menghilang. Emosi yang percuma saja ia rasakan saat ini karena toh Putri tak merasakan hal yang sama padanya. Putri hanya menganggapnya tak lebih dari seorang kakak..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments