Seminggu berlalu tanpa terasa, Putri dan Reza menjalani hari dengan kesibukan masing masing. Reza dengan aktivitasnya di toko buku kakek Nun sementara Putri dengan menonton drama koreanya.
Reza sengaja menyibukkan diri setiap hari agar tidak berlama lama tinggal di dalam kamar yang sama dengan Putri. Ia baru kembali dari toko saat hari menjelang petang. Meski tak dibayar oleh kakek Nun namun Reza rela menghabiskan sebagian besar waktunya untuk sekedar menjaga toko, mengobrol santai dengan kakek Nun atau membaca buku buku kuno.
Sejujurnya setiap malam tiba kadang Reza merasa khawatir dengan dirinya sendiri. Ia sengaja tidur lebih awal hanya agar tidak mengobrol terlalu lama dengan Putri. Reza khawatir tidak bisa mengendalikan nafsu lelakinya. Walau bagaimanapun ia harus menjaga Putri dengan baik, ia tidak ingin merusaknya.
Pernah suatu malam saat tiba tiba Reza ingin buang air kecil ke kamar mandi, tanpa sengaja ia melihat selimut Putri tersingkap dan memperlihatkan pahanya yang mulus. Jantung Reza berdesir hangat saat itu, Putri yang putih dan mulus sudah pasti bisa membangkitkan birahi siapapun yang melihat. Meski tubuhnya kurus namun payudara dan pantat Putri padat berisi.
"Reza.." panggil kakek Nun membuyarkan lamunan nakal Reza.
Reza menoleh cepat, kakek Nun berdiri dibelakangnya sambil membawa segelas teh hangat. Kebiasaan kakek Nun setiap pagi adalah membuatkan segelas teh hangat untuk Reza.
"Terimakasih kek.." ucap Reza sungkan sambil menerima gelas yang kakek Nun sodorkan.
"Minggu depan akan ada pameran seni dan budaya di gedung kota, apa kamu keberatan bila membantu kakek buka stand disana??"
Reza berbinar seketika, pameran budaya??
"Tentu saja nggak keberatan sama sekali kek, saya akan bantu apapun yang kakek butuhkan.." sahut Reza senang,
Kakek Nun tersenyum lega, "sudah 5 tahun ini kakek absen karena sudah gak kuat angkut angkut barang, bersyukur ada kamu sekarang.."
Reza mendesah iba, satu satunya pendapatan kakek Nun adalah dari penjualan buku yang sudah masuk koleksi kuno ini. Terlebih generasi muda saat ini sangat jarang yang memiliki hobi membaca buku. Keberadaan smartphone yang memudahkan mencari berbagai hal membuat minat baca orang orang terhadap buku semakin menurun. Reza sedih dengan kenyataan pahit ini..
"Lusa kita bisa mulai pilah buku yang mau dibawa buat pameran, yaah memang sih gak akan laku semua tapi setidaknya koleksi buku disini lebih bermanfaat ketika dibaca orang daripada cuma dipajang dan dimakan rayap.." terang kakek Nun seraya duduk di kursi kayu tempatnya biasa menghabiskan waktu.
Reza menarik nafasnya sedih, " saya akan bantu sebisa saya kek, kalo bisa semua buku disini harus laku..." seloroh Reza menghibur.
Kakek Nun tertawa kecil, " jangan muluk muluk kalo bermimpi, bangun saja dulu.., sebelum mimpimu kebablasan kaya kakek ini.."
Reza terkekeh dan menyesap teh manisnya.
" bagaimana kabar istrimu? Kamu gak pernah cerita tentang dia sama kakek.."
"Uhukkk!!" Reza spontan menelan teh hangat yang masih ia kulum di dalam mulutnya hingga tersedak,
Kakek Nun menolehi Reza pelan, Reza mengusap bibirnya yang basah oleh semburan teh tadi.
Ragu Reza mendekat ke kursi dan duduk di hadapan kakek Nun.
" Apa istrimu sudah hamil? Atau kalian menunda?? Atau bagaimana??"
Reza menelan salivanya gugup,
"Belum kek.." sahutnya ragu, bagaimana bisa hamil sedangkan menyentuh tangan Putri saja Reza takut bukan main.
" memang menunda?"
Reza menggeleng, tapi detik berikutnya ia mengangguk cepat.
"Baiknya sih jangan terburu buru, biar kalian mengenal satu sama lain lebih dekat.." Saran Kakek Nun bijak
Reza tak menyahut, ia selalu merasa bersalah setiap kali harus berbohong. Tapi ia tidak memiliki pilihan lain.
" sejak kapan kalian saling mencintai? Apa dia cinta pertamamu??" Tanya kakek Nun penasaran.
Reza mengawasi kakek Nun keki, "apa cinta pertama adalah perempuan pertama yang kita cintai kek??"
" hmmm, entahlah.., karena seumur hidup kakek cuma mencintai satu wanita sepertinya sih begitu ya.." tawa kakek Nun menerawang.
"Apa ada perempuan lain sebelum dengan istrimu ini??" Tanya kakek Nun berbisik.
Reza tersenyum simpul, masa lalunya kembali di usianya ketika masih 14 tahun..ia menyukai salah satu kakak kelas.
"Dari senyummu sepertinya memang pernah ada perempuan lain selain istrimu.., hmm, gadis malang.."
" tapi saya cuma sebatas mengagumi kek, gak pernah deket.."
"Oh ya?? Terus kenapa kamu gak menikah dengan wanita yang kamu kagumi itu??"
Reza menggaruk keningnya keki, " waktu itu dia kakak kelas saya di SMP, mana mungkin saya pacaran dengan kakak kelas!" Sahut Reza terkekeh.
"Kalo suatu saat kalian bertemu bagaimana? Apa kamu tidak menyesal dengan keputusanmu di masa lalu??"
Reza mengawasi kakek Nun bimbang,
"Hahahahaha.., jangan terjebak dengan omongan kakek tua ini ya nak, kakek hanya melampiaskan emosi masa lalu yang tak tersampaikan.."
Reza tersenyum sumbang, bila saja kakek Nun tak membahas soal cinta pertama mungkin Reza tak akan pernah ingat dengan sosok Zeyna. Gadis yang pernah menggetarkan hatinya semasa belia dan sempat dekat selama beberapa lama.
"Jangan sakiti istrimu Reza, dia sudah bertahan sejauh ini bersamamu.., bertemu dengan masa lalumu tidak akan mengubah apapun di masa depan selama kamu tidak terjebak di dalamnya.." Ucap kakek Nun tulus.
Reza menghembuskan nafasnya perlahan, ia sendiri tak pernah paham bagaimana perasaannya terhadap Putri. Beberapa kali ia merasakan debaran hangat itu saat bersamanya namun beberapa kali juga Reza kecewa karena Putri seolah hanya menganggapnya sebagai seorang kakak, tak lebih.
Bilapun suatu saat bertemu Zeyna dan debaran itu datang lagi, masih kah Reza harus bertahan dengan Putri dan status palsunya?? Bukankah itu egois bagi perasaan Reza??
" apa sekarang kamu merindukan istrimu??" Tanya kakek Nun saat melihat Reza bungkam.
Reza menggeleng dan tersenyum, " saya hanya rindu bagaimana rasanya jatuh cinta kek.." sahut Reza pelan,
Kakek Nun menolehi Reza bingung mendengar jawabannya.
Reza tersenyum kikuk dan berdiri, ia mendekat ke tumpukan buku yang tadi sempat ia turunkan untuk dibersihkan. Beberapa buku koleksi kuno masih terbungkus plastik yang mulai nampak usang, Reza berencana mengganti plastik itu bila mereka jadi ikut pameran minggu depan. Ia harus menampilkan koleksi koleksi buku kuno ini dalam wujud yang berbeda.
Kakek Nun mengawasi Reza dari kejauhan, jawaban dari anak itu tadi membuat Kakek Nun bertanya tanya dalam hati.. apakah hubungan Reza dan istrinya tidak harmonis? Bila mereka tak saling cinta lalu mengapa mereka berdua menikah? Wanita itu pun tak sedang hamil.. dan melihat gelagat Reza sangat tidak mungkin bila sampai gadis itu hamil duluan sebelum mereka menikah. Ahhhh Kakek Nun jadi ikut pusing menyimak asmara anak jaman sekarang!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments