Sepeninggal Reza, Putri mematut pantulan wajahnya di cermin. Pipinya sekarang nampak lebih chubby dan montok, sepertinya berat badannya bertambah pesat selama hampir 2 minggu berada di kos ini.
Reza memang memanjakan Putri setiap harinya. Bahkan urusan makan pun selalu Reza yang membeli dan menyiapkan hingga membereskan. Padahal dulu saat masih bersama orang tuanya, tak sekalipun Putri berani makan sebelum ibu dan adik adiknya makan terlebih dahulu. Ia selalu mendapat giliran terakhir saat semua makanan sudah habis.
Sekarang ia makan teratur tiga kali sehari dan itu semua tanpa harus menunggu hingga benar benar kelaparan. Putri mendesah sedih, ada kalanya ia membenci Reza tapi saat ini justru Putri merasa bersalah. Hanya karena hal sepele Putri mengacuhkannya sejak kemarin.
Kryuuuk...
Putri menyentuh perutnya pelan, biasanya di jam ini ia sudah sarapan namun kali ini sepertinya ia harus berusaha sendiri untuk membelinya di warung depan. Sedikit menyesal ia sudah berbohong pada Reza tadi tapi apa boleh buat..Reza sendiri juga sepertinya tidak sarapan.
Sambil menenteng kresek berisi sampah yang akan ia buang di tempat sampah rumah induk, Putri menuruni tangga menuju lantai 1.
Ia berjalan santai sambil sesekali tersenyum pada tetangga kamar kos yang berpapasan dengannya. Selama ini Putri tak mengenal satupun diantara mereka karena ia jarang keluar dari kamar.
Usai melempar kresek sampahnya, Putri bergegas menyeberang jalan menuju warung di depan Kos Pelangi. Bisa dihitung dengan jari berapa kali Putri datang ke warung ini. Sering kali Reza yang membungkuskan makanan untuknya. Ia bahkan bingung harus makan apa pagi ini, ia terbiasa selalu dilayani.
"Buk, nasi pecelnya satu ya..." terang Putri pada ibu ibu penjaga warung,
"Makan disini ato bungkus mbak??"
"Makan disini aja buk, minum teh hangat ya.."
"Oke mbak.."
Putri mendesah bimbang, tak ada pilihan lain selain nasi pecel yang bisa ia andalkan. Perlahan Putri mendekat ke kursi di dekat jendela yang menghadap ke jalan. Jarang sekali ia menikmati pemandangan pagi seperti kali ini.
" ohhh, jadi begini sarapan bareng kak Reza itu??"
Putri menoleh cepat, Toriq sudah berdiri di sampingnya dengan tatapan menyelidik.
Duhhh.. mampus! Desis Putri dalam hati.
"Kamu kaya hantu ya, bisa muncul dimana aja.." sungut Putri tak bisa menyembunyikan rasa kagetnya.
Toriq terkekeh dan menarik kursi di samping Putri.
"Salah satu kehebatanku adalah membuntuti orang yang menarik buatku!" Bisik Toriq di samping telinga Putri.
Putri terbelalak risih, ia menggeser kursinya menjauh dari Toriq.
"Lohh, mas Toriq tumben pagi pagi kesini..!" Sapa ibu warung yang tiba tiba sudah berdiri di belakang Putri seraya memberikan sepiring nasi pecel padanya.
Toriq tersenyum keki, "iya nih mbok Tri, lagi pengen nemenin temen makan.."
"Ohh, ini temen mas Toriq toh..," goda ibu itu sambil mengerlingkan matanya,
Putri menghembuskan nafasnya risih, ia menyendok nasinya cepat dan melahapnya.
Tak berapa lama mbok Tri pemilik warung kembali masuk kedalam. Tinggal Toriq dan Putri berdua.
Putri tak menghiraukan Toriq yang terpana menatap Putri yang sedang menikmati sarapannya. Sejujurnya ia jengah namun demi bisa menikmati sarapannya pada akhirnya Putri tak mengindahkan rasa risihnya.
" kenapa tadi bilangnya mau sarapan sama Reza kalo ujung ujungnya sarapan sendiri?? Tau gitu kan kamu ikut sarapan bareng dirumah tante ku.." ucap Toriq heran.
Putri tak menyahut, ia sibuk mengunyah sayur pecelnya.
"Betewe suamimu tuh aneh ya, susah diajak becanda kayanya..terlalu serius! Pasti gak asik nikah sama dia ya kan??"
"Kamu bisa diam gak sih, aku lagi sarapan nih.." tukas Putri kesal, perkataan Toriq semakin mengingatkan Putri pada rasa jengkelnya terhadap Reza.
"Hmm, okey, aku diem deh sampe kamu selesai makan.." sahut Toriq santai,
Putri menghembuskan nafasnya kesal dan kembali melahap sarapannya yang tinggal beberapa suap.
Sementara itu Toriq kembali menatap Putri tanpa berkedip. Semakin di perhatikan wajah Putri semakin mirip dengan Virsha, mantan istrinya.
Saat nasi di piringnya habis dan teh hangatnya tinggal separuh, Putri menolehi Toriq yang masih terpana padanya.
" gini ya Toriq, meskipun aku sudah gak takut sama kamu tapi bukan berarti kamu bisa berbuat seenakmu ya.., tolong jangan suka muncul seenaknya kaya gini.."
"Loh kan bukan salahku kalo tadi aku liat kamu jalan sendirian nyebrang jalan.."
Putri menghembuskan nafasnya geram, "tapi bukan berarti juga kamu bisa buntutin aku kan, aku juga punya privasi...dan aku sudah bersuami.."
Toriq menundukkan pandangannya lesu, "emang kalian beneran suami istri ya??"
"Apa maksut kamu??!" Tukas Putri cepat,
"KTPmu masih single, kamu juga gak ada buku nikah toh.."
"Kan sudah aku jelasin sama bu Mirna kalo kami kawin lari.."
"Kenapa kalian kawin lari? Apa orang tuamu gak setuju kamu nikah sama Reza??"
Putri membuang muka cepat, "bukan urusan kamu!" Sahutnya ketus,
"Tuh kan, berarti emang feeling orang tuamu bener kalo Reza tuh bukan suami yang baik buat kamu.."
"Terus suami yang baik itu kaya gimana? Kaya kamu??!" Potong Putri kesal, "kamu aja bisanya cuma mabok mabokan.." sambungnya berapi api,
Toriq menatap Putri lekat lekat, "aku mabuk karena aku terlalu sayang sama mantan istriku.."
"Terus kalo gitu kenapa kalian sampe cerai??" Cecar Putri mencibir,
Toriq menunduk sedih, ia mengusap kedua telapak tangannya ragu,
"Istriku persis suamimu.., terlalu serius dan datar.., pernikahan kami..."
" cukup, gak usah cerita sama aku.., aku gak tertarik dengan cerita masa lalu kamu!!" Potong Putri cepat, lantas menghabiskan teh hangatnya dan berdiri untuk membayar pada mbok Tri pemilik warung.
Toriq mengawasi Putri yang beranjak meninggalkannya sendiri. Sepertinya ia butuh usaha lebih keras lagi untuk mendekati Putri. Ia yakin bisa mendapatkan gadis itu..
Feelingnya berkata bahwa pondasi pernikahan antara Putri dan Reza rapuh dan suatu saat pasti akan oleng seperti pernikahannya. Dan bila saat itu tiba maka Toriq akan merebut Putri dari laki laki aneh itu..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments