Seperti biasa Reza pulang saat hari mulai gelap, meski ia membawa kunci kamar cadangan namun ia selalu mengetuk pintu dan meminta Putri untuk membukanya hanya untuk melihat Putri menyambutnya dan tersenyum senang ketika Reza datang.
Tapi kali ini tak seperti biasa, Putri tak langsung membuka kan pintu kamar secepat biasanya dan menyambut Reza tanpa senyuman. Putri nampak murung, jalannya tertatih perlahan. Reza mengawasinya curiga..
" kamu terluka??" Tanya Reza sambil mengawasi cara berjalan Putri yang aneh malam ini,
"Iya tadi jatuh pas pulang dari mini market.."
"Sudah di obati?" Tanya Reza khawatir, masih mengamati kaki Putri.
Putri mengangguk pelan, ia ingin bercerita tentang Toriq tapi sepertinya Reza nampak lelah hari ini.
Reza memasukkan jaketnya ke dalam lemari dan menghampiri Putri yang duduk di ranjangnya.
"Boleh aku lihat lukanya??" Tanya Reza hati hati,
"Gak perlu, tadi sudah diberi obat dan diperban sama bu Mirna.., pak Ali juga sudah bantuin mijat tadi.."
"Mijat??"
"Iya tadi sempet terkilir juga sih dikit, tapi udah gapapa kok kak.., kak Reza mandi gih.., kucel gitu pasti capek banget ya seharian ini.." cerocos Putri tak enak hati,
Reza sudah memberinya tempat berteduh yang nyaman dan makan yang tak pernah terlambat, Putri tak sampai hati membuat Reza kesusahan lagi..
Reza mengawasi dua lutut Putri yang dibalut perban, seharusnya ia bisa menjaga Putri lebih baik lagi.
"Maaf aku baru pulang, lain kali kamu bisa nitip sama aku aja kalo cuma ke minimarket.., aku akan.."
"Aku gak papa kak, ih kak Reza nih alay! Cuma luka lecet gini juga.."sungut Putri terkekeh,
Tadinya Reza ingin mengajak Putri makan malam diluar tapi melihat keadaannya yang seperti sekarang ia jadi urung mengajukan niatnya.
"Yaudah aku mandi dulu ya..,"
Putri mengangguk dan tersenyum, ia paling suka melihat Reza tiap selesai mandi. Rambut dan tubuhnya yang basah terlihat sangat seksi dan membuat Putri ketagihan melihatnya.
Beberapa jam setelahnya,
Reza baru kembali dari membeli makan malam untuknya dan Putri di luar. Putri ingin makan nasi goreng alhasil Reza keliling mencari warung nasi goreng gerobak disekitar kos.
"Nih.." Reza memberikan piring dengan bungkus kertas nasi yang sudah terbuka untuk Putri,
Dengan sigap Putri menerimanya dan melahap nasi goreng itu.
Reza tersenyum melihat antusiasme Putri pada makanan tidak berubah meski ia sedang sakit. Sepertinya berat badannya juga bertambah, pipinya nampak lebih chubby.
"Kamu lupa berdoa ya.." desis Reza seraya menarik kursi dan duduk perlahan,
Putri melirik Reza keki, mulutnya masih penuh dengan kunyahan nasi goreng yang belum ia telan.
"Yaudah dilanjut.." tawa Reza sambil menyendok makanannya lantas memejamkan mata sekejab untuk berdoa.
Terdengar dentingan sendok dan piring bersahutan selama beberapa saat, sesekali Reza menolehi Putri yang sangat lahap. Nafsu makan Reza ikut bertambah setiap melihat Putri seperti itu.
Saat nasi goreng di piring Putri tersisa sedikit dengan sigap Reza mengambilkan botol air mineral dan memberikannya pada Putri.
Entah mengapa ia selalu reflek melakukan hal hal yang sebenarnya masih bisa dilakukan sendiri oleh Putri. Terkadang Reza merasa ia terlalu berlebihan...
" sudah selesai??" Tanya Reza saat kertas bungkus di piring Putri sudah kosong,
Putri mengangguk dan bersiap untuk berdiri tapi reflek Reza ikut berdiri dan menarik piring di tangan Putri.
"Biar aku aja.." desis Reza keki saat Putri mengawasinya bingung, ia membawa piring kosong milik Putri dan memasukkan kertas bungkusnya ketempat sampah.
Putri tersenyum kecil, Reza selalu memperlakukannya seperti bayi.
"Usia kak Reza berapa sih sebenernya??" Tanya Putri saat Reza kembali sibuk dengan makanannya.
Reza menolehinya sekilas, "kenapa emang??"
"Gapapa cuma tanya aja.." sahut Putri menerawang, "kalo suatu saat ada yang tanya usia kak Reza kan aku bisa jawab.."
"Bilang aja usia kita gak berbeda jauh.."
"Ihh, mana bisa! Dari wajah aja udah keliatan siapa yang umurnya lebih boros.."
"Siapa emang yang lebih boros mukanya??" Goda Reza terkekeh,
"Ya kak Reza lah! Masa pak Ali.." tawa Putri ringan,
Reza ikut tertawa mendengarnya,
"Kalo ada orang yang bertanya dan kamu gak tau jawabannya yaudah gak usah dijawab, simpel kan.."
"Mana bisa! Gak masuk akal kalo istri gak tau usia suaminya.."
"Bilang aja privasi, gak repot kan.."
"Ihh kak Reza nih! Tinggal jawab doang susah amat sih!!" Sungut Putri mulai kesal,
Reza terkekeh dan melipat bungkus kertas nasinya yang sudah habis. Sambil meneguk air mineralnya, Reza melirik Putri yang sudah manyun menatap layar ponselnya.
" jangan manyun ah, nanti cantiknya ilang.." goda Reza mencoba mencairkan suasana.
Putri tak bergeming, ia mulai membuka aplikasi streaming drama korea untuk mengalihkan rasa jengkelnya pada Reza.
Selama mereka bersama tak sekalipun Reza terbuka tentang dirinya, ia selalu mengalihkan pembicaraan atau lebih memilih untuk tidur lebih cepat demi menghindari mengobrol banyak dengan Putri. Reza hanya takut identitasnya terbuka, ia tidak siap untuk itu. Tidak ada siapapun yang mengetahui siapa jati dirinya yang sebenarnya, dan tidak boleh ada.
Ia sudah menganggap Syahreza Purnama yang lama sudah mati, ia ingin menjadi Syahreza yang baru dengan kehidupan yang baru juga.
Usai membersihkan meja dari kertas nasi dan botol botol yang sudah kosong, Reza menggelar karpetnya dan bersiap untuk tidur. Masih jam 9 malam namun ia ingin lebih cepat terlelap agar suasana dingin antara ia dan Putri malam ini lekas berlalu. Ia ingin pagi segera datang.
Putri masih duduk di ranjang dan bersandar di bantalan tempat tidur sambil menonton drama korea. Kedua telinganya sudah dipasangi headset, ia memperbesar volume ke batas maximal agar tak mendengar suara apapun dari Reza.
Biasanya setiap malam sebelum tidur Reza akan mengucapkan "selamat malam" tapi kali ini Putri enggan mendengar ataupun membalasnya. Entah mengapa ia menjadi kesal hanya karena Reza masih saja menutup diri.
"Selamat malam Put.." desis Reza sambil mengawasi Putri dari karpet di samping ranjang, tapi Putri tak bergeming ataupun menyahutinya seperti biasanya.
Reza tersenyum pahit dan lekas memejamkan matanya. Dadanya mulai berdebar aneh lagi..
Belakangan ini Reza merasa ia terlalu emosional dan mudah terbawa perasaan, sejak tinggal berdua dengan Putri moodnya seperti rollercoaster. Mungkin karena ia terbiasa hidup sendiri jadi begitu lingkungannya tiba tiba berubah maka moodnya pun ikut naik turun. Segala hal tentang Putri membuatnya sensitif dan posesif, sifat yang tak pernah Reza sadari sebelumnya.
Putri melirik Reza yang tak lagi bergerak di karpet, ia mendengus kesal. Kenapa selalu dia yang emosi sendiri dengan tingkah Reza!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments