My Crazy Lady
Hanna kembali menelan salivanya yang sudah menumpuk di mulutnya. Itu sudah kali ke sekian dia lakukan, setiap melihat Cathy mendorong masuk makanan yang tengah gadis itu kunyah melewati tenggorokannya.
Seandainya bisa sihir, Hana akan memilih mengubah dirinya menjadi tenggorokan adiknya agar bisa merasakan enaknya makanan itu.
Berbagai jenis menu terhidang di meja, dan itu semua dipersiapkan untuk siapa saja di rumah ini kecuali, Hanna!
“Ayolah, Kak. Aku tidak akan bisa menelannya lagi kalau setiap kunyahan di mulutku harus melalui tatapan mu yang sangat tidak bersahabat itu,” gerutu Cathy sembari memasukkan satu suap nasi dengan potongan beef yang begitu nikmat.
“Kau bahkan sudah menghabiskan sebagian besar isi piring itu!” Seru Hanna mendengus kesal. Terpaksa mengalihkan pandangannya pada piring berisi sayur dan lalapan.
Oh Tuhan, aku bukan kambing yang harus makan daun-daunan ini setiap hari!
Hanna selalu merasa hidup tidak adil baginya. Hidup tidak selalu sama seperti yang kita harapkan, itu benar. Namun, Keadaan dirinya yang memiliki berat tubuh yang sangat berlebih ini bukanlah salahnya, itu juga benar.
Kalau bisa, dia juga ingin cantik, langsing dan juga sesempurna Cathy, adiknya, yang selalu mendapat pujian, yang selalu disayang dan dipuja banyak orang. Sumpah demi apapun, Hanna ingin!
Tapi kenyataannya tidak seperti itu. Bagi keluarganya, bukan, ralat, bagi ibunya, Hanna adalah aib. Memiliki tubuh berlapis lemak membuatnya selalu menjadi bahan bullyan.
Dengan tinggi 160, Hanna memiliki berat badan 80 kilo gram, yang membuat dirinya mendapat julukan Giant oleh sekitarnya.
Sebenarnya Hanna memiliki paras yang cantik. Tidak kalah dengan Cathy, bahkan Hanna memiliki bola mata yang indah dan lesung pipi yang tidak dimiliki adiknya.
Paras cantiknya begitu mirip dengan neneknya yang memang memiliki darah Skotlandia dan juga Inggris. Rahang yang tegas menjadi ciri khas para wanita dari keluarga Jhonson, yang merupakan keturunan bangsawan di Inggris.
Stuart, ayahnya Hanna yang berprofesi sebagai pengusaha barang antik dan segala jenis artefak dari berbagai negara, yang membawanya ke Indonesia, hingga berkenalan dengan Ema, gadis keturunan Indonesia dan juga Belanda.
Sama Halnya dengan Stuart, kakek Ema yang dulu adalah pengusaha yang membeli rempah-rempah di Indonesia. Kepincut dengan gadis Indonesia, menikah dan akhirnya menetap disini lalu lahir ayah Ema.
Seolah seperti tradisi, Ema juga memilih menikah dengan Stuart, pria asing yang awalnya hanya berbisnis ke Indonesia.
“Hanna, bergegaslah. Ini sudah waktunya kau berangkat ke kampus” suara nyaring ibunya terdengar dari dapur.
Ema sebenarnya adalah ibu yang baik, sangat menyayangi kedua putrinya. Namun, sikap tegasnya pada Hanna, membuat gadis itu berpikir kalau ibunya lebih menyayangi Cathy.
Ibu dua anak itu tidak berniat membeda-bedakan putrinya. Dia hanya berusaha untuk mendisiplinkan cara hidup Hanna, agar putri sulungnya itu mulai merawat dirinya.
Hanna sudah menginjak usia dewasa walau dia baru saja 19 tahun. Namun bagi Ema jika bukan mulai saat ini membentuk tubuhnya, maka Hanna akan jadi wanita menyedihkan yang hanya bisa menerima takdirnya dilecehkan dan dipandang hina oleh orang lain.
“Hanna!” kembali terdengar jeritan Ema.
Huufffh..helaan nafas berat membawa Hanna untuk bangkit dari duduknya. Dia selalu bertanya, bagaimana mungkin ibunya bisa tahu dia belum beranjak tanpa melihat kearahnya?
Dulu, saat usia 10 tahun, dalam hati Hanna, dia meyakini ibunya adalah ibu tiri sekaligus penyihir jahat, yang selalu membentaknya, dan bersikap dingin padanya. Ema tidak pernah berkata lembut setiap berbicara padanya, seperti yang wanita itu lakukan pada adiknya.
“Ingat untuk segera pulang ke rumah!” sekali lagi suara nyaring itu mengiringi langkahnya.
“Ma, bolehkah aku minta uang mingguan ku?” tanya Hanna sebelum menghilang dibalik pintu. Sekali lagi diliriknya ayam rica-rica yang ada di meja makan sembari menelan ludah.
“Tentu saja tidak!”
“Tapi aku udah ga punya uang lagi, Ma. Aku mau beli novel yang aku inginkan,” ujar Hanna mendekati pintu dapur.
“Tidak! Lupakan tentang fantasi bodoh mu! Harusnya kau menggunakan jatah mingguan mu membeli skincare untuk wajah dan tubuh mu atau salad buah, bukan novel dan coklat! Jangan kira mama tidak tahu kalau kau sering makan coklat tengah malam”
Dengan menghentakkan kaki, Hanna pergi. Sopir sudah menunggunya di luar. Peraturan gila yang kadang membuat Hanna frustrasi adalah, ibunya menyediakan sopir untuk mengantarnya ke kampus, namun hanya setengah perjalanan. Hanna diharuskan berjalan hingga sampai ke kampus.
Begitu juga saat pulang, sopir sialan itu akan menunggunya di tempat dia biasa diturunkan di pagi hari.
Bayangkan saja dengan tubuh buntal nya, Hanna harus berjalan mengejar waktu agar tidak terlambat masuk.
Hanna yang mengambil jurusan Sastra memiliki seorang sahabat yang baik, yang mau tulus berteman dengannya, bukan karena isi otak Hanna yang encer.
Selain Ara, semua yang mendekat Hanna hanya ingin dibantu mengerjakan tugas, makalah atau pun persentase di kelas.
Bicara tentang teman, Hanna menyukai seorang pria di kelasnya. Pria yang menurutnya sangat tampan dan hanya bisa dinikmatinya dalam khayalannya.
Jangankan untuk mendekati pria itu, mengajaknya bicara saja, Hanna tidak akan berani. Namun, itu hanya awal masuk semester pertama. Beberapa bulan berikutnya, Nico tiba-tiba saja mengajaknya bicara.
“Aku sudah lama memperhatikan mu, dan aku pikir aku menyukai mu. Kau mau menjadi pacarku?”
Jantung Hanna seolah lompat dari tempatnya. Ajakan untuk bicara dari Nico sama sekali tidak pernah dia duga, terlebih isi pertemuan pertama dan rahasia ini malah untuk mengajaknya pacaran. Oh..my....!
“Kenapa diam? Kau tidak menyukaiku?” susul Nico melirik sekeliling. Taman bunga belakang tempat praktek jurusan tehnik ini sepi, menjadi tempat yang pas untuk mengatakan cintanya pada gadis itu.
“Bukan begitu, Co. Hanya saja ini seperti mimpi. Kau bahkan tidak pernah mengajak ku bicara. Tapi sekarang..”
“Selama ini aku diam, tapi aku mengamatimu. Aku suka padamu. Jadi katakan kau mau tidak jadi pacarku?” desak Nico semakin khawatir.
“Kau sedang tidak bercanda, kan? Maksudku, lihat aku.. apa yang membuatmu berpikir untuk menjadikanku pacar? Aku gemuk, pendek, tidak cantik dan norak. Lipstik saja tidak ada melekat di bibirku,” ujar Hanna coba membuka mata Nico, jika dia baru saja terbentur di pintu hingga hilang akal sehat.
“Kau... pintar. Itu cukup untuk menjadikanmu pacarku” sambar Nico cepat. Dia tidak ingin buang waktu. Dia ingin segera mendapatkan jawaban ‘iya’ dari Hanna.
“Kau yakin?” Hanna masih coba menata hatinya yang sejak tadi deg-degan karena ditembak Nico, cowok populer tidak hanya di jurusan dan Fakultas tapi juga di kampus tercintanya.
Mmm..hanya gumaman yang keluar dari mulut Nico. “Aku bersedia” jawab Hanna membuat wajah Nico kembali cerah. Entah ini mimpi atau nyata, yang pasti Hanna sangat bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
www.ok
mampir Thor,, semoga suka
2024-05-20
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa
2022-12-03
1
Lady_MerMaD
ngakak aku
2022-09-22
1