Suara bising di luar kamarnya membuat bola mata Hanna terbuka perlahan. Sinar mentari masuk dengan cerah, Hanna menebak pasti jam sudah menunjukkan jarum pendek jam di atas dua angka.
Pasti sejak tadi suara mama sudah berkali-kali memanggilnya untuk turun. Namun, untuk kali ini Hanna ingin membantah. Menjadi anak tidak patuh. Toh, hari ini dia juga tidak kuliah. Biarlah dia di rumah bermalas-malasan. Lagi pula dia tidur sudah pukul lima pagi kan?
Tok...tok..
Bola matanya yang hendak kembali terpejam, kini terbuka lagi.
Tok..Tok..
Kembali suara ketukan di pintu terdengar.
Paling mama, kalau ga Cathy. Tapi apa iya dia sudah mau mengajakku bicara?
Itu bukanlah sifat adiknya. Cathy kalau sudah marah pasti akan ngambek, mogok bicara padanya dengan waktu yang tidak di tentukan batasnya.
"My Lady..." suara di luar itu begitu asing. Lagi pula, kenapa dia memanggil Hanna dengan sebutan My Lady? apa ada seorang tamu yang datang kerumahnya?
"My Lady.. boleh saya masuk?" kembali suara gadis yang di tebak Hanna masih muda itu terdengar.
Diliputi penasaran, Hanna bangkit dari tidurnya dan terduduk di pinggir ranjang. Saat itu lah Hanna sadar kalau tempat di mana dia berada kini bukan kamarnya. Dekorasi ruangan itu tampak asing.
"Ini bukan kamar ku," gumamnya pada diri sendiri sembari terus mengamati sekeliling. Bahkan Hanna baru sadar, kalau ternyata tempat tidurnya begitu indah, berlapis ukiran emas, begitu besar dan ada empat tiang di tiap sisi tempat tidur yang menyanggah kelambu ranjangnya.
Hanna masih bingung dengan semua ini. Jemarinya meraba permukaan selimut yang begitu lembut, dan juga bantal empuknya yang berasal dari bulu angsa. Hiasan dan juga dekorasi kamar mirip seperti ruangan tidur di salah satu film yang pernah dia tonton, kuno dan juga bak ruangan tuan putri zaman dulu.
Tok..Tok..Tok..
Ketukan itu membawa Hanna kembali dalam kesadarannya. Dia ingat semalam dia tertidur di kamarnya setelah membaca novel yang ditemukannya di gudang mereka.
"Ma-masuk," ucapnya terbata. Dia juga tidak bisa menahan diri diam dikamar ini saja sampai semua kembali pada semestinya. Dia juga ingin tahu ada apa ini sebenarnya. Kalau pun ini adalah mimpi, maka dia ingin tahu, saat ini dia berada dalam mimpi siapa.
Daun pintu terbuka, selaras dengan debar jantungnya yang kian berdetak cepat. Dari balik pintu itu muncul seorang wanita dan ya ampun, hampir saja Hanna terpekik melihat penampilan gadis itu.
Ini memang mimpi, aku pasti sedang bermimpi ini. Ok, baik lah..aku akan coba mengikuti alur mimpi ini..
"Nona, anda ingin mandi sekarang? apa tidur anda nyenyak?"
Hanna hanya melongo memperhatikan wanita yang tengah berjalan ke sana ke mari dalam kamarnya, mengambil kain, handuk dan juga pakaian dari dalam lemari kayu besar.
Satu hal yang Hanna tidak habis pikir, wanita itu berbicara dalam bahasa Inggris, hanya kenal bahasa itu karena selain dia juga mengambil jurusan bahasa dan sastra Inggris, buyutnya juga asli orang Inggris.
"My Lady, anda baik-baik saja?" kali ini pelayan itu yang kebingungan melihat reaksi Hanna.
"Hah? oh..iya," sahut Hanna masih dalam keadaan terkejut.
"Anda mau mandi sekarang? tampak tidur anda pulas. Tidak biasanya nona bangun hingga siang begini." Pelayan wanita itu mendekat pada Hanna dan segara membuka gaun tidur Hanna yang terbuat dari sutra.
"Eh, kau mau apa?" Hanna yang tidak menyangka apa yang di lakukan wanita itu segera menahan gaunnya di dada.
"Kenapa, Nona? Anda marah pada saya karena masalah tadi malam? saya minta maaf. Tapi anda tahu sendiri alasan saya melakukannya. Saya tidak ingin anda semakin sedih dengan kabar rencana lamaran Duke Of Claymore"
"Apa? siapa katamu?" Hanna hampir saja lompat dari duduknya, terkejut mendengar satu nama itu.
"Siapa, Nona?"
"Yang tadi kau sebutkan"
"Duke of Claymore?" pelayan itu merasa aneh dengan tingkah nona mudanya pagi ini.
"A-apa maksud mu, Alexander Davlin Claymore?"
"Tentu saja, Nona." pelayan itu tampak memutar matanya, merasa kesadaran nona nya sudah hilang separuh.
"Apa dia ada di sini?"
"Tentu saja tidak, my Lady. Hanya orang tuanya yang datang tadi malam untuk mengatakan niat mereka melamar nona Catherine"
"Catherine?" sekali lagi Hanna terlonjak kaget. Beberapa tokoh sudah mulai muncul dan tampak sangat mendekati analisis nya yang ingin dia bantah karena tidak mungkin terjadi.
"Iya, Lady Catherine, adik anda. Bukan kah anda sudah tahu niat mereka?"
"Adik? Catherine? apa aku Hanna white Jhonson?" wajah Hanna sudah mulai pucat.
"Hahahaha...Sorry, my Lady, tapi saya tidak bisa menahan rasa geli ini. Kenapa anda bertanya seperti itu? tentu saja anda adalah Lady Hanna White Jhonson"
Hanna diam. Benar-benar berpikir keras. Wajahnya mendongak ke atas, melihat langit-langit kamarnya.
Mari analisis semuanya. Pagi ini dia terbangun, bukan di kamarnya melainkan kamar bak dalam dongeng. Lalu, dia adalah Hanna White Jhonson, dan memiliki adik bernama Catherine, lalu ada juga seorang Duke bernama Alexander Davlin Claymore.
"Oh, Tuhan...," pekiknya menutup wajahnya dengan tangan. Ini sulit di percaya. Dia berada dalam dunia novel yang tadi malam dia baca.
Kalau ini mimpi, kenapa terasa begitu nyata? Ada apa ini? kenapa ini bisa terjadi? kenapa dia bisa terlempar ke dalam dunia novel ini? kembali ke Zaman dahulu kala.
"Nona, anda baik-baik saja? apa kepala anda sakit lagi, My Lady?" pelayan itu berlutut di depan Hanna, menunggu gadis itu membuka mata.
"Apa kau, Mery?" walau sedikit bingung, gadis yang bernama Mery itu hanya mengangguk lemah.
"Oh... Tuhan," ulangnya mengedarkan kembali pandangannya ke sekeliling. Dia ingat apa yang dia katakan saat terakhir membaca novel itu, seandainya dia ada di dunia Hanna White, maka dia akan mengubah takdir wanita lemah itu menjadi wanita tangguh, membalaskan semua perbuatan buruk yang selama ini dia terima dari orang-orang di sekitarnya. Hanna berpikir keras untuk sesaat. Menelaah semuanya.
Baiklah, kalau ini memang sudah ditakdirkan terjadi, maka aku akan menjalaninya sebaik mungkin. Siapa tahu, sang pembuat cerita ingin aku mengubah takdir Lady Hanna White Jhonson!
Lantas, bagaimana aku kembali lagi ke dunia ku? papa..apa papa akan merindukan ku?
Mengingat Stuart, membuat hati Hanna sedih. Hanya papanya yang dia khawatirkan. Apa lagi papanya akan pergi ke Prancis, dia tidak bisa mengantarkan pria kesayangan nya itu.
Mama..apa mama akan merasa kehilangan diriku?
Tiba-tiba Hanna ingat perkataan Cathy adiknya yang memintanya untuk menghilang, karena sangat membencinya. Hufffh...baiklah..
"Mery, bantu aku bersiap. Aku ingin bertemu dengan papa dan mama," ucapnya penuh percaya diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Lia Anggraini
seneng bgt ketemu novel ini... kisah romansa ala kehidupan masyarakat Inggris jaman dulu ala ala duke and dutchess. ❤
2022-10-11
2
Aminah Adam
lanjuut
2022-04-14
1
GeL
Kunci nya cuma satu kak : Gunakan imajinasi nya kak🤣
2022-04-14
1