Jika gadis lain akan menyambut gembira dari keputusan Lady Margaret yang ingin menjadi sponsor untuk debut pertama Hanna, tapi tidak bagi gadis itu.
Dia tidak perduli, apakah dia melakukan debut atau tidak. Namun, bagi keluarga Jhonson, itu suatu berkah. Bagi sebagian orang sangat susah menarik perhatian Lady Margaret, tapi entah mengapa, saat di perjamuan tadi, justru wanita itu yang meminta ingin bertemu Hanna.
Terang saja Catherine tidak suka, harusnya calon mertuanya itu lebih mendekatkan diri padanya, bukan pada kakaknya.
"Hilangkan wajah suram mu, ingat kita masih di kediaman Claymore. Menjadi sponsor untuk kakak mu bukan berarti pernikahan kalian akan batal, kan?," ucap Ema mencubit pinggang Catherine pelan. Sejak tadi raut wajah anak gadis nya itu terus mengkerut, sangat berbeda dengan Hanna yang sejak acara makan malam itu di mulai, selalu memasang senyum.
"Terima kasih, Your Grace, suatu kehormatan bagi saya," ucap Hanna. Sepertinya acara malam itu masih belum berakhir. Hanna melebarkan pandanganya, Julia sedang berbicara dengan wanita paruh baya di ujung sana, dan Will sedang bersama beberapa pria sebayanya.
Tidak ingin mengganggu para sahabatnya, Hanna memilih untuk menyelinap kembali ke taman bunga yang tadi tidak sempat dia kunjungi. Baru duduk di tepi kolam air mancur, sudut matanya menangkap sosok pria yang mendekat ke arahnya.
"Kau menyukai nya? bahkan hal sederhana saja bisa membuatmu tersenyum semanis itu,"
Hanna mengeram keras, mengutuk kesenangan pria itu yang begitu gembira membuatnya kesal. "Kali ini untuk apa kau mengikuti ku?"
"Mengikuti? aku pikir kau lupa, kalau ini adalah rumah ku," jawab Alex tertawa lebar. Kali ini dia tidak perlu menahan rasa gembiranya. Tawanya lepas, dan tatapan kesal dari Hanna semakin membuatnya terbahak-bahak.
"Dasar pria brengsek. Lebih baik aku pergi saja dari sini!" Hanna bangkit, memutuskan mengakhiri ketenangan yang diimpikan nya. Namun, harapannya tidak semudah itu terwujud. Tangan Alex dengan sigap menarik pergelangan tangan yang ditutupi sarung tangan panjang berwarna putih.
"Kenapa kau selalu meninggalkan ku sendiri?"
"Karena aku membencimu, aku tidak menyukaimu!"
"Tapi aku suka, bahkan sangat. Aku malah mempertimbangkan ingin kembali bertunangan denganmu," sahut Alex santai. Mungkin Hanna pikir itu hanya sekedar candaan, tapi nyatanya sorot mata pria itu berkata lain.
Alex membenci rasa yang singgah di hatinya. Sejak pertemuan pertama mereka di bukit itu, Alex sulit melepaskan Hanna dari pikirannya. Senyum gadis itu, kerlingan nakal matanya saat merencanakan sesuatu, dan tawa lepas yang dia lihat tadi saat bersama kedua sahabatnya membuat Alex tersihir pesona Hanna.
"Jangan gila. Jangan pikir karena kau seorang duke, kau bisa sesuka hati mengubah keputusan. Kau sudah memilih Catherine, jadi tetap lah menikah dengannya!"
"Kau salah. Bukan aku yang memilih adikmu, keluarga mu lah yang menyarankan untuk menggantikan mu dengan Catherine, dengan alasan lemah, keluarga ku hanya mengikuti keinginan kalian."
Mati kamus mendengar penjelasan Alex, Hanna hanya bisa diam, membuang muka ke samping.
"Hanna, mau kah kau memulai perkenalan kita lagi? kita mulai hubungan ini dengan lebih baik, tanpa dendam dan kebencian?"
Hahahaha... tawa Hanna meledak. Apa pria itu pikir dia gadis bodoh yang tidak tahu siapa dirinya? bagaimana tabiatnya?
"Jangan harap! Bermimpi lah sesukamu, tapi ingat untuk bangun!" Hanna menarik paksa tangannya yang sejak tadi dipegang Alex, tanpa menoleh ke belakang, Hanna pergi meninggalkan pria itu yang tersenyum lebar
Aku akan mendapatkan mu, gadis nakal!
***
Sejak malam itu, hubungan Hanna dengan Catherine semakin buruk. Adiknya itu bahkan tidak mau berbicara sepatah katapun dengannya.
"Apa rencana mu hari ini, my dear?" tanya Stuart saat sarapan bersama.
"Hari ini aku janji pada Julia untuk bertamu ke rumahnya. Boleh kan, Papa? Mama?" jawab Hanna menoleh pada orang tuanya secara bergantian.
"Tentu saja, my dear," sahut Stuart. Dan Ema hanya mengangguk kecil.
"Asal itu bukan alibi mu untuk mengintai Alex!" seru Catherine lantang.
"Apa maksud mu?" tantang Hanna. Tatapan Catherine terlihat jijik, dan penuh dendam.
"Jangan kau pikir aku tidak tahu, kau bertemu dengan Alex di tanahnya kemarin. Dengan alasan berkuda, kau pergi ke tanahnya, apa tujuanmu kalau bukan ingin menemuinya? kau harus sadar, dia calon adik ipar mu, calon suamiku, kak!"
"Catherine!" hardik Stuart penuh amarah. Meja makan yang harusnya tenang justru ricuh oleh perdebatan kedua putrinya. Catherine sebagai adik sudah sangat keterlaluan, menuduh Hanna dengan dugaan picik seperti itu.
Kali ini Ema pun sependapat dengan suaminya, sikap Catherine sudah keterlaluan. "Habiskan sarapan mu, Catherine, dan segera ke kamarmu,"
Perutnya masih ingin diisi, namun perdebatan itu membuat Hanna sungguh tidak ingin melanjutkan lagi.
"Mery, bisakah aku pergi sendirian saja?" tanya Hanna saat mengganti pakaiannya.
"Maaf, my Lady, itu sudah ketetapan. Setiap gadis yang keluar rumah, harus dengan pendamping," sahut Mery mengikat rambut Hanna kuncir kuda.
Dia bukan tidak suka bersama Mery, hanya saja dia tidak enak hati merepotkan gadis itu. Di kehidupan nyatanya, dia tidak pernah di layani, semua serba sendiri. Mamanya melatih dirinya dan Cathy untuk bisa mengerjakan apa pun.
Julia menyambut gembira kedatangan Hanna. Gadis itu berlari menghampiri Hanna hingga ke halaman. "Aku pikir kau tidak jadi datang," ucap Julia menggandeng tangannya.
"Mana mungkin aku tidak datang. Aku sangat ingin bertemu denganmu, aku ingin menceritakan banyak hal padamu, kau tahu sendiri hanya kau dan juga Will sahabat ku di sini," gumam Hanna melangkah masuk.
Ketepatan hari itu orang tua Julia sedang ada di London, menghadiri pernikahan sepupu mereka. Julia yang punya janji dengan Hanna menolak untuk ikut. Lagi pula, Julia tidak terlalu akrab dengan sepupunya itu.
"Wah, ternyata kabar angin itu benar. Kau berubah, tidak akan ada yang menyangka kau adalah gadis yang selalu berjalan menunduk, memakai pakaian panjang tertutup dan begitu penakut itu," sapa seorang pria, yang lagi-lagi sangat tampan. Kenapa di desa ini semuanya sangat tampan?
Hanna belum bisa menebak siapa pria itu, memang ada beberapa tokoh figuran dalam novel, tapi Hanna suka melewatkan bagian mereka hingga tidak terlalu hafal nama tokoh nya.
"Jangan bilang kau melupakanku! Sejak kecil kau selalu bermain di sini bersama Julia," setelah berkata seperti itu barulah Hanna tahu pria tampan berlesung pipi itu adalah Abang Julia, namun dia lupa siapa namanya.
"Tentu saja aku mengingatmu," ujar Hanna tersenyum polos. Menunggu Julia menyebutkan nama abangnya.
"Sudah lah, Sebastian. Jangan mengganggu Hanna." Julia menarik tangan Hanna masuk menuju halaman belakang.
"Aku ingat ayunan ini," ucap Hanna gembira. Di novel dikatakan kalau tempat itu adalah tempat bermain Julia dan dirinya, tempat mereka saling bercerita banyak hal.
"Kita ketemu lagi, kucing liar," sapa Alex dengan senyum sumringah.
***
Mampir genks
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Purnawati zainir
nggak ngerti alurnya kemana... kirain mau menceritakan kehidupan hana yg di bully dan di kucilkan rupanya hayalan dalam hayalan...
2022-07-17
0
Tristan Adya Nugroho
Banyak iklannya, thor???😓😓
2022-06-08
1
Dien Agustin
jodohhhh
2022-05-30
1