Langit siang itu tampak cerah, gemuruh suara orang yang menyambut gembira acara itu terdengar bersahut-sahutan, seperti lebah yang terus berdengung. Angin sepoi-sepoi membelai wajah Hanna, membawa aroma musim gugur.
Tampaknya acara dadakan yang diadakan keluarga Malory sangat dinantikan banyak orang di desa ini. Terbukti hanya acara piknik saja sampai lebih dua puluh pasang muda mudi datang menghadiri. Bahkan, Hanna tidak menyangka kalau dia juga akan bertemu dengan Catherine di sana.
"Kau di sini?" seru Catherine saat mereka berpapasan. Gadis itu sudah sejak sejam lalu tiba di sana bersama Alex. Pagi tadi, bahkan sangat pagi, pelayan Alex datang ke rumah mereka, menyampaikan undangan Alex untuk mengajak Catherine ikut bersamanya menghadiri acara piknik keluarga Malory.
"Iya, kenapa?" Hanna yang sebenarnya juga terkejut mengetahui kalau adiknya juga ternyata ada di sini hanya bisa bereaksi datar.
"Dengan siapa kau di sini?" bodohnya dirinya, untuk apa dia bertanya, tentu saja dia pasti datang dengan biawak itu!
"Menjauh dari tunangan ku!" umpat Catherine berlalu pergi. Sejauh yang Hanna lihat, adiknya itu terus saja menempel di sisi Alex.
Setengah jam sudah Hanna dan Julian menemani lady Kate bersenda gurau. Penuh wibawa, Will sejak tadi ada bersama tamu pria yang lainnya. Walau pria itu tidak setinggi dan setampan pria arogan yang ada di sebelahnya, namun bagi Hanna Will sudah lebih dari cukup untuk menjadi pilihan hidupnya.
Sesekali Hanna melirik, Cara bicara pria itu, senyum nya membuat hati Hanna menghangat. Dia sudah memutuskan akan mengejar Will. Mengubah takdir Lady Hanna White.
"Tampaknya pembicaraan kalian begitu seru Hanna, mau kah kau ikut melihat kuda murni yang menjadi kesayangan ku?" sapa Will mendekati mereka.
Demi menjaga kesopanan yang memang dibuat-buat oleh Hanna, gadis itu meminta izin dulu ke arah Lady Kate dengan menatap wajah wanita itu. Setelah ibunda Will mengangguk, barulah Hanna berdiri.
"Aku akan segera kembali, Julia" ucapnya membelai wajah Julia yang ingin protes tidak mau ditinggal sendirian bersama lady Kate.
Tidak ada yang ingin di tutupi Hanna lagi. Dia sudah terang-terangan menunjukkan rasa sukanya pada William.
"Kudanya sangat bagus," puji Hanna saat mereka berdua tiba di istal khusus kuda pilihan Will.
"Kau suka? aku bisa memberikannya padamu, bersamaan dengan mas kawin ku," gumam Will pelan namun, masih bisa ditangkap telinga Hanna. Senyum di wajahnya tidak henti-hentinya terbit.
Keduanya bersama-sama membelai bulu halus kuda perkasa berwarna hitam itu. Kilau bulunya, membuat kuda itu tampak menjadi bintang diantara sesama nya.
"Boleh kah aku menaikinya?" bujuk Hanna. Jiwa liarnya mulai muncul. Dia tertantang untuk menunggangi kuda itu.
"Boleh, kau bisa kembali besok, atau kapan saja kau ingin kan," balas Will mengambil beberapa helai rambut Hanna yang keluar dari ikatannya, dan menyelipkan di belakang telinga gadis itu.
"Aku ingin mencobanya sekarang, Will."
"Apa? sekarang? kau sedang tidak memakai pakaian berkuda, lagi pula di sana banyak orang, mereka akan bergunjing ketika melihatmu menunggangi kuda di depan banyak orang. Itu bukan adab wanita Inggris," ujar Will menatap serius pada bola mata indah gadis itu.
"Aku tidak peduli. Kalau kau khawatir dengan perkataan mereka, maka kau ternyata tidak sehebat yang ada dalam pikiranku," tegas Hanna menatap tajam, mengunci kewarasan pria itu yang akhirnya mengalah pada kemauan sang pujaan hati.
"Baik lah, tapi kau harus hati-hati."
Senyum Hanna segera terbit kembali. Berulang kali mengangguk pada Will. Pria itu pun tidak punya pilihan lain selain mengeluarkan kuda hitam itu. Lagi-lagi Will kaget, kala gadis itu naik dan duduk di pelana dengan kaki mengangkang seperti pria.
"Han, kenapa tidak duduk menyamping? ini tidak benar. Wanita yang tengah berkuda pasti duduk menyamping," sergah Will.
"Aku tidak nyaman dengan posisi seperti itu, Will. Jadi biar begini saja, ya"
Belum sempat mendengar balasan dari Will, Hanna sudah mencambuk bokong kuda hingga berlari, melesat melewati para tamu undangan.
Awalnya mereka tidak sadar siapa orang yang ada di atas kuda itu. Namun, kala melihat rambut panjang itu menjuntai, sadar lah mereka kalau si penunggang kuda adalah seorang gadis, dan dia adalah Lady Hanna White Jhonson!
"Apa yang terjadi pada Miss Jhonson? kenapa dia naik kuda sendirian, terlebih dengan pakaian seperti itu?" tanya Lady Kate ikut berdiri dari kursinya.
"Dia ingin mencoba menaiki Blackrose," sahut Will yang kini menyesali keputusannya mengizinkan Hanna naik.
"Bagaimana dengan Hanna? gimana kalau terjadi sesuatu yang buruk padanya?" Julia kini ikut mengkhawatirkan sahabatnya itu.
"Maaf tuan, Blackrose baru saja di suntik vaksin agar terhindar dari virus yang menyebabkan banyaknya kuda gila seperti di peternakan tuan Hunsel," sambar pelayan Will yang juga jadi pengurus kuda-kuda itu.
"Maksud mu apa?" William semakin panik.
"Blackrose pasti tidak suka ditunggangi saat ini, apa lagi kalau bokongnya dipukul,"
"Dasar bodoh, kenapa tidak bilang dari awal!" geram suara yang sejak tadi mencuri dengar.
Penuh rasa khawatir, Alex segera melepas satu kuda jantan lainnya keluar dari istal. Tanpa pelana, langsung menaiki kuda itu, mengejar jejak Hanna yang sudah masuk ke dalam hutan jauh di dalam sana.
Alex begitu ketakutan setengah mati, membayangkan hal buruk akan terjadi pada gadis nakal itu. Dia tidak bisa membiarkan gadis itu terluka. Alex sendiri adalah tipe orang yang tidak peduli sama sekali dengan urusan orang lain, tapi mengetahui Hanna dalam bahaya, dadanya sesak, jantung nya serasa berhenti berdetak.
Ketakutan luar biasa yang menghampirinya begitu membuat dunianya gelap. Alex terus memacu kudanya, namun masih tidak bisa menemukan jejak gadis itu.
Hanna memang sangat panik, dia kewalahan menghadapi liarnya tingkah Blackrose, berbeda sekali dengan kudanya Buckbeak. Dia terus fokus mengerahkan tali kekang, menarik dan mengulur agar Blackrose berhenti, tapi kuda itu memilih untuk terus berlari, dan berusaha menjatuhkan Hanna yang menjadi beban berat ditubuhnya.
Ketika Alex sudah tiba di sampingnya, Hanna melihat ekspresi yang sangat kelam dan marah hingga dia menggigil. Dengan satu gerakan mulus, Alex membungkuk, meraih tali kekang sebelah kanan Blackrose dan menghentikan kedua kuda mereka.
"Tidak perlu, kau bisa melepaskan tali kekangku," kata Hanna lirih. "Aku bisa sendiri,"
"Tutup mulutmu!" desis Alex. Pria itu menggiring kuda mereka ke tepi sungai di dekat sama. Alex lebih dulu turun, dan dengan kasar tanpa memperdulikan protes gadis itu, Dia sudah menggendong Hanna turun dari kudanya.
Alex memilih untuk menjaga jarak dari gadis itu, guna meredakan amarahnya. Baru kali ini selama hidupnya, Alex merasakan takut yang sangat besar. Sepanjang mengejar gadis itu, Alex terus terbayang gadis itu terkujur kaku jatuh dari kuda.
"Apa kau bisa memilih ide lain untuk menyiksaku?!" seru Alex yang sudah menghadap ke arah Hanna. Nyali gadis itu menciut, tidak pernah setakut ini. Sorot mata Alex begitu tajam, penuh amarah dan khawatir.
"Apa maksud mu? aku tidak melakukan apa pun padamu!"
"Tapi kau membuatku hampir mati ketakutan! Aku begitu takut, kau akan terjatuh dari kuda itu, dasar sialan!"
***
Mampir gais🙏😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Aminah Adam
alex sdh cinta banget yaa
2022-04-19
0
Ririn Santi
hisss.... marah gak jelas, hbs bmkn asam Kandis ya bos?
2022-04-13
2
Neng Ati
wooooooow mantab ceritanya asik thor say😍😍
2022-04-07
2