Angin sore berhembus lembut, membelai wajah kedua gadis itu, yang masih betah bercerita di taman rahasia mereka. Asik bercerita hingga membuat Hanna lupa waktu.
Tidak jauh dari sana, seorang pria yang juga bercengkrama dengan dua sahabatnya justru merasa tidak nyaman duduk di atas kursinya. Sesekali dia memalingkan wajahnya ke arah belakang rumah, mencari satu sosok yang ingin dia lihatnya lagi.
"Sudah lah, Lex. Nanti lehermu bisa keseleo," goda Sebastian yang membuat Andrew terbahak. Wajah Alex tampak bodoh dihadapan kedua sahabatnya itu. Mereka tentu saja tahu siapa yang tengah dinanti pria itu sejak dua jam lalu. Ini juga merupakan rekor bagi Alex, bisa bertahan di tempat seperti ini, hanya mengobral tanpa ada wanita atau kartu remi. Kesabaran pria itu benar-benar sudah diuji hanya karena seorang gadis. Tampaknya gadis ini bukanlah gadis biasa.
"Tutup mulut, mu!" kaki panjang Alex sudah mendarat mulus di tulang kering Sebastian. Kalau Tian meringis kesakitan, maka Andrew semakin terpingkal.
Ketiganya adalah teman kompak. Alex memang menghabiskan masa kecil hingga lajang di London. Namun, kedua sahabatnya itu juga bersekolah di Landon, hingga ketiganya semakin kompak.
Dalam segala hal, bahkan mulai mengenal tubuh wanita pun ketiganya mulai bersamaan. Baik di desa atau pun di London, ketiganya terkenal sebagai playboy dan juga suka mematahkan hati para gadis.
Lajang paling dimintai seantero tanah Inggris. Alex sendiri sudah beberapa kali menjalin hubungan dengan banyak gadis yang bertahan hanya lima hari, bahkan tidak hanya gadis saja yang merasa terpesona dan ingin merasakan keperkasaan pria itu, banyak istri bangsawan lainnya yang bersedia berbagi ranjang dengan mereka bertiga.
Asik meledek Alex, kedatangan seorang pria membuat ketiganya berhenti bicara. Dengan sebelah mata memicing, Alex melihat ke arah pria jangkung yang dari aroma tubuhnya mengeluarkan wangi yang bertujuan memikat para gadis.
"Tuan Malory, anda kemari? ada yang bisa aku bantu?" sapa Sebastian dengan gaya nyelenehnya.
"Ayolah, Sebastian. Kita tidak harus bersikap seperti itu. Biasanya kau juga memanggil namaku," jawab William yang memasukkan tangannya ke dalam saku celana.
"Kau terlalu serius, Will. Masuk lah, mereka ada di belakang," sahut Sebastian menunjuk arah kebelakang dengan jarinya.
"Terima kasih," sambar Will.
"Tunggu dulu. Mau apa kau bertemu dengan mereka?" Langkah Will terhenti kala Alex mengajaknya bicara.
"Mereka selalu seperti itu, Lex. Biarkan saja. Sejak kecil ketiganya sudah bermain bersama," sambar Sebastian, tidak ingin menimbulkan keributan di rumahnya. Terlebih saat ini dia tahu, sahabatnya itu sedang mengincar gadis dari keluarga Jhonson itu.
"Will, apa kau tidak takut kalau pada akhirnya kau akan memaki gaun seperti mereka, saking terlalu lama bermain dengan para gadis itu?" ujar Andrew yang memang terkenal lebih ceplas-ceplos diantara mereka.
Wajah Will berubah merah. Jelas dia tidak terima, walau itu hanya bercandaan. "Sorry, Will, Andrew mungkin sudah minum terlalu banyak," sambar Tian menenangkan William. Lagi pula, status keluarga Malory masih lebih tinggi dari keluarga Clifford.
Mengikuti ucapan Sebastian, William meninggalkan ketiganya. Dia tidak mau tersulut amarah atas ucapan pria pemabuk.
"Will.." pekik Julia berdiri. Senyum nya mengembang menyambut kedatangan pria itu. Berbeda dengan Hanna, gadis itu justru masih bergeming di tempatnya, hanya mengangkat tangan, dan melambai ke arah William.
Sakit memang, Julia yang begitu gembira menyambut William justru diabaikan. Pria itu hanya tersenyum sesat lalu milih kursi di dekat Hanna, menunjukkan sikap ramah dan gembiranya bertemu gadis itu.
"Kenapa kau lama sekali datang?" tanya Hanna bersemangat. Melihat wajah tampan Will dia semakin menaruh hati pada pria itu.
"Ada yang harus aku kerjakan terlebih dahulu, membantu ayahku menemui tuan Richard, yang ingin membeli 100 ekor kuda ras murni milik kami,"
"Apakah pengembang kuda di peternakan mu sangat bagus? pasti ada banyak kuda di sana. Bolehkah kami berkunjung?" Hanna begitu bersemangat. Dia memang sangat menyukai kuda. Bukan bermaksud tidak setia pada Buckbeak, tapi dia ingin memiliki satu ekor kuda jantan lagi.
"Kau akan selalu disambut hangat di kediaman Malory," sahutnya bersemangat. Mendengar penempatan kata 'Kau', bukan kalian, Julia hanya menunduk. Dia memang tidak seperti Hanna yang luas dalam berbicara.
Itulah sebabnya Julia sangat cocok berteman dengan Lady Hanna yang penakut dan pendiam, karena memiliki banyak kesamaan, yaitu sama-sama tidak percaya diri.
"Kalau begitu, hari Minggu aku dan Julia akan datang ke sana, benarkan, Julia?" Hanna menyikut lengan Julia untuk meminta dukungan.
"Hah? eh.. iya.."
"Bulan depan di Minggu kedua, kau akan mengadakan debut mu, apa kah kau sudah membuat list siapa saja pria yang akan berdansa dengan mu?" tanya Will memandang mata indah Hanna.
"Aku tidak memikirkan masalah itu. Jujur saja kalau mereka menanyakan pendapatku, aku sama sekali tidak ingin melakukan debut! Tapi kau tahu sendiri bagaimana sifat mamaku," gumam Hanna mengangkat bahu.
Semua ini hanya untuk membuat Ema tidak mengomel padanya.
"Apa kau ingin namamu menjadi salah satu yang ada dalam list Hanna?" tanya Julia ingin tahu. Menopang dagunya, memuaskan pandangannya menatap William.
"Ya..," ucap William penuh percaya diri, mengunci tatapan Hanna dengan senyum manisnya.
Julia ingin tahu apa jawaban Will, tapi gadis itu justru tidak siap mendapatkan kenyataan pahit. Dia hanya bisa mengutuk kebodohannya sendiri.
Satu jam berlalu dengan keseruan cerita antara Hanna dan Will. Julia hanya jadi tim pelengkap yang kadang tersenyum menanggapi cerita kedua sahabatnya itu. Hanya mereka berdua yang larut dalam pembicaraan sore itu, sementara Julia hanya sebagai pendengar. Sesekali gadis itu tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik Will kala pria itu asik mendengar cerita Hanna.
Hanya dengan memandangnya sedekat ini saja, membuat hati Julia bergetar hebat. Wiliam Malory, Earl yang mustahil dia dapatkan. Bukan hanya terbentur statusnya yang hanya seorang putri seorang Baron, tapi juga karena hati pria itu sudah berlabuh pada gadis lain, dan parahnya adalah sahabat karibnya.
Hanna yang sekarang memang berwawasan luas. Will kagum melihat wawasan gadis itu yang dia nilai melebihi seluruh wanita pintar di desa ini.
"Aku tidak semakin tidak percaya kau adalah Lady Hanna. Kau seperti sang maha tahu," ucap Will tertawa geli.
Mudah bagi Hanna mengatakan semua kicauannya. Itu semua ada di dalam sejarah Inggris, jadi dia hanya perlu mengulang dalam pembicaraan mereka.
"Sudah sore, sebaiknya aku pulang," ucap Hanna membersihkan gaun di bokongnya.
"Aku antar," tawar Will sigap. Julia hanya menghela nafas berat. Hanna sudah mengumumkan untuk mengejar Will, sementara pria itu sendiri tanpa di kejar sudah terlebih dulu menyerahkan hatinya pada Hanna.
***
mampir lagi genks🙏😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
maevy dwi
Ini kyk make setting nya film bridgerton ya thor
2022-06-08
0
Riyanti Riri
Julia mencintai William
2022-05-27
1
Raibudi
kok gak nyambung yaa ,
2022-04-24
1