Sejak saat itu, keduanya benar-benar layaknya orang pacaran. Nico akan mengajaknya bicara, memberikan bunga dan juga coklat yang di sukai Hanna. Nico juga mengajaknya makan siang di kantin, walau Hanna dengan malu-malu gadis itu mengatakan kalau dia sudah menghabiskan uang mingguannya untuk membeli novel, Nico akan dengan senang hati mentraktir nya.
“Selamat ya, Hanna. Aku dengar kau pacaran dengan Nico” Lusi mendatangi mejanya, berdiri di hadapannya dengan tangan terlipat di dada.
Gadis cantik itu menatapnya dengan sinis dan senyum mengejek tersungging di bibirnya.
Hanna tidak tahu mengapa gadis itu membencinya. Jelas-jelas dari segalanya, Lusi jauh lebih dari dirinya. Cantik, tubuh bak model, kaya.
Oh, mungkin hanya satu yang tidak bisa dikalahkan Lusi, Hanna jadi peringkat pertama, gadis yang punya Indeks prestasi tertinggi di jurusan, dan Lusi selalu jadi yang kedua.
Setahu Hanna, Lusi juga sangat menyukai Nico, namun kini setelah pria itu memilih Hanna, Lusi pasti semakin membencinya.
“Makasih,” jawab Hanna berusaha memberikan senyumnya.
“Sebenarnya aku kurang suka kau pacaran dengan Nico” Ara buka suara setelah melihat Lusi menjauh. Tiga hari setelah Hanna dan Nico pacaran, Ara baru memberikan pendapatnya. Selama ini dia diam, karena ingin menjaga perasaan Hanna, tapi belakangan ini, Hanna jadi berubah tidak menjadi karakter yang Ara kenal dulu. Hanna akan rela bersusah payah mengerjakan tugas Nico di setiap mata kuliah, sementara pria itu bersenang-senang dengan teman-temannya.
“Please, Ra. Jangan ikut di barisan orang-orang yang membenci hubungan kami.” Hanna menyerongkan duduknya, menghadap Ara.
“Aku hanya tidak mau kau terluka nantinya, Han. Menurut ku Nico tidak tulus padamu. Pagi tadi aku bahkan melihatnya dengan wanita lain,” ucap Ara yang melihat pagi tadi, Nico tengah di cium oleh seorang gadis dari jurusan sastra Inggris.
Ingin sekali Ara mengatakannya dari awal, namun melihat Hanna yang begitu gembira akan hubungan itu membuat Ara kehilangan kata-kata.
“Itu hanya sahabatnya. Nico sudah mengatakan padaku. Dengar, Ra, aku akan merasa sedih jika satu-satunya sahabatku ikut tidak mendukungku”
Kalau sudah seperti itu, Ara hanya bisa diam.
Hari-hari Hanna lalui semakin bahagia. Dengan memiliki status sebagai kekasih Nico, Hanna lebih bersemangat menjalani hari-harinya. Ema yang mengetahui kalau putrinya kini sudah punya kekasih, ikut gembira.
“Kalau sudah ada yang suka, mulai lah sadar diri, Han. Rawat wajah dan nih, kecilkan perut dan bokong mu ini!” Ema memukul perut Hanna yang bahkan lebih menonjol dari dadanya.
“Nico beda, Ma. Dia tidak pernah menyuruhku untuk diet. Bahkan dia sering memberikanku makanan yang enak-enak,” jawab Hanna bangga. Dia ingin mematahkan stigma dalam pikiran ibunya, kalau dengan tubuh raksasanya, Hanna tidak akan dapat jodoh.
Semua tampak indah, hari genap seminggu hubungan mereka, Hanna ingin memberikan Nico cheesecake dari toko kue favorit Hanna.
Penuh semangat Hanna menenteng kotak kue itu, berkeliling mencari Nico. Seseorang mengatakan padanya, kalau pria itu sedang bersama teman-temannya di kantin fakultas olahraga.
Bergegas Hanna mendatanginya. Demi hari ini, Hanna mengenakan sepatu teplek nya, bukan sepatu kets yang biasa dia pakai. Bahkan, Hanna meminjam liptint Cathy.
“Co, kekasih hatimu datang, tuh,” ucap salah satu teman Nico. Hanna coba menghitung jumlah orang di sana. Dia takut kue yang dia bawa ini tidak cukup dibagi nantinya.
Bersama Nico ada lima orang pria, dan dua gadis. Tunggu dulu, dua gadis itu tampak tidak asing. Itu Lusi dan juga teman kompaknya Sisil.
“Kemari lah, Han” Lusi melambaikan tangannya memanggil Hanna. Dengan ragu, Hanna menyeret langkahnya untuk mendekat.
Dengan patuh, Hanna mengikis jarak mendekati mereka. Gadis itu masih terdiam, dengan sorot matanya yang mengunci wajah Nico.
“Babe, mumpung Hanna sudah disini, ada yang ingin kau sampaikan?” Bola mata Hanna membulat, kala Lusi menyampirkan tangannya di leher Nico, dan tanpa malu, menyatukan bibir mereka.
“Sorry Hanna, selama ini aku sudah berbohong padamu. Aku tidak menyukai.”
Kalimat Nico diucapkan dengan bahasa yang biasa dia dengar, tapi kenapa Hanna tidak mengerti sedikit pun. Masih dalam keterkejutannya, Hanna diam di tempat menatap mata Nico yang juga menatapnya.
Ada rasa bersalah yang terpancar di matanya, namun tetap saja bibir pria itu tidak mengatakan apa pun lagi.
“Kau terlihat bingung? Akan aku jelaskan. Nico hanya taruhan dengan teman-temannya, menjadikan mu pacar seminggu, jika Nico berhasil, maka teman-temannya akan memberikan Lamborghini nya yang ada di tangan Edo kembali,” terang Lusi santai.
Tubuh Hanna gemetar. Dia mengerti semua perkataan mereka, tapi kenapa seolah masih tidak mengerti dengan diam seribu bahasa.
“Jadi, kau gadis buntal, jangan merasa sok cantik karena ditembak Nico dan dijadikan pacar seminggu. Kau itu hanya taruhan, buat lelucon mereka. Ya kali, cowok sesempurna Nico mau samamu,” sambung Sisil dengan nada mengejek.
Hanna mengerti. Bukan, tapi dia paham seutuhnya sekarang. Melihat mereka menertawakannya yang terpaku di hadapan mereka, membuat Hanna ingin menangis. Matanya saja sudah mulai mengabur, tapi dia tidak ingin memberikan kepuasan pada manusia-manusia tidak punya hati seperti mereka.
Sekumpulan manusia yang tidak punya perasaan. Apakah mereka tidak tahu, bahwa Nico adalah pacar pertamanya? Apakah mereka tidak mengerti bahwa seminggu terakhir ini adalah hal paling berarti dalam hidupnya? Membuatnya merasa memang punya hak untuk hidup di dunia ini. Tapi semua itu tidak berarti bagi mereka yang hingga detik ini masih tertawa puas.
Hanna memejamkan mata. Menarik nafas panjang, lalu kembali membuka mata. Dua tetes jatuh di pipinya. Dengan langkah bergetar, Hanna semakin mendekat. Melengkungkan senyum terindahnya sebelum berkata “Ini, aku bawa kue. Apakah kalian mau?” Hanna mengangkat kotak kue itu, mengeluarkannya dari sana dan segera menyodorkan ke hadapan Nico.
Tawa mereka semakin kencang, kala membaca tulisan di atas kue itu.
‘Happy a week anniversary, Nico’
Bukti ketulusan hati Hanna ternyata tidak menyentuh perasaan mereka. Ejekan mereka lontarkan dengan begitu santainya.
“Dasar gendut tidak tahu diri”
“Ngaca dong”
“Dasar ga tahu malu, lihat dong penampilanmu, siapa yang mau dengan gadis sepertimu!” seruan Lusi tadi di tutup dengan tindakan Edo yang mengambil kotak kue dari tangan Hanna lalu tanpa terduga melemparkan ke wajah Hanna.
Semua tertawa, Hanna bisa tahu siapa saja orang orang yang menertawakannya, walau tanpa melihat, karena kini matanya terpejam ditutup kue di seluruh wajahnya. Untuk sesaat Hanna merasa sesak untuk mendapatkan udara karena sebagian sudah masuk ke dalam hidungnya.
Telinganya masih dengan jelas mendengar suara tawa mereka. Masih dengan ejekan dan juga caci maki. Kukunya bahkan sudah melukai telapak tangannya karena begitu kencang mengepal tangan.
"Mati saja kau badut, wanita paling jelek yang ada dimuka bumi ini," maki Edo dengan suara menggelegar, penuh puas merundung Hanna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Sheng
gilak bullying nya gk tanggung2
2022-08-26
1
Naraa 🌻
AYO SUMPAHIN biar mereka dpt KARMA jahat bgt
2022-07-31
2
ka intan
good 👍😎
2022-07-01
1