Perlahan bola mata Hanna terbuka. Nada tanya itu lebih bentakan padanya. Di hadapannya berdiri sepasang anak manusia. Hal yang membuat Hanna terbelalak adalah wajah gadis itu mirip dengan adiknya Cathy!
“Siapa kau? Mau apa kau ada di sini?” Gadis itu mengulang pertanyaannya.
Hanna menebak itu pasti Catherine. Dia sudah bisa menebak tokoh dalam novel ini terlebih wajah gadis itu mirip adiknya, jadi pasti di novel pun gadis menyebalkan ini juga adalah adiknya.
Apa dia gila, atau lupa ingatan? Sampai tidak mengenal kakaknya sendiri?
“Apa kau sudah lupa ingatan atau apa? Kau tanya aku siapa? Aku kakakmu!” Ucap Hanna dengan tenang. Dia tahu perangai Catherine tidak baik, tidak akur padanya, sangat mirip Cathy.
“Kakak? Hanna?” desisnya tak percaya akan apa yang dia dengar. Bola matanya hampir saja keluar mengamati sosok Hanna. Dari atas hingga ujung kaki.
Sementara sang pria, juga terpelongo dengan mempertahankan gaya cool nya. Matanya terus menatap Hanna seolah menelanjangi wanita itu. Hanya sendiri dipandangi bak ditelanjangi, menoleh menatap tajam pada pria itu.
Ganteng banget, ya Tuhan.. dia adalah pria yang paling tampan yang pernah aku lihat, bahkan Nico tidak ada apa-apa nya. Dia ini manusia atau dewa?
Untuk sesaat Hanna terpesona. Tapi itu hanya per sekian detik sebelum tahu siapa pria itu.
“Siapa pria itu?” bisik Hanna mencondongkan tubuhnya ke belakang agar Mery bisa mendengar pertanyaannya.
“Hah? Masa Anda lupa, Nona. Dia adalah tuan Claymore” Mery ikut berbisik.
“Bukankah sejak kecil, kau sudah diajarkan etika saat bertemu orang lain? Dilarang berbisik-bisik. Kau putri bangsawan, namun kenapa etika sederhana ini saja tidak kau ingat?” pria arogan itu angkat bicara.
Entah apa masalahnya. Baru saja bertemu dengan Hanna, tapi dia sudah menunjukkan sikap tidak bersahabat. Dan cara pandang nya pada Hanna membuat gadis itu seolah terancam.
"Tentu saja aku sudah belajar tentang etika dan kesopanan, tapi itu hanya diterapkan di hadapan orang yang tepat," sambar Hanna berani. Reaksi Alexander tentu saja membuat Hanna ingin tertawa. Pria itu begitu terkejut, tidak menyangka akan disanggah seperti itu oleh Hanna.
"Kau punya lidah juga, ya. Apa maksud dari ucapan mu itu?" Alex melipat tangan di dada menunggu reaksi gadis pemberani itu.
Kalau saja dia tidak memperkenalkan namanya adalah Hanna, mungkin Alex tidak akan mengenal mantan tunangannya itu.
Pria itu pernah bertemu dengan nya beberapa kali, pertemuan pertama saat perkenalan, lalu kedua kali saat bertunangan. Namun, yang diingatnya, gadis itu tidak seperti ini. Jangan kan menjawab dengan suara lantang seperti saat ini, mengangkat wajahnya saja Hanna tidak akan berani.
"Bukan kah kau yang pertama kali tidak sopan padaku? matamu melihat ku seolah ingin menelanjangi ku!"
"Aaach!"
"My Lady"
Catherine dan Mery kompak terpekik kaget mendengar kalimat Hanna, gadis itu dengan frontal mengatakan isi kepalanya dengan pemilihan bahasa yang begitu tabu untuk di katakan oleh wanita kaum bangsawan seperti mereka.
"Kalian kenapa sih?" hardik Hanna menoleh ke arah Catherine dan pelayannya itu.
"Kakak, jaga ucapan mu. Kau sedang bicara dengan seorang Duke!" hardik Catherine melangkah ke arah Hanna. Kini mereka saling berhadapan. Walau tubuh Catherine ada di tengah antara Hanna dan Alex, pria itu masih berusaha mencuri pandang.
"Maaf kan kelakuan kakak saya, your highness," ucap Catherine menekuk kakinya sedikit. Hanna memperhatikan gerakan itu. Dia tahu semua etika yang ada di kalangan bangsawan, karena leluhurnya juga berdarah Inggris.
Melihat Hanna yang masih menegakkan tubuhnya, tidak memberi hormat pada Alex membuat Catherine menarik tangan Hanna agar gadis itu sedikit membungkuk, tapi jangan harap Hanna akan melakukan hal itu.
"Mery, ayo, kita pulang," ujarnya berbalik dan berlalu pergi. Sang adik merasa tidak enak hati pada tunangannya akibat ulah kakaknya yang tidak memiliki sopan santun.
Mata Alex terus saja menatap punggung bergaun putih berpadu Lilac halus itu. Ada sesuatu di hatinya yang menggelitik. Di balik rasa kesal akan sikap arogan Hanna, dia juga merasa tertarik akan sikap tegas dan cerdas gadis itu.
Kalau gadis lain pasti akan memasang wajah cantik dan bersikap manis padanya, dan Alex sudah terbiasa akan hal itu hingga merasa sangat muak.
***
Hanna sudah kembali ke kamarnya. Saat Mary membantu membuka korset nya, Hanna yang berdiri di dekat jendela dapat melihat kereta kuda Alex sudah meninggalkan kediaman Jhonson.
"Mery, kapan papa dan mama akan kembali dari kota?"
"Lusa, My Lady," jawabnya membawa gaun Hanna untuk di bawa keluar dari kamar.
"Sebenarnya mereka pergi ke mana?" Hanna menghempaskan tubuhnya dipinggiran ranjang empuknya.
"Apa nona sudah lupa? Tuan dan nyonya pergi ke rumah sanak saudara, mengabarkan tentang rencana pernikahan Lady Catherine dan Duke Claymore"
"Kenapa tidak lewat.." Hanna menghentikan kalimatnya. Baru saja dia akan mengatakan mengapa tidak lewat ponsel atau email saja menyampaikan undangannya, dia lupa kalau ini bukan zaman dirinya tumbuh.
"Mery, tunggu. Ada lagi yang akan aku tanyakan"
"Mery melepas tangannya dari handle pintu, dan berjalan mendekat ke arah Hanna.
"Mmm...kenapa Duke of Claymore mau bertunangan dengan Hanna, maksud ku mau bertunangan dengan ku? karena tidak mungkin karena cinta kan? ini saja sudah berpindah haluan pada Catherine."
Mery bingung harus menilai majikannya seperti apa. Sekali lagi dia mengamati Hanna, seolah ingin mencari tahu apa gadis itu palsu atau asli.
Mery memang sudah melayani keluarga Jhonson sudah cukup lama, bahkan saat dia dia berumur tujuh tahun sudah melayani Hanna. Kedua orang tua Mery adalah pelayan di keluarga Jhonson, dan kini dia pun masih tetap melayani keluarga itu meski kedua orang tuanya sudah tiada.
Dia yang pelayan saja tahu alasan pertunangan itu, lantas kenapa Hanna justru bertanya pada dirinya, notabene dia lah dulu yang di lamar? Mery semakin curiga kalau kepala Hanna terjeduk pada lemari atau tiang hingga membuat pikirannya kacau dan sebagian ingatannya hilang.
"Anda benar-benar tidak ingat, Nona?"
Menyadari Mery yang merasa curiga akan siapa dirinya, Hanna buru-buru berimprovisasi. Dia tidak ingin pelayannya itu semakin stress.
"Akibat benturan di kamar mandi kemarin, kepalaku sering sakit, dan banyak hal yang aku lupakan, salah satunya itu"
"Keluarga Claymore dan keluarga Jhonson adalah sahabat semenjak kakek buyut keduanya. Oleh karena itu, untuk memperkuat hubungan keluarga, maka kedua keluarga itu sepakat untuk menjodohkan anak cucu mereka," terang Mery
"Kalau begitu, sudah banyak dari kedua keluarga itu yang sudah menikah?"
"Tidak, My Lady. Garis keturunan yang teratas, tidak ada yang jadi. Baru generasi Anda lah, kedua keluarga sepakat mempersatukan demi janji pada leluhur. Sejak usia nona lima tahun, sudah bertunangan dengan tuan Claymore."
"Lantas, kenapa dia memutuskan untuk menikah dengan adik ku?"
"Karena pada malam pertunangan kalian, saat tuan Claymore memasukkan cincin pertunangan, anda pingsan. Jadi keluarga Claymore tidak setuju memiliki menantu yang lemah. Mereka takut kalau- kalau Anda kelak tidak bisa memberikan mereka keturunan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Lia Anggraini
keren keren ❤...... latar kisah dan situasi yg digambarkan pas bgt sm novel2 karya Julia Quinn, Julia London, Eloisa James, dll yg latar kisahnya jg ttg kehidupan romansa bangsawan Inggris jaman dl. mgkin othor jg penggemar novel mereka
2022-10-11
2
Aminah Adam
lanjuut
2022-04-15
1