Mimpi buruk Hanna di mulai. Kenapa dia selalu bertemu dengan pria arogan yang paling dibenci itu setiap keluar dari rumah?
Demi ketentraman hatinya, Hanna memilih untuk tidak memperdulikan sapaan Duke of Claymore itu. Berlalu bersama Julia. Namun , demi alasan kesopanan Julia berhenti hingga otomatis langkah Hanna juga terhenti.
Sikap hormat dan tunduk pada ucapan bangsawan tertinggi wajib hukumnya pada masa itu. Duke adalah gelar tertinggi di bawah raja, jadi layak untuk mendapatkan rasa hormat lebih.
"Kenapa kau berhenti? ayo kita pergi dari sini," gumam Hanna menoleh pada Julia, namun gadis itu menggeleng lemah.
"Kau kan tahu, kita tidak bisa mengabaikan perkataan seorang Duke. Saat ini His Grace sedang berbicara padamu," balas Julia pelan.
Hal itu tentu saja membuat amarah Hanna naik. Kalau di film kartun yang biasa dia tonton pada saat hari libur, saat ini dari kepalanya pasti sudah keluar tanduk dan wajah yang memerah.
"Saya juga tidak menyangka bisa bertemu anda, Your Highness. Satu-satunya tempat terakhir yang saya harapkan bertemu dengan anda adalah, di neraka jahanam!"
Kalau Julia punya penyakit jantung, pasti saat ini dia sudah pingsan mendengar ucapan Hanna. Wanita itu lebih galak dari singa betina, yang siap menerkam siapa saja yang membuatnya tidak senang.
Bukan marah, Alex justru mengulum senyum, menahan rasa geli di matanya. Kenapa belakangan ini membuat kesal gadis itu menjadi salah satu kegemaran baru nya?
Alex mungkin sudah jadi gila. Pagi ini dia bangun pagi sekali, segera bersiap untuk berangkat ke rumah keluarga Clifford. Dia bahkan sudah sangat tidak sabar menunggu pagi datang, setelah malam itu mendengar rencana Hanna yang akan bertandang ke rumah Julia.
Pria gila itu juga yang meminta ibunya menemui Hanna -dengan sedikit memaksa- malam itu kala jamuan makan malam. Acara itu memang sudah lama di rencanakan Margaret, namun karena tidak berminat lagi, wanita itu merupakan rencana itu. Tapi demi memenuhi permintaan anaknya, Margaret pun kembali bersemangat mengadakan acara jamuan itu, dan momen itu dijadikan Alex untuk mempertemukan Hanna dengan ibunya.
"Bagaimana menurut, ibu?"
"Cantik. Kenapa saat kalian bertukar cincin kala itu dia bisa jatuh pingsan? lagi pula wajah nya sangat berbeda dengan saat ini?" ucap Margaret setelah para tamu undangan pulang.
Alex hanya tersenyum mendengar penilaian ibundanya, sembari menyesap brendi yang ada di tangannya. Gelas kristal itu menjadi teman bagi Alex, merayakan hatinya yang saat ini berbunga-bunga.
"Aku akan dengan senang hati ada di mana pun, asal kau ikut denganku. Sekalipun itu ada di neraka," sahutnya sembari mengerlingkan mata.
Gigi Hanna bahkan terdengar saling bertautan, pertanda kesabaran gadis itu sudah diambang batas.
"Maaf, your Grace, kami permisi dulu." Seusai memberi hormat, Julia segera menyeret sahabatnya itu menuju tempat rahasia mereka, yang selalu menjadi tempat ternyaman saat bercerita.
"Aku ingin sekali membunuhnya!"
"Astaga, Hanna. Pelan kan suaramu, jangan sampai His Grace mendengarnya," bisik Julia menghempaskan bokongnya di samping Hanna.
"Kau tidak perlu menyebutnya seperti itu. Dia sedang tidak ada di sini!" seru Hanna menghentakkan kaki ke lantai.
Julia jadi serba salah. Dia juga tidak menyukai sikap provokatif Alex, tapi siapa yang bisa menghentikan pria itu? dari sekian banyak Duke di daerah ini, keluarga Claymore adalah yang paling tertinggi karena kakek buyut mereka adalah pejuang Inggris, yang sama-sama membela negara itu, dan selalu berada di sisi Raja.
Bahkan, salah satu Tante nya, menikah dengan anggota kerajaan. Itu jugalah yang membuat keluarga Claymore sangat disegani di desa ini dan juga di kota London.
"Kita bisa apa? dia seorang Duke!"
"Kalau begitu, aku akan menikah dengan pria yang statusnya lebih tinggi dari pria brengsek itu!"
"Raja?" Hanna mendelik kesal pada ucapan Julia. Gadis itu justru mematahkan argumennya. Tentu saja tidak mungkin dia menikah dengan raja. Tapi tidak bisa di pungkiri, kalau mencari status yang lebih tinggi dari Alex, ya raja Inggris.
"Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Bukan kah kita akan bersenang-senang?," ujar Julia memeluk bahu Hanna dari samping.
Hanna masih bergeming. Rasa kesalnya belum sirna. Dia menyesal datang ke rumah Julia. Bertemu dengan pria itu membuat harinya menjadi sial, moodnya jadi jelek.
"Oh, iya. Kau bilang ada hal yang ingin kau sampaikan padaku? apa?"
Merasa bersalah pada sahabatnya, sikap Hanna kembali mencair. "Maaf, sudah membuat suasana jadi tidak nyaman," gumamnya mengusap tangan Julia.
"Sudahlah. Tidak mengapa. Sekarang ceritakan padaku, apa yang ingin kau katakan"
"Apakah Will tidak akan datang?" Hanna memanjangkan lehernya, menoleh ke arah jalan yang tadi mereka lalui.
"Katanya sih akan datang. Sudah, lupakan dia. Pasti sebentar lagi dia akan muncul. Kau tahu, setiap kau yang menyuruh datang, dia pasti akan segera hadir," ucap Julia tersenyum. Beranjak dari kursinya, untuk menuang teh melati yang baru saja diantar pelayanannya.
"Oh, iya, karena kau tanya aku mau cerita apa, baik lah. Ada hal yang ingin aku katakan padamu. Tapi janji, tidak ada seorangpun yang tahu hal ini," ujar Hanna menatap lekat Julia.
Mata saling beradu itu menjadi alat mensahkan janji untuk menyimpan rahasia itu.
"Aku janji," ucap Julia cepat, mengangkat dua jarinya ke atas. Tidak perlu harus sampai seperti itu juga, Julia pasti akan menyimpan rahasia Hanna. Selama ini juga seperti itu. Julia sangat menyayangi Hanna, seperti saudaranya sendiri, jadi tidak mungkin mengkhianati sahabatnya itu.
"Mmm.. kau tahu kan, kalau aku sudah bukan tunangan pria menyebalkan itu?" ucap Hanna mulai bisa tersenyum.
Julia hanya mengangguk. Berita itu sudah tersebar di desa ini, jadi sudah pasti dia tahu.
"Oleh karena itu, aku mau mendekati William. Bagaimana menurutmu?"
Seketika wajah Julia memucat. Udara seolah berhenti masuk ke dalam pernafasan. Sesak dan jantungnya berdebar hebat.
"Julia, kau mendengar ku, kan?" Hanna menyikut lengan gadis itu.
Guna menutupi keterkejutannya, Julia melepas senyum kaku di bibirnya. "Iya, aku dengar. Jadi kau menyukai Will?," tanya nya dengan suara pelan. Tercekat di kerongkongan, Julia buru-buru meraih cangkirnya.
"Benar. Aku menyukai Will. Menyukai cara bicara pria itu yang sopan, menyukai penampilannya, cara dia tertawa. Dan aku pikir, dari sorot matanya malam itu, dia juga menyukaiku," Hanna kembali tersenyum, kelakuannya seperti orang yang sedang jatuh cinta.
"Bagaimana menurut mu?" tanya menatap wajah sahabatnya itu. Walau sudah yakin dengan niatnya, tapi Hanna merasa perlu meminta pendapat Julia. Dukungan sahabatnya itu sangat berarti baginya.
"Bukannya dulu kau bilang tidak suka padanya?"
"Hah?" Hanna tersentak. Apa benar lady Hanna mengatakan hal itu? oh iya, dalam novel di ceritakan kalau Lady Hanna tidak menyukai Will, justru tergila-gila pada Alex yang notabene belum pernah diajaknya bicara.
"Oh, itu dulu. Sekarang aku sudah membulatkan tekad, aku akan mendapatkan William Malory!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
putri auradina
julia suka sama will🤣🤣hana biar sm alek saja
2022-04-04
5