Dua jam sudah, Alex menunggu gadis itu di tepi telaga, tempat yang mereka sepakati untuk bertemu, tapi hingga detik ini juga batang hidung gadis itu tidak tampak juga.
Akal sehatnya sudah mengatakan kalau dia harus segera pulang karena gadis itu tidak akan datang. Namun, hatinya masih tetap ingin menunggu.
Satu jam lagi berlalu, dan tiga jam dari janji bertemu telah berlalu. Alex tersenyum kecut. Betapa gadis pembangkang itu sudah mempermainkannya. Tidak ada gadis mana pun yang berani melakukan itu padanya, pada Duke Of Claymore!
Rahang mengeras dengan tatapan mematikan, Alex pulang. Dibuangnya buket bunga yang sejak datang tadi selalu digenggamnya.
***
"Anda sudah pulang, Tuan?" sapa Catburry menerima mantel Alex.
"Kau sudah mengantarkan dokumen itu pada Sebastian?" pertanyaan dibalas pertanyaan adalah hal biasa diantara keduanya.
"Sudah, tuan. Sekaligus dokumen untuk tuan Malory sudah saya berikan juga yang kebetulan ada di sana bersama Nona Jhonson," terang Catburry yang membuat Alex tidak jadi melangkah masuk, justru berbalik menghadap pelayannya itu.
"Wiliam Malory ada di sana bersama Miss Jhonson?" satu alis Alex naik, rahangnya terkatup.
Mengetahui rasa tidak suka tuan besarnya atas kabar yang dia bawa, Catburry segera merevisi ucapannya agar tuan nya tidak salah paham. Bukan Catherine yang sebagaimana dia tahu adalah calon istri tuan nya yang tengah bersama Will, tapi si sulung.
"Maaf, tuan. Bukan lady Catherine yang tadi pergi dengan kereta tuan Malory, tapi kakak nya, Lady Hanna."
Berharap wajah Alex akan lebih enak dilihat setelah menjelaskan hal itu, harapan Catburry menghilang. Wajah pria itu semakin buruk, memerah menahan amarah.
"Ke mana mereka pergi?" tanya nya mengepal tinju. Suara dingin dan sorot mata tajam bak pembunuh itu cukup menjelaskan kalau saat ini, Duke of Claymore dilanda badai amarah yang sudah ditingkat akhir.
"Sa- saya tidak tahu, Tuan. Saya hanya melihat keduanya masuk ke dalam kereta keluarga Malory dan berlalu dari kediaman Clifford"
"Apakah Julia ikut?"
Berpikir sesaat siapa Julia yang dimaksud, setelah mengingat nama itu adalah anggota keluarga Clifford, Catburry pun menggeleng. "Mereka hanya berdua saja, Tuan."
Alex berlalu ke ruang kerjanya, sementara Catburry membentuk banyak pertanyaan saat ini. Kenapa tuan besar nya tampak begitu marah, padahal Hanna bukan lah siapa-siapanya.
***
Hanna begitu gembira hari ini. Pagi tadi Will datang ke rumahnya, mengajak untuk mengunjungi rumah buku yang ada di perbatasan di desa itu.
Bagi Hanna, buku adalah benda kesukaannya selain makanan tentu saja. Antusias dengan ajakan Will, gadis itu bahkan sudah melupakan janjinya dengan Alex. Bahkan sedikitpun dia tidak ingat janji itu.
"Kita singgah ke rumah Clifford dulu. Aku ingin mengajak Julia ikut bersama kita," ucap Hanna masuk ke dalam kereta Will.
Keduanya hanya 15 menit ada di rumah itu. Julia terkena flu jadi tidak bisa ikut bersama mereka. Di sana lah, Catburry melihat Hanna dan Will pergi bersama.
"Kalau gadis lain akan tergila-gila dengan pakaian, perhiasan bahkan pria tampan dan kaya raya, kau sangat berbeda, justru menyukai buku-buku dan semua kerumitan membosankan yang ditawarkan didalamnya," ucap Will tersenyum saat Hanna memekik gembira melihat rak buku yang terisi penuh.
"Apa kau menyukai gadis seperti itu? maksud ku, yang menyukai perhiasan, pakaian, dan pria tampan?" goda Hanna tersenyum.
"Tidak. Aku tidak menyukainya. Justru aku sangat menyukai gadis yang ada dihadapan ku saat ini," ucap Will memberanikan diri. Menurutnya ini saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya pada gadis itu. Dia tidak mau, mengulur waktu hingga ada pria lain yang akan merebut Hanna dari nya.
Ruam merah di pipi Hanna jadi bukti betapa gadis itu tersipu malu mendengar perkataan Will. "Hanna, mau kah kau menjadi kekasihku? menikah denganku?"
Jantung Hanna seolah melompat keluar. Tidak menyangka Will sebegitu gentle nya mengatakan perasaannya tanpa embel kata-kata puitis. Hanna menyukai pria seperti itu. Perlahan Hanna mendongakkan wajahnya menatap Will, sorot mata pria itu mengatakan kebenaran, dan Hanna tentu saja menerimanya.
"Aku bersedia," ucap Hanna malu-malu. Siapa yang menyangka Hanna Jhonson yang selalu diejek, tidak dianggap, bahkan diperkirakan akan menjadi perawan tua, saat ini sedang di lamar oleh pria tampan dan juga kaya raya, bahkan seorang Earl!
"Aku akan bicara pada ibuku, untuk datang melamar mu," ucap William.
Saat senja menyapa baru lah keduanya pulang. Mereka berjalan sembari sesekali melirik satu sama lain, dan akhirnya tersenyum. Walau malu-malu Will sudah memberikan stempel tanda ikatan cinta mereka dengan mengecup kening Hanna. "Aku akan ke London besok, memesan cincin pertunangan kita. Apakah kau mau ikut denganku? aku ingin kau memilih sendiri," gumam Will mengelus punggung tangan Hanna.
"Maaf kalau aku menyela pembicaraan kalian, Miss Jhonson, tampaknya Lady Ema mencari mu!"
Sontak keduanya melirik ke belakang, pria dengan wajah menyeramkan itu tengah berdiri di sana, dan siap menerkam penuh amarah.
"Anda di sini, My Lord," sapa Will yang bingung melihat ekspresi wajah Alex dan sedikit terkejut karena pria itu ada di sana.
Begitu pun dengan Hanna, sorot mata yang langsung menikam jantungnya itu membuat tubuhnya gemetar. Sudah berapa lama pria itu berdiri di tempatnya? apakah dia mendengar semua pembicaraannya dengan Will? lalu ada apa dengan tatapan itu?
"Apa ada masalah jika aku ada di sini, Malory?" jawabnya penuh ketegasan dan dingin, membuat Will jadi salah tingkah.
"Will, sebaiknya kau pulang. Aku akan menemui ibuku. Mungkin karena kita pergi terlalu lama hingga beliau mencari ku," ucap Hanna memutus kontak mata kedua pria itu.
"Aku akan menemanimu. Aku akan menjelaskan pada ibumu, aku lah yang sudah mengajak mu pergi," sahut Will pasang badan.
"Gentleman sekali!" cibir Alex tersenyum mengejek dan berlalu masuk.
"Tidak usah, Will. Tidak akan terjadi apa-apa. Kau pulang lah, dan istirahat."
"Baik lah, sampai jumpa besok, di rumah Julia," bisik Will mencium punggung tangan Hanna dan berlalu pergi.
Hanna masih berdiri di tempatnya, menghantarkan kepergian Will hingga kereta itu hilang dari pandangannya. Dia masih memutuskan untuk masuk ke dalam rumah, yang pastinya seperti di neraka, karena adanya pria itu, atau pergi saja ke istal, berdiam diri di sana hingga pria itu pulang.
Namun, harga diri Hanna tertantang. Ini rumahnya apa urusannya dia yang harus menghindar! Penuh tekad, gadis itu masuk, masih diambang pintu, Alex muncul kembali, melewatinya keluar rumah.
"Kau tinggal memilih menyelesaikan ini di luar rumah dengan tenang, atau harus di dalam, di depan ibu dan adik mu, serta semua pelayan mu?" bentak Alex dengan harga diri yang terluka.
***
Mampir genks 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Aminah Adam
😂😂😂😂😂😂 maumu apa sih alex??
2022-04-19
1
Aminah Adam
cemburu nie😂😂😂
2022-04-19
2
Susi Hendra
kasian alex uda nunggu 3 jam...yang di tunggu malah pergi dengan orang lain....
2022-04-14
1