Oh Sh*T! I Love You
Pukul 06.52.
"Bang cepetlah bawa motornya, bentar lagi gerbangnya ditutup!" teriak Dara di balik punggung kakaknya.
"Oke, awas lo jangan takut."
"Gak akan!"
Kakaknya. Andra. Mengamini permintaan adiknya. Tanpa pikir panjang ia langsung menarik pedal gasnya hingga merubah kecepatan menjadi 100 km/jam.
Dan di sepanjang jalan, Dara tak sekalipun melepaskan pegangannya pada jaket kakaknya. Dara takut? Tentu saja. 100km/jam loh, berasa menantang maut gak tuh. Kalo tidak urgent, Dara mungkin sudah membunuh kakaknya. Canda bunuh.
Namun di tengah jalan, hal yang benar-benar ditakuti malah terjadi.
"Kenapa ni motor," ujar Dara bingung.
"Bentar gue pinggirin dulu."
Andra segera menepi, mengecek dan menelisik mencari tahu apa yang terjadi pada motor ninjanya itu. Dan seketika bola mata Andra berhenti di satu titik.
"Hm... tuh liat. Ban motor gue bocor. Gara-gara lo nih tadi disuruh ngebut." Andra menyalahkan adiknya.
"Kok nyalahin gue sih? Ban motor lo aja yah murah," ucap Dara tak mau disalahkan.
"Dan seharusnya gue yang marah yah! gara-gara lo gue jadi nambah telat, kan!" lanjutnya.
"Yang telat bangun siapa, nyalahin siapa."
"Ya kalo lo bawa motornya bener, pasti gak double sialnya!"
"Serah lo dah, bocil gak mau kalah," gumam Andra lirih nyaris tak terdengar.
Dara mulai gelisah, beberapa kali menghentak-hentakkan kakinya ke aspal. Tak lama lagi gerbangnya akan ditutup.Ia mau tak mau harus mencari cara untuk bisa ke sekolah. Dara mencoba menunggu angkot, namun tak kunjung datang. Ia mengacak rambutnya kesal.
"Bang gimana nih? Angkot pun gak ada yang lewat satupun," ujar Dara frustasi.
"Angkot pun gak sudi diduduki sama pantat lo," ledek kakaknya sambil cekikikan.
"Bang serius lah!"
"Ngapain serius, emang lagi ujian."
"BANG!"
"Bodo amat."
"Lo gak guna banget sih jadi kakak!"
"Lo sendiri jadi adek, berguna gak buat gue?"
Dara terdiam, karena omongan Kakaknya tidak salah. Dia juga merasa tidak berguna juga sebagai adik.
"Udah lah, bolos sekali aja gak bikin bego juga kan," ujar Andra bermaksud menenangkan Adiknya itu.
"Jangan bikin gue sesat."
Ya begitulah kehidupan kakak beradik ini. Memang Dara terkesan tidak sopan kepada kakaknya. Mungkin jarak usia mereka yang tidak jauh. Hanya 3 tahun. Jadi mereka ini menganggap hubungan mereka seperti dua orang sahabat. Anggapan ini juga berdampak pada mereka yang selalu 'akur' tanpa ada pertengkaran yang berarti.
Kembali ke Dara, ia sudah seperti cacing kurang makan. Dara sudah benar-benar frustasi. Ditambah kehadiran kakaknya malah menambah pikirannya bukan malah membantu. Dia tidak bisa berpikir jernih. Dia harus sampai ke sekolah apapun yang terjadi. Dan seketika ide gila terbesit di otaknya.
Dara berjalan ke tengah jalan dan menghadang salah satu pengendara motor.
"Punya adek gini amat dah, bodo amat lah mati juga," gumam Andra tanpa sedikitpun ada rasa khawatir. Karena ia sudah sering melihat tingkah absurd adiknya.
"WOY LO MAU MATI YAH!" teriak pengendara motor itu. Cukup keras, padahal ia memakai helm full face.
Bukannya menjawab, Dara malah berlari menghampiri orang itu.
"Lo sekolah di SMA Nusa Bangsa?"
Dara bertanya seperti itu karena dari kejauhan ia melihat orang itu memakai celana abu-abu khas anak SMA.
"Iya emang kenapa!"
Tanpa aba-aba Dara mengangkat sedikit roknya dan tanpa permisi menaiki jok penumpang orang itu.
"Woy. Apa-apaan nih. Kok maen naik-naik aja!" Orang itu mulai naik pitam.
"Gue juga sekolah disitu. Ayo jalan, bentar lagi gerbangnya ditutup!"
"EH LO TUH BEN-"
tint tint tint
Belum sempat orang itu selesai bicara, pengendara lain di belakangnya beramai-ramai membunyikan klakson, karena mereka berdua sudah membuat kemacetan. Jadi orang itu pun dengan terpaksa menjalankan motornya.
"Sumpah dah itu bukan adik gue," ujar Andra sambil melihat punggung adiknya yang perlahan menghilang.
...****************...
Mereka berdua hampir sampai. Dari kejauhan Dara melihat Pak Satpam didampingi Pak Sugito. guru BK. Siap untuk menutup gerbang.
Dan yang terjadi adalah, orang itu malah melambatkan laju motornya dan berhenti di depan warung yang tak jauh dari sekolah.
"Lo gila ya! Itu gerbang mau ditutup lo kok malah berenti!" Dara kesal sekaligus bingung dengan pola pikir orang di depannya ini.
"Lo aja sana," jawab orang itu santai
Dara mulai curiga.
"Oh gue tau. Lo pasti mau bolos yah... Ketauan lo sama gue."
"Bolos apa nggak bukan urusan lo yah!"
"Gue tau nih orang modelan begini. Bilang ke ibunya mau sekolah, eh nyatanya malah sampe gerbangnya doang. Malah lo lebih parah, depan gerbang pun enggak. Durhaka lo. Gak boleh bohongin orang tua loh. Dosa loh."
"Kok lo malah nyeramahin gue sih! Udah dikasih tumpangan malah banyak bacot lo!"
"UDAH SANA TURUN!
Orang itu tak bisa menahan emosinya lagi karena melihat cewek di belakangnya ini masih nangkring di motornya.
Dara tak bergeming. Dia seperti tidak merasa habis diteriaki dan malah melipat kedua tangannya di depan dada. Ia seperti sedang merencanakan sesuatu.
"EH LO BUD-"
"PAK SUGITO! ADA YANG MAU BOLOS NIH!" teriak Dara sekuat tenaga.
"SIAPA YANG MAU BOLOS!" ujar Pak Sugito dengan kemarahannya.
Orang itu. Tentu sangat sangat kesal, kembali lagi dibuat sial oleh cewek di belakangnya. Dia mengepalkan tangannya, dan memukul geram stang motornya. Dia tak bisa kabur karena sudah tertangkap basah sebasah-basahnya. Dengan terpaksa ia kembali menjalankan motornya dan memasuki ke area sekolah.
So begitulah. Dara dengan segala ke absurdannya. Sekecil apapun sesuatu yang muncul di otaknya, ia akan melakukannya. Selagi hal itu dianggap benar oleh Dara.
...****************...
Suasana canggung menghiasi parkiran sekolah. Kedua sejoli ini sama-sama terdiam. Tak ada yang memulai pembicaraan. Dan Dara pun yang tadinya banyak bicara tiba-tiba menjadi pendiam. Bukan tanpa alasan. Ia tahu orang yang bersamanya ini marah besar padanya. Dan Dara pun tak mungkin kabur begitu saja. Bagaimana pun, ia harus pergi secara baik-baik. Jadi ia sibuk mencari kata yang tepat agar tidak memantik amarah orang ini lagi.
"Lo cinta banget ya sama jok motor gue?" tanya orang itu dingin.
Dara tersadar, ia masih nangkring di jok motornya. Dia segera turun dan berniat mengatakan sesuatu.
"Hm... " Dara mendehem mencoba mencegah kecanggungan. "Bagaimanapun gue harus berterimakasih sama lo, dan-" Dara berpikir sejenak untuk mencari kata yang tepat.
"Dan jangan berharap gue minta maaf sama lo, karena apa yang gue lakuin ini adalah tindakan yang benar. Mencegah orang bolos bukannya perbuatan baik?"
Duar.
Bukannya mencari aman. Dara malah mencari kematian. Jelas dari gelagatnya, orang itu kembali terpantik amarahnya yang tadi sempat reda.
"Lo dari tadi sadar gak sih. Lo dari tadi berhadapan dengan siapa? Hah!" tanya orang itu sedikit keras.
"Emang siapa? Manusia kan?" Dengan santuy nya Dara malah balik bertanya.
Dengan kesal orang itu melepaskan helm full face nya yang sedari tadi ia pakai.
Dan muncullah wajah tampan dengan tatapan dingin dengan alis tebal, hidung mancung, rahang keras. Sebagai manusia, ia bisa dikategorikan nyaris sempurna.
"Udah tau siapa gue?" tanyanya dingin. Lalu dia turun dari motornya, berjalan mendekati Dara dan menipiskan jarak di antara mereka berdua. Dia pun menatap lekat tepat di manik mata hitam milik Dara.
Anehnya tak ada reaksi berlebihan dari raut wajah cantik Dara. Tak ada rasa takut secuil pun. Ia malah berani menatap balik orang itu sembari mengingat-ingat siapa orang yang sedang ia hadapi sekarang.
Emang siapa sih dia? tanya Dara dalam hati.
Lalu tiba-tiba momen seminggu yang lalu terbesit di otaknya.
"Oh lo kelas 12 yang upacara kemarin dipanggil ke depan yah gara-gara tawuran itu?"
"Iya gue inget. Kalo gak salah nama lo itu siapa yah. Bay, bayu. Eh bukan."
Dara menengadah ke atas mengingat-ingat nama orang di hadapannya ini.
"Oh Abhay. Iya kan?"
Abhay. Nama orang itu. Dia kini tersenyum kecut mendengar pernyataan cewek di hadapannya ini. Baru pertama kali dia berhadapan dengan orang, apalagi spesies wanita, yang berani berbicara santai dengannya. Sungguh ini adalah keajaiban dunia.
"Trus lo gak takut?" tanya nya lagi masih dengan suara dinginnya.
"Kenapa takut, lo manusia kan bukan iblis."
"Oh ya. Lo kan Kakak kelas gue. Seharusnya gue bilang lo Kakak."
Dan lagi. Abhay dibuat terkejut oleh sikap Dara. Ia pun tertawa kecil mencoba memahami situasi yang sedang terjadi.
"Eh malah ketawa. Udah yah gue pergi. Kan gue tadi udah bilang makasih."
Dara hendak melangkah kan kakinya untuk pergi, namun tiba-tiba sebuah lengan kekar memegang pergelangan tangan Dara.
"Ada apa lagi nih?" tanya Dara santai.
Abhay melihat ke bagian atas kanan seragam Dara, dan melihat sebuah name tag.
"Adara Leona," ucap Abhay mencoba mengingat nama itu.
"Kelas?"
"11 IPA 1," jawab Dara tak ragu.
"Okeh. Tungguin gue," ucap Abhay dengan suara mengintimidasi bermaksud mengancam Dara.
Namun bagaimana respon Dara?
.
.
.
.
.
"Okeh. Gue tunggu."
...****************...
Terimakasih sudah datang di story pertama aku. Tolong berikan saran dan dukungan untuk story ini yah :)
Enjoy the story and i hope you like it.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
AnNam
baru mampir, sepertinya seru
2023-06-09
2
Devi Handayani
lanjut thor.... semoga sesuatu🤓🤩🤓
2022-05-25
1
istrinya THV 🐻💜
mampir smga tambah seru ceritanya
2022-05-05
2