Dara berjalan menyusuri koridor kelas menuju halte di mana ia biasa menunggu kakaknya menjemput.
"Bang, lo udah nyampe halte, kan?" tanya Dara dengan gadget yang menempel di telinganya. Kini ia sedang menelepon Kakaknya.
"Gue lagi siap-siap," jawab Andra di balik telepon.
"Apa! Masih siap-siap juga!" kesal Dara tak tertahan. Ia tak peduli suaranya menyebabkan orang-orang langsung menatap aneh ke arahnya.
"Gue gak mau tau. Lima menit lagi pokoknya lo harus udah ada di halte," lanjut Dara lagi.
"Lo gila yah! Sekenceng apa gue bawa motornya! " ujar Andra tak kalah kesal.
"Bodo amat," timpal Dara tak mau tahu.
"Lagian lo punya pacar buat apa sih? Manfaatin dia dong biar jadi ojek pribadi lo! "
Dara yang sudah hampir lupa dengan sosok orang itu, kembali dibuat kesal karena baru saja Andra kembali menggali ingatannya saat kejadian di kantin tadi.
"Jangan bahas orang itu! Pokoknya Abang harus dateng tepat waktu!" kesal Dara lagi.
Dara hendak menutup teleponnya namun sebuah tangan menyerobot gadget nya secara tiba-tiba.
"Halo, Bang. Udah lo gak usah repot-repot. Biar gue aja yang nganterin adek lo pulang," ucap Abhay pada Andra.
Dara menjadi tambah kesal setelah Abhay berkata seperti itu pada kakaknya. Ia hendak menyerobot kembali gadget nya namun tak bisa, karena tangan Abhay terus menghalanginya ditambah lagi tinggi badan abhay yang cukup tinggi membuat ia semakin sulit meraihnya.
"Siap brow. Gue serahin adek gue buat lo," jawab Andra.
Kemudian Abhay langsung menutup telepon setelah mendapatkan persetujuan dari Andra. Ia tersenyum senang setelah melihat raut wajah Dara yang sudah seperti banteng betina.
"Kali ini mau apa lagi? Mau bawa gue ke hutan belantara?!" tanya Dara tak ramah.
"Kalo mau, ayo," jawab Abhay santai.
Dara tak menimpali omongan Abhay. Sudah malas baginya berlama-lama berurusan dengan Abhay yang hanya membuang-buang tenaganya saja.
"Siniin HP gue," pinta Dara pada Abhay sambil menyodorkan sebelah tangannya dengan tatapan yang lurus ke depan tak minat untuk menatap Abhay.
"Bentar," ujar Abhay.
Dara kembali dibuat geram karena Abhay tak kunjung memberikan gadget nya. Ia pun menoleh pada Abhay, dan menemukan Abhay yang tengah mengotak-atik gadget nya.
"Kakak lagi ngapain?!"
Abhay tak menjawab. Namun tak lama suara nada dering terdengar di saku celana Abhay. Ia pun merogoh sakunya untuk mengambil benda pipih itu, lalu menunjukannya pada Dara.
"Nomer lo, kan?"
Mata Dara membulat sempurna melihat nomernya tertera di gadget Abhay.
"Aneh rasanya gue gak punya nomer cewek gue," lanjut Abhay lalu memasukan kembali gadget nya ke dalam saku celananya kemudian Abhay menyerahkan gadget satu lagi kepada pemilik aslinya.
Dara mengambil gadget itu kasar. "Namanya juga penjahat, pasti juga suka nyuri," ucap Dara sinis.
Abhay malah tersenyum puas melihat Dara yang kembali kesal kepadanya. Melihat ekspresi Dara yang marah, bagi dia itu adalah sebuah hiburan yang sangat ingin ia lihat lagi dan lagi.
"Tapi kali ini gue bener-bener mau nganterin lo pulang," ujar Abhay mencoba menghibur Dara.
Dara berdecak. "Terserah Kakak," lalu ia berjalan meninggalkan Abhay.
Baru beberapa langkah Dara berjalan. Sebuah ide brilian tiba-tiba muncul di otaknya. Lalu ia berbalik ke arah Abhay yang berada persis di belakangnya.
"Tapi gue mau mampir dulu. Kakak masih mau nganterin gue?" tanya Dara kini dengan raut wajah yang tak lagi cemberut.
"Sure," jawab Abhay tak sungkan.
"Okeh."
Lalu Dara kembali membalikan badannya untuk kembali berjalan dan seketika seutas senyuman picik muncul di bibirnya.
...****************...
Abhay menuruti keinginan Dara. Ia mengarahkan motornya ke mana Dara perintahkan. Dan ternyata restoran seafood lah menjadi tempat tujuan Dara.
Kini mereka sudah masuk dan duduk di kursi yang telah mereka pilih.
"Emang di rumah gak ada makanan sampe ngebelain makan di restoran dulu?" Itulah pertanyaan yang sedari tadi Abhay pikirkan.
"Nggak ada yang masakin. Ibu gue kan lagi pergi," jawab Dara.
"Bukannya ada pembantu di rumah?"
Boom.
Dara melewatkan satu hal. Dia lupa bahwa Abhay kemarin main ke rumahnya, pastinya dia juga melihat ada seorang wanita yang bekerja di rumahnya.
Dara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ya-ada. Tapi hari ini si Bibi ijin gak masuk. Jadi gak ada yang masakin," jelas Dara sedikit gagu.
Abhay mendengar penjelasan Dara dengan tatapan yang penuh curiga. Ia sampai memasang mode mata elangnya.
Merasa ditatap aneh seperti itu, Dara khawatir rencananya akan diketahui sebelum di realisasikan.
"Gue tau gue cantik. Gak usah ditatap terus," ujar Dara mencoba mengalihkan pikiran Abhay.
Abhay tersenyum dengan mengangkat satu sudut bibirnya. Sangat lucu baginya setelah mendengar Dara mengatakan hal semacam itu.
"Udah lah jangan berlama-lama. Kita langsung pesen aja," ujar Dara sebelum keadaan semakin tak terkendali.
Dara mengedarkan pandangannya, mencari pelayan restoran untuk memesan makanan.
"Mbak! Mau pesen Mbak!" seru Dara setelah melihat seorang waiter berjalan tak jauh dari tempatnya.
Waiter itu menghampiri Dara lalu menyodorkan buku menu kepada Dara dan Abhay. "Silahkan mau pesan apa?" ucap waiter itu dengan ramah.
Dara meneliti setiap makanan yang tertera di buku menu itu. Ia sempat terkejut saat melihat rata-rata harga makanan-makanan itu sangat tidak ramah di kantong.
"Mbak saya mau pesen cumi saus telur asin 1, udang asam manis 1, kepiting saus Padang 1, kerang saus taoco 1, gurame bumbu rujak 1, trus. ... ikan nila saus rica-rica 1. Oh ya dori kayanya enak. Sama dori saus Padang deh 1. Terus minumannya jus mangga," ujar Dara panjang lebar.
Pesanan Dara bagaikan gerbong kereta yang berderet rapih. Abhay pun sampai tak berkedip untuk beberapa saat. Ia sampai meragukan kewarasan Dara.
"Pake nasi, Kak?" tanya waiter itu pada Dara.
"Iyah. Nasinya satu centong aja,"
Abhay kembali dibuat tercengang. Segitu banyak pesanan yang Dara pilih, namun makanan pokoknya hanya satu centong? Dara memang benar-benar sudah tak waras. Pikirnya.
"Lalu Kakak satu laginya?" Waiter itu beralih bertanya pada Abhay.
Abhay tak merespon. Ia masih tertegun dengan tingkah gila Dara.
"Kak?" panggil waiter itu lagi.
Abhay masih belum tersadar.
"Woy! Kak Abhay!" Kini Dara ikut-ikutan menyadarkan Abhay dengan suara lantang.
Abhay mengerjapkan mata, tersadar setelah mendengar suara lantang dari Dara.
"Iya, apa?" tanya Abhay linglung.
"Kakak mau pesen apa?" tanya Dara.
Abhay kembali melihat buku menu di tangannya. Namun tak ada satu pun yang menarik perhatiannya. Ia terlanjur kenyang hanya mendengar menu-menu yang di pesan Dara. Ia pun langsung menutup buku menu itu.
"Saya pesen orange juice aja," ucap Abhay dan langsung menyerahkan buku menu pada waiter.
"Baik, Kak. 15 menit lagi pesanan Kakak akan siap. Jadi mohon tunggu sebentar yah," ucap waiter itu ramah, seraya pergi untuk menyiapkan makanan.
"Kakak gak punya duit? Kok cuman minuman doang?" tanya Dara heran.
"Lo gak waras? Pesen makanan kaya mau buka gerai," timpal Abhay yang lebih heran lagi.
"Emang kenapa? Takut Kakak yang bayarin pesenan gue? Udah tenang aja. Gue kan banyak duit, tadi aja gue abis traktir orang banyak." ungkap Dara. Ia tiba-tiba menyinggung kejadian tadi pagi berharap Abhay sadar akan perbuatan jahatnya.
Bukannya meminta maaf dan merasa bersalah, Abhay malah tertawa ala sycho. Hal itu membuat Dara mengernyitkan dahinya bingung. Jadi yang sebenarnya tidak waras itu siapa? Pikir Dara.
"Jadi perasaan lo gimana setelah mentraktir orang-orang?" tanya Abhay yang masih menyisakan senyum di sudut bibirnya.
"Oh gue sangat gembira sekali!" jawab Dara ngegas dengan raut wajah berbanding terbalik dengan ucapannya.
Tak terasa 15 menit sudah berlalu. Dan benar saja, makanan-makanan itu tiba tepat waktu. Dan kini meja Dara sudah di penuhi oleh berbagai jenis makanan laut yang sangat menggoda selera.
"Lo yakin bisa ngabisin semuanya?" tanya Abhay tak percaya dengan apa yang ia lihat di mejanya.
"Kenapa gak yakin," timpal Dara. Lalu tanpa aba-aba ia menyantap makanan yang terus memanggilnya.
Dengan tangan melipat di depan dada, Abhay hanya bisa memperhatikan Dara yang sedang melahap makanan dengan rakus.
"Bewneran ga wau wakan?" tanya Dara dengan mulut dipenuhi oleh capitan kepiting.
"Ngeliat lo aja udah bikin gue enek," jawab Abhay dengan tatapan jijik terbentuk di wajahnya.
Sudah hampir setengah jam Dara bergulat dengan makanannya. Dan selama itu pula Abhay hanya memperhatikan apa yang Dara lakukan.
Dara menyeruput minumannya yang hampir habis. Lalu mengambil sehelai tisu untuk membersihkan sisa-sisa makanan di mulutnya. Kemudian. ...
"Aaa... " Dara bersendawa tanpa permisi. Lalu ia nyengir kuda. "Sorry, kelepasan."
Abhay hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan tingkah ajaib Dara.
"Udah?" tanya Abhay.
"Udah," jawab Dara
"Katanya bisa ngabisin?" tanya Abhay dengan dagu yang mengarah pada makanan yang masih banyak tersaji di atas meja.
"Emang bisa, tapi besoknya lagi," jawab Dara enteng dan membuat Abhay berdecak.
Lalu Dara mengangkat tangannya, kembali memanggil waiter untuk meminta bil.
"Tolong bungkus semuanya yah," pinta Dara pada waiter yang sudah menghampirinya.
"Tolong kasih bil nya ke pacar saya ya mbak," lanjut Dara.
Abhay yang mendengarnya otomatis membulatkan matanya. Abhay tersenyum kecut, ia sebenarnya sudah menduga pasti ujungnya akan seperti ini.
"Katanya lo punya banyak duit?" tanya Abhay mengingatkan perkataan Dara beberapa menit yang lalu.
"Iya emang. Tapi di rumah. Masa iya gue bawa duit berjuta-juta ke sekolah. Tadi aja gue masih ngutang sama yang punya kantin."
Kali ini Dara berkata jujur. Memang tadi Dara tidak membayar semuanya karena uang yang ia bawa pun tak cukup untuk membayar semuanya walaupun ada uang Ruby yang ikut andil.
"ATM? Lo bawakan?" tanya Abhay lagi.
"Gue gak pernah bawa-bawa ATM ke sekolah. Tapi Kakak pasti bawa, kan?" Dara malah balik bertanya.
Abhay mendesah kesal. Kenapa cewek dihadapannya ini sangat pintar meladeni omongannya? Itukah kira-kira yang Abhay pikirkan.
"Udah cepetan kasih. Kasian mbak nya nungguin," ujar Dara.
Dengan terpaksa Abhay memberikan ATMnya kepada pelayanan itu sebagai tanda pembayaran.
Dara tersenyum puas, karena rencananya berjalan dengan lancar. Tak peduli dengan ekspresi tajam Abhay yang terus menatapnya kesal.
"Jangan marah dong harusnya. Berarti kita impas sekarang," ujar Dara masih dengan senyum kemenangan.
Abhay membalasnya dengan senyuman lagi.
Rupanya cewek di depannya ini ingin bermain lebih lama lagi dengannya.
Oke kalo itu mau lo, kata batin Abhay.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Devi Handayani
sekarang masi ajang balas membalas yaahhh... hmm bentar lagi nih pasti kejedot cinta dia duanyaaa hehehhe😜😝
2022-05-25
1
Taniarzk
Dara best sih🔥 lanjutkeun
2022-03-20
2