Hari Minggu telah tiba. Hari yang ditunggu-tunggu semua orang, karena pada hari itu para manusia bisa terbebas dengan rutinitas membosankan yang biasa mereka lakukan setiap hari. Ada yang pergi berlibur, mengunjungi teman atau para kerabat, dan bahkan rebahan sepanjang hari. Namun tidak dengan Dara. Ia memutuskan untuk memanfaatkan hari Minggu itu untuk merenovasi kamarnya agar terlihat lebih estetik jika dipandang.
Kini ia pun sibuk memasangkan beberapa dekorasi dinding.Namun sebelum itu, ia tak lupa menyalakan speaker musik agar ia semakin semangat untuk mempercantik kamarnya. Ia pun memutar full tombol volumenya.
"Izinkan aku
Untuk terakhir kalinya
Semalam saja bersamamu
Mengenang asmara kita
Dan aku pun berharap
Semoga kita tak berpisah
Dan kau maafkan kesalahan
Yang pernah kubuat."
Seketika kamar Dara berubah menjadi sebuah diskotik. Sambil memasang dekorasi, Dara pun ikut bernyanyi dengan suara alakadarnya dan dengan volume suara yang sama tingginya.
"OH IZINKAN AKU. UNTUK TERAKHIR KALINYA. SEMALAM SAJA BERSAMAMU."
Saking asiknya bersenandung, Dara sampai tak mendengar pintu kamarnya ada yang mengetuk. Ia pun masih melanjutkan nyanyiannya.
"DAN AKU PUN BERHARAP." Dara masih tak mempedulikan suara ketukan pintunya.
Karena tak sabar. Andra yang sedari tadi mengetuk pintu akhirnya membuka pintu kamar Dara dengan kasar.
"Pantesan gak denger!" Abhay geram setelah ia membuka pintu. Karena saat ia membuka, suara keras dari speaker musik langsung masuk ke gendang telinganya.
Sambil berdiri di ambang pintu, Andra hendak memberitahukan sesuatu pada Dara.
"WOY DARA ADA YANG NGAPEL TUH!" teriak Andra berusaha menyeimbangi suara keras yang keluar dari speaker musik.
Namun tetap saja. Dara masih tak menghiraukan.
Dengan kesal, Andra pun mengambil sebuah baju yang tergeletak di bawah lantai lalu melemparkannya dan tepat mengenai wajah Dara.
Dara yang tersadar langsung menengok mendapati Andra yang sudah berdiri di ambang pintu.
"ADA APA?!" tanya Dara dengan keras.
"ADA YANG NGAPEL TUH!"
"APA?! NGEPEL?! IYA NANTI JUGA DI PEL KOK!"
"NGAPEL KAMPRET!"
"APA?! LO MAU APEL? BELI AJA SENDIRI!"
Andra mengembuskan nafas kasar. Tak akan beres jika mereka saling berteriak, karena suara musik itu terlalu sulit dikalahkan.
Dengan kesal Andra melangkah masuk dan mencabut kabel speaker itu dengan kesal.
"Itu ada yang ngapel?!" ujar Andra masih emosi.
"Siapa?" tanya Dara.
"Lo pikir siapa? Pacar elo lah," jawab Andra.
"Pacar?" Dara bertanya pada diri sendiri. Sempat lupa bahwa kini dirinya sudah memiliki pacar. Walaupun itu hanya pacar status.
"Kak Abhay maksud lo?" tanya Dara memastikan.
"Iya kali. Gue gak sempet nanyain namanya. Yang pasti yang kemaren-kemaren jemput lo. Pacar lo kan itu?"
Dara mengernyitkan alisnya. Ia bingung. Apa yang akan dilakukan Abhay di rumahnya? Masa iya dia akan menggangunya saat di rumah juga. Pikirannya.
"Udah sono temuin dia. Dia nunggu di teras rumah," ujar Andra.
Dara memutar bola matanya malas. Lalu kembali melanjutkan kegiatannya yang tadi sempat terhenti.
Melihat reaksi Dara yang acuh, Andra menjadi berang. "Lo dengar gak sih gue ngomong?!"
"Udah suruh aja dia pulang," ucap Dara santai dengan tangan yang sibuk memasang dekorasi dinding.
"Kenapa lo? Lagi marahan sama pacar lo?" tanya Andra penasaran.
"Udah pokoknya suruh aja dia pulang. Nanti juga nurut kok," ucap Dara lagi.
Andra tak menimpalinya lagi. Ia pun menuruti perintah Adiknya. Untuk apa juga dia memaksa orang yang tidak mau. Bukan hak dia juga.
"Ya udah gue turun," ujar Andra lalu berjalan keluar untuk menemui Abhay.
Setelah Andra pergi, Dara kembali memasangkan kabel speaker yang tadi sempat tercabut. Dan melanjutkan berdisko.
"BODO AMAT! HARI INI GUE PENGEN HAPPY!" ucap Dara penuh semangat.
...****************...
Andra berjalan keluar untuk menemui Abhay yang tengah duduk di kursi teras. Dia akan mengatakan apa yang baru saja Dara pinta.
"Sorry bro. Kata Dara dia gak mau nemuin lo," ucap Andra lalu ikut duduk berhadapan dengan Abhay.
"Oh gak papa, Bang," jawab Abhay.
Memang sebenarnya Abhay sudah menduga bahwa Dara pasti tidak ingin menemuinya. Tapi itu bukan masalah, karena ia juga memiliki planning lain. Jika tak ada Adiknya, Abangnya pun jadi. Jika sudah mengenal Kakaknya dengan baik, itu akan mempermudah jalan dia nantinya.
"Trus gimana? Mau langsung pulang," tanya Andra.
"Kalo boleh sih gue mau di sini dulu bentar. Boleh?" pinta Abhay.
"Boleh sih? Tapi Dara nya kekeh gak mau nemuin elo."
"Kan masih ada lo Bang. Tapi kalo Abang ada urusan, gue pergi deh," ujar Abhay yang langsung diberi gelengan dari Andra.
"Oh enggak kok. Gue juga lagi senggang. Cuman aneh aja. Kenapa lo mau ngobrol sama gue."
"Iya gue pengen lebih kenal aja sih, Bang. Boleh kan?"
"Iya boleh dong. Lagian, lo kan calon adik ipar gue."
Abhay tersenyum miris mendengar pernyataan Andra. Ternyata Dara tidak memberitahu kakaknya bahwa dia tidak serius menjalani hubungan dan hanya ingin main-main saja.
Tak lama Bi Siti, yaitu Bibi yang bekerja di rumah Andra, datang dengan membawa minuman dan beberapa camilan.
"Silahkan diminum dulu," tawar Bi siti.
"Makasih ya Bi. Silahkan Bhay, diminum dulu," tawar Andra pada Abhay. Abhay pun mengangguk dan meminum minumannya.
"Abang tau nama gue?" tanya Abhay setelah meneguk minumannya.
"Tadi Dara ngasih tau."
"Abang sendiri, gue belum tau nama lo, Bang?"
"Nama gue? Nama gue adalah Andra Leondra anaknya Bapak Leo Satrio dan Ibu Iis Wulandary," ucap Andra panjang lebar hingga membuat Abhay tertawa kecil.
"Unik juga namanya. Jadi kalian sama-sama punya nama singa?" tanya Abhay
"Tau tuh bapak gue. Mentang-mentang namanya Leo jadi anaknya dikasih nama Leo semua. Katanya sih biar anak-anaknya pada pemberani. Asal jangan berani ke orang tua aja."
Abhay kembali tertawa mendengar penjelasan Andra. Tak disangka ternyata kakaknya Dara memiliki humor yang tinggi. Tentu hal itu semakin mempermudah Abhay agar semakin dekat dengan Andra.
"Kayanya garing banget kalo cuma ngobrol doang. Gimana kalo sambil maen catur aja. Lo bisa, kan?" tanya Andra pada Abhay.
"Bisa dong, Bang," jawab Abhay menyombongkan diri.
Lalu Andra pun mengambil papan catur yang berada di bawah meja, lalu menata setiap biji catur dengan rapi.
"Lo duluan," ujar Andra mempersilahkan Abhay untuk memulai permainan.
Abhay dan Andra akhirnya memulai permainan. Awal-awal cukup serius karena mereka sama-sama sedang menata strategi agar bisa memenangkan pertandingan. Namun tak lama, Andra membuka suara untuk memecahkan keheningan yang sudah begitu lama.
"Udah berapa lama pacaran ama adek gue?" tanya Andra dengan pandangan yang masih fokus ke papan catur.
"Baru tiga hari, Bang," jawab Abhay yang membuat Andra cukup terkejut.
"Baru tiga hari? Tapi udah berantem?" tanya Andra yang langsung mengalihkan pandangannya pada Abhay.
Abhay tertawa miris.
"Namanya juga masih adaptasi, Bang," ujar Abhay.
"Sekelas sama Dara?" tanya Andra lagi.
"Dia adek kelas gue."
"Lo kelas 12?"
Abhay mengangguk.
"Gue tebak lo anak IPS," tebak Andra yang berhasil membuat Abhay cukup terkejut.
"Kok tau?"
"Muka lo itu muka-muka yang males belajar. Suka bolos. Suka tawuran. Tapi famous di sekolah," jelas Andra yang kembali membuat Abhay terperangah untuk kedua kalinya.
"Kok bener semua. Abang peramal, Bang?!" tanya Abhay asal.
"Karena gua waktu dulu gak jauh beda sama lo. Ya gitu suka bolos. Tawuran. Jadi gue tau muka-muka orang yang kaya gitu." Andra berkata jujur.
Memang Andra sewaktu sekolah sangat nakal. Tidak jauh beda dengan Abhay. Bahkan dia lebih parah. Dia pernah sampai dikeluarkan dari sekolah.
"Oh, Abang nakal juga pas sekolah?"
"Kalo gak nakal di sekolah, gak ada kesan. Iya nggak?"
Abhay tersenyum. Membenarkan pernyataan Andra. Nyatanya murid yang paling diingat oleh Guru adalah murid yang sangat pintar kalau tidak, murid yang sangat nakal.
Saking asiknya bercengkrama, mereka tak sadar bahwa mereka sudah menghabiskan waktu bersama selama hampir dua jam. Mereka sama-sama menikmati permainan dan obrolan mereka yang begitu mengalir hingga membuat waktu begitu cepat berlalu.
"Kok masih disini?" tanya Dara yang tiba-tiba keluar dari persembunyiannya.
"Dia nya malah betah sama gue. Lo keluar mau nemuin dia?" tanya Andra.
"Enggak. Orang gue mau ke warung," jawab Dara.
"Bang. Gue pulang yah. Kayanya udah kelamaan di sini," ucap Abhay pamit pulang.
"Udah mau pulang?" tanya Andra lalu menoleh pada Dara. "Lo sih keluar. Dia jadi pulang kan."
"Tadi suruh gue keluar. Sekarang nyalahin gue. Aneh banget lo," dumel Dara pada Andra.
"Yaudah gue pamit yah."
Abhay pun berdiri tak lupa ia memakai jaket yang ia simpan di sandaran kursi. Setelah selesai, ia siap untuk pulang.
"Pamit, Bang," ucap Abhay dan diberi anggukan oleh Andra.
Saat Abhay melangkah pergi dan berjalan melewati Dara, ia sempat berbisik suatu hal.
"Tunggu kejutan besok," bisik Abhay yang terdengar di telinga Dara.
Mendengarnya, Dara tersenyum sinis.
Dari kemaren pengen di tungguin mulu, timpal Dara dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
zelindra
yahhh udahh abiss aja .. up up up ...😍😍😍😍
2022-03-17
2