"Bhay. Cewek elo tuh," ujar Gilang saat ia melangkah masuk ke kantin untuk makan siang.
Abhay refleks menengok ke arah dimana Gilang tunjuk. Tanpa berpikir panjang ia langsung menghampiri Dara yang tengah makan siang.
Gilang tertegun, tak menyangka Abhay akan bertindak begitu cepat. Ia menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Agresif bener si Abhay. Baru juga gue bilang, udah nyosor aja sama betinanya," ujar Gilang dengan kedua mata melihat pergerakan Abhay.
Vano pun melakukan hal yang sama. Ia memandangi tubuh Abhay yang kini sudah terduduk menghadap pada wanitanya.
"Gue yakin sih, lo lebih agresif lagi kalo punya pacar," timpal Vano yang kini beralih melihat Gilang.
"Ah masa?" tanya Gilang dengan manjanya.
Vano seketika mengerjapkan kedua matanya. Tersadar apa yang baru saja ia katakan. "Eh gue ralat. Mana ada yang mau sama lo!" seru Vano.
"Tapi setidaknya gue punya mantan, ya walaupun satu dan sebentar sih. Tapi yang penting gue punya!" jelas Gilang menggebu-gebu. "Lah elo? Lo spesies yang hampir punah karena kelamaan jomblo!" maki Gilang dengan penuh semangat 45. Lalu ia pun tertawa sangat puas.
Vano hanya meresponnya dengan wajah datarnya, sebab semua kata yang dilontarkan oleh Gilang tidak sepenuhnya salah. Karena ia tak bisa mengelak, ia pun memilih pergi meninggalkan Gilang yang tengah berpuas hati.
"Hai!" sapa Abhay dengan senyum manis di wajahnya. Kini ia telah terduduk menghadap pada Dara.
Dara memutar bola matanya malas saat melihat wajah Abhay yang lagi-lagi muncul di hadapannya. Ia memilih untuk menghabiskan baksonya yang hampir habis.
Perbedaan sangat kontras terlihat dari wajah Ruby. Entah kenapa ia kini tak lagi ciut saat melihat Abhay, mungkin karena ia sudah terbiasa. Dan justru kini Ruby dibuat terpesona oleh senyum manis Abhay yang berhasil melelehkan hatinya.
Kalo lo gak nakal, Kak! Gue jadiin lo yang ke tiga setelah Song Jong Ki dan Kak Andra! rutuk Ruby dalam hatinya.
"Tadi pagi seru, kan?" tanya Abhay tanpa memudarkan senyumannya.
"Seru seru mata lo peyang!" jawab Dara tak terkendali. Sadar apa yang ia katakan, ia pun berniat meminta maaf pada Abhay. Karena bagaimanapun Abhay adalah Kakak kelasnya.
"Eh sorry Kak. Kelepasan gue." Dara meminta maaf setengah tulus.
Abhay kembali melebarkan senyumnya setelah mendengar omongan Dara yang selalu berhasil membuatnya terhibur.
"Okeh, nyantai aja," balas Abhay. "Tapi aneh yah. Mata yang peyang bukan kepala," lanjut Abhay sambil terkekeh.
Dara tak menghiraukan. Ia membiarkan Abhay yang terkekeh dengan candaannya sendiri. Ia sangat tidak mood untuk menimpalinya.
Sadar melihat Dara yang terus diam, Abhay beralih ke mode serius. Ia berniat untuk langsung mengatakan maksud sebenarnya.
"Hari ini kan annive kita yah. Annive tanpa makan-makan kayanya kurang afdol. Bener gak sih?" tanya Abhay tiba-tiba.
Dara tersenyum miris mendengar pertanyaan Abhay. Tanpa dijelaskan ia sudah mengerti maksud terselubung cowok licik di depannya ini. Untuk itu ia berniat untuk menjadikan momentum ini untuk membalikkan keadaan.
"Bener banget! Ide bagus tuh!" seru Dara yang kini sudah bersemangat.
Dengan penuh kepercayaan diri, Dara kini telah berdiri menghadap anak-anak yang ada di sana.
"PENGUMUMAN SEMUANYA!" Dara tiba-tiba membuat pengumuman dadakan.
"HARI INI ADALAH HARI JADIAN GUE DAN KAK ABHAY YANG KE SEMINGGU. JADI UNTUK MERAYAKANNYA, KAK ABHAY BERNIAT UNTUK MENTRAKTIR KALIAN SEMUA!"
"WOHO!" Semua bersorak ria setelah Dara mengumumkan pemberitahuan seperti itu.
Abhay tak marah, justru ia tertawa kecil melihat kelakuan Dara yang lagi-lagi tak ia duga sebelumnya. Dan ia juga tak berniat untuk menyangkalnya, karena jika ia melakukan itu, otomatis ia akan kehilangan harga dirinya. Jadi ia membiarkan perbuatan Dara begitu saja.
"Ayo By kita pergi!" ajak Dara pada Ruby setelah ia selesai membuat pengumuman.
"Hah."
Ruby setengah sadar. Ia masih tertegun melihat kelakuan Dara yang sudah kelewat berani.
"Apa lo mau ditraktir juga? Gue sih takut lo nanti jadi sandera," lanjut Dara.
"Hah." Ruby belum sepenuhnya sadar. Kemudian ia pun mengerjapkan matanya untuk memfokuskan diri. "Eh iya ya, Ra."
Ruby pun ikut berdiri, dan bersiap untuk pergi sebelum hal yang tak diinginkan benar-benar terjadi.
Sebelum pergi, Dara hendak mengucapkan kalimat penutup kepada Abhay.
"Sorry Kak. Kali ini Kakak kalah cepet sama gue."
Dara langsung melenggang pergi setelah berhasil *skakmat*t Abhay.
Dan Abhay, ia tak bisa berbuat banyak. Dengan senyum yang terbentuk di bibirnya, ia mengakui bahwa rencananya kali ini ia nyatakan gagal karena ia kalah pintar dengan Dara.
...****************...
Bel pulang berbunyi.
Sembari berjalan menuju luar gerbang sekolah. Ruby kembali menanyakan kewarasan Dara perihal kejadian tadi siang.
"Lo gak lagi sakit, kan? Lo waras kan, Ra?" tanya Ruby beruntun.
Dara hanya menghembuskan nafasnya. Ia pikir tak perlu menjawab pertanyaan Ruby yang sangat aneh dan tak masuk akal.
"Jawab dong, Ra!" seru Ruby sedikit kesal karena Dara tak menghiraukannya.
"Kalo gue gak waras, lo mana mungkin mau temenan sama gue. Iya, kan?" Dara berbalik bertanya.
Ruby diam. Benar juga apa yang dikatakan Dara. Itu artinya Dara memang waras.
"Ya tapi kenapa lo bisa seberani ini, Ra?! Jangan jawab kalo Kak Abhay itu manusia!" tebak Ruby dengan geram.
Dara menghentikan langkahnya, begitu pula dengan Ruby. Lalu Dara menghembuskan nafas berat seraya menatap wajah Ruby lekat.
"Lo mau tau alasannya?"
Ruby menggangguk dengan antusias.
"Because i am Leona. Leona is lion. And Lion is me. Understand?" jelas Dara dengan bahasa asingnya dan malah membuat Ruby semakin tak mengerti.
"Jawaban apa kaya gitu?! Gue udah serius juga!" kesal Ruby tak tertahan.
"Iya itu alasannya. Lo gak ngerti?" tanya Dara.
"Iya gue ngerti. Ya tapi apa? Lo singa? Gimana maksudnya?" Ruby bertanya bertubi-tubi. Dara telah membuatnya benar-benar frustasi.
"Dah lah. Elo mah cuma bisa translate doang, gak tau makna sebenernya."
"Emang maknanya apa?"
"PR buat elo!"
"Ih... Tinggal kasih tau aja napa sih, jangan buat gue mikir!" Ruby masih kesal.
Di tengah perdebatan diantara mereka, seketika suara klakson motor mengagetkan mereka berdua.
tint tint tint.
Dara mendengus kesal, karena ia sudah bisa menebak siapa orang yang telah membunyikan klakson itu. Lalu ia pun berbalik.
"Kakak apa-apaan si-"
Ucapan Dara menggantung, karena ia duga pelakunya adalah Abhay. Namun ternyata bukan.
"Sorry gue ngagetin," ucap orang itu merasa bersalah.
"Oh enggak papa kok Kak, justru gue yang minta maaf karena gue tadi ngebentak Kakak. Soalnya gue kira Kakak itu... "
"Abhay," tebak orang itu.
Dara tersenyum merasa malu. "Hehehe. Iya."
Saat mereka berdua sedang berbincang, ada seseorang yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.
Wah... Dia kan Kak Rakha. Ketua taekwondo itu! Ternyata dia jauh lebih ganteng kalo di liat dari deket, ujar batin Ruby.
Ya dia adalah Rakha. Ruby mengenalinya karena memang Rakha cukup famous di sekolah. Dan tentunya famous karena prestasi. Berbanding terbalik dengan Abhay.
"Mau pulang?" tanya Rakha pada Dara.
"Iya, Kak," jawab Dara sopan.
"Mau gue anter sampe halte lagi? Atau enggak, sampe rumah?" tawar Rakha.
Mendengar tawaran Rakha, sontak membuat Ruby cukup terkejut. Sampai tangannya menutup mulutnya yang sedikit terbuka.
Gila. Temen gue dikelilingi para cogan sekolah, ujar Ruby lagi masih sibuk dengan pikirannya.
"Eh gak usah Kak. Gue-"
tint tint tint tint tint.
Belum sempat Dara menyelesaikan omongannya, seseorang telah berulah dengan menyembunyikan klakson berulang-ulang.
Dan ternyata orang yang sempat Dara curigai sebelumnya kini benar-benar ada dihadapannya. Yaps, Abhay lah orangnya.
"Ayo gue anter pulang," tawar Abhay dengan motor yang berdampingan dengan Rakha.
"Abang gue-"
"Abang lo nyuruh gue nganterin lo," sergap Abhay sebelum Dara menyelesaikan pembicaraannya.
"Tau dari mana? Abang gue aja gak ngasih tau gue?" tanya Dara heran.
"Dia ngasih tau gue lah."
"Ngasih taunya gimana?"
"Ya nelpon gue lah."
"Emang tau nomer Kakak?"
"Iya tau lah. Orang kita udah tukeran nomer. Gue kan udah akrab sama Abang lo."
"Apa!" Dara cukup terkejut sekaligus heran. Sejak kapan abangnya akrab dengan Abhay? Dara benar-benar tidak tahu.
"Udah cepet naik!" perintah Abhay.
Dara masih terdiam. Ia yakin tidak yakin dengan apa yang Abhay katakan.
Abhay tahu apa yang sedang Dara pikiran. Tanpa ditanya, ia pun berkata, "kalo lo gak percaya, telpon aja abang lo."
Dara melihat raut wajah Abhay yang nampak serius. Itu artinya Abhay memang berkata jujur.
Dara menghela nafas kasar sebelum ia naik ke motor Abhay. Tak lupa ia berpamitan dengan orang yang ada di sana.
"Kak Rakha, gue duluan yah," pamit Dara pada Rakha dan langsung dihadiahi anggukan dari Rakha.
"Iyah," jawab Rakha dengan senyum ramahnya.
"By, gue duluan." Kini Dara berpamitan pada Ruby, namun Ruby tak merespon karena dari tadi Ruby sudah sibuk dengan pikirannya.
Dara sudah naik di motor Abhay. Dan Abhay sudah bersiap menarik pedal gasnya. Namun sebelum itu ia tiba-tiba ingin berbicara kepada orang yang ada di sampingnya.
"Heh lo! Siapa tadi?" Abhay berpikir sejenak untuk mengingat nama orang di sampingnya.
"Oh ya! Neraka!" panggilnya. "Lo jangan coba curi barang gue deh. Dia udah gue beli," ungkap Abhay tak berdosa.
"APA!" marah Dara tak terima kala dirinya disebut barang oleh Abhay.
Abhay buru-buru memakai helmnya, dan melajukan motornya sebelum cewek di belakangnya memberontak.
Sambil melihat punggung Dara yang perlahan menghilang, Rakha tersenyum tipis saat kembali mengingat perkataan Abhay baru saja. Apa Abhay menganggap dirinya adalah saingannya? Pikirnya.
Lain lagi yang dipikirkan oleh Ruby saat ini. Ia berpikir bahwa apa yang kini ia lihat seperti tidak nyata adanya.
Apa gue baru aja ngeliat drakor di dunia nyata? tanya Ruby dalam batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Devi Handayani
lanjut thor..... semangat👍👍😍
2022-05-25
2