3. Start the game

Keesokan harinya.

"Bapak kan sudah bilang ke kalian. Jangan tawuran!" Suara Pak Sugito menggema di ruang BK.

Ternyata kejadian kemarin berbuntut hingga hari ini. Pak Sugito mengetahuinya karena salah satu orang tua korban melapor kepadanya secara langsung. Tak butuh waktu lama, Pak Sugito langsung memanggil anak-anak yang ikut serta dalam aksi itu. Tanpa terkecuali.

"Kalian harusnya sudah dewasa. Kalian sudah kelas 12, dimana kelas 12 itu bukan saatnya main-main lagi, tapi sudah fokus belajar untuk kelulusan!"

Semua anak-anak yang ada di sana terdiam. Tertunduk. Hanya bisa memasang telinga untuk mendengarkan nasihat Pak Sugito. Tak ada yang berani berbicara. Melihat raut wajahnya saja sudah sangat ngeri. Karena Pak Sugito benar-benar meluapkan amarahnya.

"Asal kalian tahu saja. Tadi orang tua korban sampe ke sini, laporan langsung ke Bapak bahwa anaknya dibawa ke rumah sakit!"

"Kalian yang melakukan, tapi Bapak yang merasa malu!" lanjut Pak Sugito.

Mendengar omongan itu, Abhay tersenyum kecut seraya berkata,"kenapa Pak? Apa karena orang tua si bajingan itu adalah anggota dewan?"

"Apa?" Pak Sugito terperangah, tidak mengerti maksud perkataan Abhay.

Abhay yang sedari tadi tertunduk kini berani menengadahkan kepalanya. Menatap wajah Pak Sugito dengan dengan lekat.

"Lalu bagaimana dengan murid Bapak? Dimas juga di rumah sakit Pak, dia koma gara-gara bajingan itu! Apa Bapak tidak peduli?"

"DIAM KAMU ABHAY!"

Pak Sugito berbicara sangat lantang hingga membuat semua orang yang ada di sana melonjak kaget. Tapi tidak dengan Abhay, ia masih berani menatap wajah Pak Sugito dengan raut wajah yang memerah.

Pak Sugito berjalan mendekati Abhay. "Bapak tau teman kamu itu sedang koma. Tapi apa dengan melakukan hal yang sama akan menyelesaikan masalah?Hah!"

"Tapi setidaknya nyawa harus dibayar dengan nyawa."

"ABHAY!"

Melihat Abhay yang kembali melawan, wajah Pak Sugito kini sudah sangat merah seperti udang rebus. Beliau beberapa kali mengelus dadanya mencoba mengontrol emosinya agar tidak kembali membludak. Karena hal itu hanya akan berdampak buruk bagi kesehatannya diusianya yang akan menginjak kepala lima.

Dirasa emosinya sudah mereda, Pak Sugito kembali berbicara. "Ini untuk peringatan terakhir. Jika kalian mengulanginya lagi. Bapak tidak bisa mentolerir tindakan kalian lagi. Kalian akan langsung Bapak keluarkan dari sekolah ini. Paham?"

"Paham," jawab anak-anak serentak dengan suara lirih.

"Sudah, kalian semua bubar."

...****************...

Bel istirahat berbunyi.

Dara dan Ruby sudah berada di kantin untuk makan siang. Suasana di kantin cukup ramai, namun masih ada beberapa kursi yang masih kosong. Dara dan Ruby pun kini sudah memilih kursi pilihannya. Setelah duduk, Ruby memanggil ibu kantin untuk memesan.

"Bu pengen baso satu sama es jeruk 1 yah. Tapi es nya yang banyak. Okeh bu."

"Baik Neng. Lalu Neng satu lagi mau pesen apa?" tanya Ibu kantin itu pada Dara.

"Samain aja, Bu."

"Baik Neng. Mohon tunggu sebentar yah," ujar Ibu kantin itu lalu pergi untuk menyiapkan pesanan mereka.

Di saat mereka berdua sedang menunggu pesanan mereka, Ruby tiba-tiba membulatkan matanya. Dari kejauhan ia melihat trio gangster yang sepertinya hendak ke tempat dimana mereka berada.

"Ra Ra Ra. Gawat Ra! Lo dalam bahaya Ra!" ujar Ruby pada Dara dengan raut wajah yang mulai panik.

Dara tak langsung merespon. Ia masih sibuk dengan gadget nya.

"Ra lo dengerin gue gak sih!" ucap Ruby sedikit keras karena temannya ini tak kunjung sadar.

"Ada apa sih By?"

"Itu Kak Abhay sama temennya kayanya mau ke sini deh," ucap Ruby dengan raut wajah yang sudah ketakutan.

"Ya biarin sih. Mereka juga mau makan kali," ujar Dara santai.

Ruby kembali dibuat kaget dengan respon Dara. Ia tak peduli keselamatan nya sedang terancam.

"Mampus dia beneran kesini."

Ruby menunduk, berusaha menutupi wajahnya dengan rambut panjangnya. Namun lain halnya dengan Dara. Ia masih sibuk dengan gadget nya, tanpa mempedulikan situasi sekitar. Sampai Abhay dan temannya berjalan melewati meja mereka.

"Syukur lah. Dia gak sadar," ucap Ruby mengembuskan nafas lega.

"Ra kita pergi aja yuk. Gue juga pasti gak nafsu makan," lanjut Ruby masih ketakutan.

"Lo kenapa sih? Perasaan gue yang punya masalah. Kenapa lo yang takut," ucap Dara enteng.

"Iya tapi kan lo sekarang sama gue. Otomatis gue juga bakal kena."

Tak lama kemudian, pesanan mereka datang. Yang membuat Dara semakin yakin untuk tetap di sana.

"Silahkan kalo lo mau pergi. Nanti baso lo buat gue."

Ruby memang ketakutan, namun Ruby pun tak tega jika meninggalkan sahabatnya sendirian. Walaupun ia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi setidaknya dengan menemani sahabatnya itu membuktikan bahwa dia benar-benar sahabat sejati yang tidak akan meninggalkan sahabatnya sendirian.

...****************...

Di lain tempat.

"Dari pada dianggurin, mending makanannya buat gue," pinta Gilang setelah melihat Abhay yang terus terdiam tanpa ada niatan untuk melahap makanannya.

Tak ada respon dari Abhay. Ia masih sibuk dengan penglihatannya.

Sadar akan hal itu, Gilang penasaran apa yang membuat Abhay terus diam. Ia melihat Abhay yang sedang melihat ke satu titik. Gilang pun mengikuti arah pandang Abhay, tak lama ia pun tersenyum jahil.

"Udah jangan diliatin terus. Sikat aja. Cantik kok dia," ucap Gilang menggoda Abhay.

Yups. Abhay sedang menatap Dara yang sedang makan bakso dengan lahap. Ia sedang meyakinkan diri bahwa wajah itulah wajah orang yang sudah membuatnya sial kemarin.

"Udah ayo sik-" Gilang tak menyelesaikan ucapannya karena Abhay sudah berdiri dan beranjak pergi yang sepertinya akan menemui cewek itu.

"Itu baru temen gue, to the point. Gak kaya orang di sebelah gue. Terlalu bertele-tele. Makanya jomblo terus," ledek Gilang sambil melirik kearah Vano.

"Ngatain orang. Lo sendiri emang gak jomblo."

Deg.

Gilang membisu. Ia baru sadar bahwa dirinya pun jomblo juga.

...****************...

"Ehm." Abhay berdehem. Ia kini sudah duduk berhadapan dengan Dara.

Ruby yang tadinya sedang melahap baksonya langsung tersedak karena tiba-tiba Abhay sudah duduk di sampingnya.

"Adara Leona, kelas 11 IPA 1. Benerkan?" tanya Abhay memastikan. "Wah padahal gue mau nyamperin lo ke kelas. Tapi kita udah ketemuan di sini. Alam memang berpihak sama gue," lanjut Abhay.

"Mau ngapain? Ngasih uang jajan?" tanya Dara santai dengan mulut yang masih menggiling pentolan bakso.

Mendengar Dara yang malah menanggapinya dengan candaan, Ruby langsung melotot ke arah Dara. Ia terkejut bukan main, karena ia tidak menduga Dara masih sempat-sempatnya bercanda padahal posisi dia sedang terjepit.

Namun berbeda dengan Abhay. Ia tidak terkejut lagi dengan respon Dara, setelah melihat sikap Dara kemarin.

Kemudian Abhay tersenyum sinis.

"Gue suka nih cewek kaya gini. Biasanya, cewek yang liat gue kalo gak senyum-senyum sok imut ya dia tegang kaya cewek telat datang bulan. Contohnya. Orang yang ada di sebelah gue."

Ruby yang merasa tersindir, ia pun tersedak ludahnya sendiri saking terkejutnya. Ia menggerutu di dalam hati.

Kata gue juga apa Dara. Gue juga kena, batin Ruby kesal.

"Tapi kok lo nggak yah?" Abhay bertanya pada Dara. Namun tak lama, ia teringat akan satu hal. "Oh ya gue baru ingat. Kemaren lo bilang kalo gue itu bukan iblis. Jadi buat apa ditakuti. Iya kan?"

"Yaps."

Dan lagi. Dara masih menyikapinya dengan santai.

"Berarti bisa gue bilang kalo lo orang yang pemberani dong?" tanya Abhay lagi.

"Apa perlu gue jawab?" Dara berbalik bertanya.

"Gak perlu. Dengan liat respon lo aja gue udah tau," ucap Abhay masih dengan seringai sinis.

Tak lama, Dara menghabiskan semangkuk baksonya 'tanpa beban'.Ia menyeka mulutnya dari sisa makanan. Lalu ia pun membuka suara."Sekarang, gue boleh balik nanya?"

Abhay mengangkat alisnya untuk mengiyakan.

"Bisa to the point aja?" tanya Dara. Karena tanpa diberi tahu, Dara sudah mengerti maksud kedatangan Abhay.

"Ternyata lo peka juga," ucap Abhay.

"Okeh. Intinya gue mau nagih utang lo aja sih."

"Kejadian kemarin? Kakak mau minta apa dari gue?" tanya Dara. Ia tak mau berbasa-basi karena ia tahu Abhay tidak akan tinggal diam dan pasti akan melakukan sesuatu padanya.

"Hm... apa yah?"

Abhay berhenti sejenak. Dia berpikir keras, kira-kira hal apa yang bisa membuat wanita itu ketakutan.

Lalu apa yang terjadi.

"Gimana kalo lo jadi pacar gue aja?"

Jeger.

Bagai petir di siang bolong. Ruby, Gilang, Vano dan semua orang yang mendengarnya langsung terperangah. Ya semuanya. Orang-orang yang ada di kantin memang sedari tadi sudah memperhatikan pergerakan Abhay sejak Abhay berjalan mendekati salah satu wanita. Karena menurut mereka, hal itu adalah pemandangan yang sangat menarik untuk dilihat.

"What pacar?" Kali ini Dara menunjukan respon yang berbeda. Karena ia tidak menduga Abhay akan meminta hal semacam itu.

Apa yang sebenernya orang ini rencanakan, ujar batin Dara.

"Kenapa? Lo gak mau karna lo takut? Bukannya lo pemberani?" tantang Abhay. Ia pun tersenyum penuh kemenangan setelah melihat ekspresi Dara yang sangat terkejut.

Dara terdiam. Ia masih berpikir keras agar bisa menghadapi situasi itu.

"Gapapa kalo lo gak mau. Itu artinya lo gak seberani yang gue kira," ucap Abhay kembali merasa menang. Ia sangat senang melihat Dara yang sepertinya sudah mati kutu.

Abhay pun berdiri, hendak pergi meninggalkan Dara. Namun sebelum itu, ia tidak lupa untuk mengucapkan kalimat pamungkas.

"Gue cuma mau ngingetin aja ke lo. Hutang dibayar hutang. Karena lo belum bayar utang lo, gue akan terus nagih ke lo sampe lo bayar utang."

Abhay hendak melangkahkan kaki. Namun.

"Oke gue mau."

Langkah Abhay terhenti mendengar ucapan Dara.

"Apa?" tanya Abhay memastikan.

"Iya, gue mau jadi pacar lo," ucap Dara mempertegas.

Dan lagi. Semua orang dibuat terkejut untuk kedua kalinya. Mereka tidak menduga Dara akan menerimanya dengan begitu mudah. Dan Ruby. Jangan ditanya. Ia sudah seperti patung manekin dengan mulut yang menganga lebar.

Sudah gue duga. Cewek ini punya seribu cara untuk bisa buat gue terkejut, ucap batin Abhay.

"OKE GUYS KALIAN SUDAH DENGAR. WANITA DI HADAPAN GUE NERIMA GUE. JADI KALIAN SEMUA JADI SAKSI BAHWA GUE DAN DIA, HARI INI RESMI BERPACARAN!"

Abhay tiba-tiba membuat pengumuman dadakan yang disambut oleh tepuk tangan dari semua orang. Beberapa orang bersorak, namun ada beberapa orang juga yang merasa patah hati.

"HORE. ITU BARU TEMEN GUE!" teriak Gilang cukup keras yang diiringi oleh tepuk tangan yang sangat riuh.

Abhay menatap Dara dengan begitu lekat. Seakan ia ingin segera menerkamnya. Ia pun tersenyum senang, karena ia tidak sabar hal apa yang akan terjadi selanjutnya. Tentu ia sangat menantikan itu.

Start the game, batin Abhay dalam hati.

Terpopuler

Comments

Dinna millinia

Dinna millinia

awas yaa ntar bucin ke dara

2022-10-31

0

D'by

D'by

❤️

2022-04-14

2

Miss HALU💋💖

Miss HALU💋💖

lo yang mulai duluan Abay...
jangan nyesel klo lo jatuh cinta duluan sama Dara.😊

2022-04-10

3

lihat semua
Episodes
1 1. Sial
2 2. Hilang akal
3 3. Start the game
4 4. Aku bodoh
5 5. Ada lengkuas di balik rendang
6 6. Possible or impossible
7 7. Playing with fire
8 8. Apel
9 9. Ancaman baru
10 10. Manis di awal pahit di akhir
11 11. Counter attack
12 12. Sandiwara di pagi hari
13 13. Basah
14 14. New plan
15 15. Crazy with him
16 16. Happy anniversary!
17 17. Because i am Leona
18 18. What is love?
19 19. Menyerah?
20 20. What's that feeling?
21 21. Satu kata lekat diingatan
22 22. Curious
23 23. Cemburu?
24 24. Accident
25 25. Atap senja
26 26. Wasiat Andra
27 27. Bertemu camer
28 28. Gempar
29 29. Event soon
30 30. Bertemu camer part 2
31 31. Kisah berlanjut
32 32. Kontras kehidupan
33 33. Kembali berulah
34 34. Hero
35 35. Ruby sungguh meresahkan
36 36. Debaran
37 37. Cemburu lagi?
38 38. Penolakan
39 39. Murka
40 40. Malam Minggu
41 41. Malam Minggu #2
42 42. Terlanjur basah
43 43. The day
44 44. Rivalitas
45 45. Rivalitas #2
46 46. Pagi yang sangat panas
47 47. Mission completed
48 48. Vano effect
49 49. Kotak tapi bukan Spongebob
50 50. Pemberontakan
51 51. Pemberontakan #2
52 52. Abhay's secret
53 53. Oh Sh*T! I Love You
54 54. The real relationship
55 55. Pengakuan
56 56. Suhu kembali memanas
57 57. Pertarungan
58 58. Serangan hati
59 59. First date
60 60. Having fun, but not for someone
61 61. Fakta terungkap
62 62. Go public
63 63. Aroma coklat buku baru
64 64. Kamu bagaikan buku baru
65 65. Mencari masalah
66 66. Tanggung jawab
67 67. Harus ketemu!
68 68. Hasrat
69 69. Class meeting
70 70. Kalah saing? Itu bukan Abhay
71 71. Drama di meja makan
72 72. Holiday is coming
73 73. Teman benalu
74 74. Hanya ada kita
75 75. Keuwuan di balik musibah
76 76. Sebuah cerita di villa
77 77. Ruby!
78 78. Awal dari ...
79 79. Senang atau sedih?
80 80. Back to school
81 81. Pengakuan
82 82. Sebuah keputusan
83 83. The real reason is ...
84 84. Pada akhirnya
85 85. Kecurigaan
86 86. Rumah kita
87 87. Teringat kembali
88 88. Terungkap!
89 89. Titik terang menyakitkan
90 90. Permintaan terakhir
91 91. Menghilang
92 92. Asa masih ada
93 93. Kenyataan pahit
94 94. Mendung
95 95. Pilu
96 96. Inikah takdir kita?
97 97. Pasca
98 98. Aneh
99 99. Pengakuan Rakha
100 100. Melepas rindu
101 101. Inginku hentikan waktu
102 102. Cup!
103 103. Aksi gila Dara
104 104. Kesialan membawa cinta (END)
105 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 105 Episodes

1
1. Sial
2
2. Hilang akal
3
3. Start the game
4
4. Aku bodoh
5
5. Ada lengkuas di balik rendang
6
6. Possible or impossible
7
7. Playing with fire
8
8. Apel
9
9. Ancaman baru
10
10. Manis di awal pahit di akhir
11
11. Counter attack
12
12. Sandiwara di pagi hari
13
13. Basah
14
14. New plan
15
15. Crazy with him
16
16. Happy anniversary!
17
17. Because i am Leona
18
18. What is love?
19
19. Menyerah?
20
20. What's that feeling?
21
21. Satu kata lekat diingatan
22
22. Curious
23
23. Cemburu?
24
24. Accident
25
25. Atap senja
26
26. Wasiat Andra
27
27. Bertemu camer
28
28. Gempar
29
29. Event soon
30
30. Bertemu camer part 2
31
31. Kisah berlanjut
32
32. Kontras kehidupan
33
33. Kembali berulah
34
34. Hero
35
35. Ruby sungguh meresahkan
36
36. Debaran
37
37. Cemburu lagi?
38
38. Penolakan
39
39. Murka
40
40. Malam Minggu
41
41. Malam Minggu #2
42
42. Terlanjur basah
43
43. The day
44
44. Rivalitas
45
45. Rivalitas #2
46
46. Pagi yang sangat panas
47
47. Mission completed
48
48. Vano effect
49
49. Kotak tapi bukan Spongebob
50
50. Pemberontakan
51
51. Pemberontakan #2
52
52. Abhay's secret
53
53. Oh Sh*T! I Love You
54
54. The real relationship
55
55. Pengakuan
56
56. Suhu kembali memanas
57
57. Pertarungan
58
58. Serangan hati
59
59. First date
60
60. Having fun, but not for someone
61
61. Fakta terungkap
62
62. Go public
63
63. Aroma coklat buku baru
64
64. Kamu bagaikan buku baru
65
65. Mencari masalah
66
66. Tanggung jawab
67
67. Harus ketemu!
68
68. Hasrat
69
69. Class meeting
70
70. Kalah saing? Itu bukan Abhay
71
71. Drama di meja makan
72
72. Holiday is coming
73
73. Teman benalu
74
74. Hanya ada kita
75
75. Keuwuan di balik musibah
76
76. Sebuah cerita di villa
77
77. Ruby!
78
78. Awal dari ...
79
79. Senang atau sedih?
80
80. Back to school
81
81. Pengakuan
82
82. Sebuah keputusan
83
83. The real reason is ...
84
84. Pada akhirnya
85
85. Kecurigaan
86
86. Rumah kita
87
87. Teringat kembali
88
88. Terungkap!
89
89. Titik terang menyakitkan
90
90. Permintaan terakhir
91
91. Menghilang
92
92. Asa masih ada
93
93. Kenyataan pahit
94
94. Mendung
95
95. Pilu
96
96. Inikah takdir kita?
97
97. Pasca
98
98. Aneh
99
99. Pengakuan Rakha
100
100. Melepas rindu
101
101. Inginku hentikan waktu
102
102. Cup!
103
103. Aksi gila Dara
104
104. Kesialan membawa cinta (END)
105
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!