"Bang! Udah siap bel... lom."
Dara terkejut saat ia keluar dari pintu, ternyata di rumahnya sudah ada Abhay yang tengah mengobrol dengan Andra di halaman rumah.
"Kenapa ada Kak Abhay?" tanya Dara. Andra dan Abhay pun serentak menoleh.
"Iya mau jemput lo lah," jawab Andra.
"Siapa yang suruh?" tanya Dara tak berperasaan.
"Ya elah namanya juga pacar harus perhatian lah tanpa harus disuruh. Lo pikir dia ojol yang harus disuruh dulu," jelas Andra.
"Tapi Abang pernah bilang, jadiin Kak Abhay jadi ojek pribadi gue. Sama aja dong."
Damn. Andra tersentak saat mendengar pernyataan Dara. Bisa-bisanya dia lupa bahwa dirinya pernah berbicara seperti itu. Dan bisa-bisanya juga adiknya mengatakan hal itu di depan orangnya langsung. Sungguh laknat sekali Dara ini.
Andra tiba-tiba menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Eh nggak Bhay, bukan begitu. Maksud Adek gue, eh... " Andra mencari alasan. "Lo harus sering-sering perhatian sama Adek gue. Kaya sering nganter jemput dia. Gue gak bilang ojek. Ngaco nih dia," Andra ngeles sambil cengengesan berusaha mencairkan suasana.
"Lah sendirinya yang bilang, gak ngerasa." Dara kembali berkicau.
"Udah lah jangan banyak omong!" sebal Andra sudah tak tahan dengan ocehan Dara. "Bhay, cepet seret dia," pintanya.
"Seret seret. Lo pikir gue abis nyolong ayam!" marah Dara yang sama kesalnya.
"Udah pokoknya sana cepetan berangkat!" pinta Andra untuk yang terakhir kalinya.
Dara masih tak bergeming. Karena di dalam benaknya, masih ada sedikit traumatis saat ia harus berangkat sekolah dengan Abhay. Bagaimana jika Abhay mengulangi hal yang sama? Pikiran itu lah yang kini menghantuinya.
"Lo beneran gak mau nganterin gue?" tanya Dara memelas.
Andra mendengus kesal. "Nih bocah masih nanya mulu! Udah sana!" usir Andra.
Kali ini Dara ikut merasa kesal. Dengan kaki yang sedikit menghentak-hentakkan sepatunya, ia berjalan ke arah motor Abhay. Mau tak mau ia harus menurut, jika tak ingin terlambat.
Abhay tersenyum simpul melihat kelakuan Dara. Lalu ia mengangguk pada Andra untuk izin pergi. "Bang, duluan yah!"
Andra mengangguk. Tak lama mereka pun hilang dari pandangannya.
...****************...
Kini mereka sedang berada diperjalanan menuju sekolah. Motor yang dikendarai Abhay tidak begitu kencang sehingga memudahkan Dara untuk berbicara tanpa berteriak.
"Kakak kenapa sih, jadi sering antar jemput gue?" tanya Dara penasaran di balik punggung Abhay. Ia tak malu mengatakan hal itu, yang terpenting rasa penasarannya sejak tadi malam bisa terjawab.
"Bukannya udah jelas. Lo kan pac-" ucapan Abhay terpotong, karena Dara lebih dulu menyela.
"STOP. Jangan dilanjutin. Gue tau itu bukan alasan sebenarnya!" bentak Dara. Karena jawaban itu bukan jawaban yang ia harapkan. Dan pastinya bukan jawaban yang sebenarnya. Dara tahu itu.
"Trus alasannya apa lagi?" Abhay berbalik bertanya.
"Ya bisa aja Kakak mau berbuat jahat lagi sama gue. Kaya waktu gue ditinggalin di jalan," tebak Dara yang membuat Abhay menyeringai.
"Lo curigaan banget sama gue?" tanya Abhay. "Liat aja sekarang, gue bawa motornya kaya waktu itu apa gak?"
"Iya enggak sih," jawab Dara lirih.
Justru kini Dara merasa heran, mengapa situasi saat ini sangat jauh berbeda dengan kejadian saat itu, saat Dara dibawa terbang. Hari ini, Abhay membawa motornya dengan santai. Hingga membiarkan kendaraan lain bebas menyalipnya. Tak ingin rasa penasarannya terlalu larut, ia memutuskan untuk bertanya lagi.
"Gue justru heran, kenapa Kakak bawa motornya nyantai banget?"
"Mau gue kencengin?" Abhay menantang, dan langsung dihadiahi gelengan dari Dara.
"Eh jangan-jangan, asal nyampe aja gue mah," timpal Dara.
Mendengar respon dari Abhay, Dara tak lagi penasaran. Karena Abhay masih waras. Ia masih Abhay yang seperti biasanya.
Mereka masih melanjutkan perjalanan. Sekitar 3 kilometer lagi mereka akan sampai. Namun lagi, alam sepertinya membenci Dara. Drama di pagi hari kembali terjadi.
Ngek ngek ngek
"Kak, kenapa motornya putus-putus kaya gini!" kesal Dara karena motor yang ia tunggangi sudah seperti kuda bengek.
"Gue juga gak tau."
Abhay segera menepi, mencari tahu penyebab motornya menjadi seperti ini. Sambil berdecak, Dara pun segera turun. Dara mendengus sebal. Kejadian seperti ini seolah-olah seperti déjà vu bagi Dara. Mengapa ia harus mengalaminya lagi? Kesalnya dalam hati.
"Kehabisan bensin yah?" tebak Dara.
"Enak aja, gue gak pernah miskin bensin!" sewot Abhay tak terima dengan pernyataan Dara.
"Trus apa? Orang motornya kaya kehabisan bensin gitu kok," timpal Dara yang sama sewotnya.
Abhay tak menjawab, ia melihat-lihat motornya mencoba mencari tahu penyebabnya.
"Kayanya masalah mesin." Abhay hanya bisa memprediksi itu. Karena dia bukan tukang bengkel yang tau segalanya tentang motor.
"Ya ampun motor bagus, mesin nya jelek!" seru Dara sedikit ngegas.
Merasa terhina, Abhay menatap tajam ke arah Dara. "Lo ngehina motor gue?" ucapnya dingin.
"Ya i-yah ..." jawab Dara gagu. "Kalo Kakak bawa motornya agak cepet dikit, pasti mogoknya udah di sekolah," lanjutnya.
"Katanya tadi nggak mau dikencengin!" ujar Abhay lagi masih emosi.
"Ya maksud gue kencengan dikit!" Dara menanggapi dengan emosi juga.
Alhasil mereka pun saling emosi, layaknya spasang kekasih yang sedang bertengkar. Sadar dengan apa yang mereka lakukan, setelahnya mereka pun sama-sama terdiam.
"Trus gimana sekarang?" Dara kembali membuka suara.
"Gue sih biasa bolos, gak tau kalo lo," jawab Abhay enteng.
"Iya gue gak mau lah."
"Terserah, mau pake angkot ya silahkan."
Dara mendesis. Angkot, sebuah benda besi yang paling ia benci. "Angkot. Gue gak berharap banyak."
"Ya terserah. Lagian bentar lagi juga di tutup," ungkap Abhay.
"Maksudnya?" tanya Dara bingung.
"Coba liat jam."
Dara melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "ANJIR DUA MENIT LAGI!" Dara terkejut luar biasa.
"Nah, kan."
"Trus gimana ini! Coba di nyalain lagi, kali aja bisa," pinta Dara dengan suara yang mulai panik.
Abhay pasrah. Ia menuruti perintah Dara. Dan hasilnya tetap sama. "Tuh gak bisa."
"Coba terus sampe nyala!" rengek Dara bagai anak kecil.
Abhay mendesah kesal. "Lo gila yah! Orang gak bis-" ucapan Abhay menggantung, karena motornya tiba-tiba menyala.
"Nah kan, kata gue juga apa! Udah ayo!"
Tanpa basa-basi, Dara sudah nangkring di motor Abhay. Namun sang pemilik motor masih terdiam dan larut dalam lamunannya, hal itu jelas memantik amarah Dara.
"AYO CEPETAN!"
Abhay tersadar, ia pun segera menaiki motornya dan melesat pergi menuju sekolah.
...****************...
Terlambat. Walau hanya berjarak 3 kilometer lagi, secepat apapun Abhay mengemudi motornya, mana cukup untuk bisa datang tepat waktu karena waktu yang ia punya hanya kurang dari 2 menit.
"Lah kok udah ditutup," kesal Dara dengan pandangan menghadap ke gerbang sekolah yang sudah tertutup.
"Menurut lo. Udah jam tujuh lewat," timpal Abhay.
"Kakak nyetirnya kurang kenceng sih!" Dara menyalahkan Abhay.
"Mau sekenceng gimana pun pasti gak bakal nyampe, orang cuma dua menit kurang." Abhay menjelaskan kepada Dara yang tak mau tahu.
Dara gelisah, ia *******-***** roknya yang tak bersalah. Dia tak mau bolos untuk kedua kalinya. Dan kesalnya, mengapa harus dengan orang yang sama?
"Trus gimana ini?!" tanya Dara frustasi.
"Ya bolos," timpal Abhay tanpa beban.
Dara tak menimpalinya lagi, ia mendesah kesal. Abhay dan Andra sama-sama tak berguna bila terjadi situasi seperti ini. Dara memutuskan untuk mencari cara sendiri.
Lalu lampu bohlam tiba-tiba muncul di kepala Dara. "Gue boleh nanya? Tapi jangan tersinggung," ujarnya.
"Nanya nanya aja. Biasanya juga lo ngomong ceplas-ceplos aja, pake nanya tersinggung apa enggak," jawab Abhay sembari tersenyum sinis.
"Seriusan gue mau nanya."
"Ya tinggal nanya."
Dara berdehem sebentar sebelum bertanya. "Kakak kan nakal yah, suka bolos. Pasti tau dong pintu rahasia. Iya kan?" tanya Dara tak gentar.
"Kalo tau?"
"Kasih tau gue dong."
"Kalo gak mau?"
"Gue tinggal teriak. PAK SUGITO!" teriak Dara.
Abhay membuka matanya lebar. Cewek di depannya ini aneh sekali, dia malah berteriak sungguhan.
"Kok malah teriak beneran?!" tanya Abhay sedikit panik.
"Gue nyontohin doang," jawabnya. "Jadi gimana?" Dara kembali bernegosiasi.
Abhay menimbang-nimbang permintaan Dara. Sebelum akhirnya mengiyakan. "Ya udah ayo."
Abhay berjalan ke arah belakang sekolah, dan Dara membuntutinya. Dara mengedarkan pandangannya ke kanan dan ke kiri, seperti orang yang akan maling motor. Bukan tanpa alasan, karena ini kali pertama Dara melakukan hal nakal seperti ini. Jadi ia masih was-was. Namun tidak dengan Abhay. Ia berjalan dengan santai sepeti berjalan di mall.
Tak lama mereka pun sampai di pintu rahasia yang Dara pinta.
"Kok gue baru tau ada tembok kaya gini." Dara heran. Kemudian ia menjawab kebingungannya. "Oh ya. Kan gue gak pernah bolos jadi mana tau."
Abhay kembali menatap dingin Dara. "Nyindir gue lo?"
"Eh sorry. Gue bermaksud nyindir Kakak," timpal Dara sambil cengengesan tak berdosa.
"Yaudah, Kakak dulu," ucap Dara tiba-tiba.
"Kok ngajak gue?" tanya Abhay heran.
"Ya iyalah. Kalo nanti gue ngelewatin nih tembok, trus ketauan gimana? Gue gak mau basah sendiri."
"Yaudah lo duluan." Abhay balik memerintah Dara.
"Kakak pikir gue bego. Ntar gue udah naek duluan, trus Kakak kabur. Gimana?"
Abhay tertawa kecil. Ia lupa cewek yang ia hadapi adalah Dara. Bukan hanya pemberani, tapi Dara juga memiliki sifat cerdas dan licik bagai seekor kancil.
"Kalo gue gak mau?" tanya Abhay lagi.
"Simple. Gue tinggal teriak lagi," timpal Dara.
Abhay menggelengkan kepalanya kecil. Tak bisa berkata-kata lagi. Hanya Dara satu-satunya wanita yang bisa membuatnya bungkam.
Abhay setengah hati memanjat tembok itu.
"Lo bisa naek?" tanya Abhay setelah dia sudah di atas tembok.
"Segitu mah kecil." Dara menyombongkan diri. "Udah cepet turun!"
Setelah Abhay turun, kini giliran Dara yang akan naik ke tembok. Ia mengangkat sedikit roknya, namun tak lupa ia melihat keadaan sekitar dulu takut-takut ada yang melihatnya. Setelah aman, ia pun dengan sigap melompat lalu menangkap ujung tembok itu, lalu diikuti dengan kakinya.
Hap.
Kaki Dara landing dengan sempurna di atas tanah. Abhay yang melihatnya pun sempat terperangah.
Cewek ini bener-bener gak ada obatnya, ujar batin Abhay.
"Siapa di sana!"
Suara Pak Sugito tiba-tiba mengejutkan mereka berdua.
Mampus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
D'by
yaaa....ketauan dong
2022-04-14
2
Taniarzk
Karakter mereka saling melengkapi. Gak sabar liat keuwuan mereka🥰
2022-03-24
2
Widianty Rahayu
Pasangan serasi nih
2022-03-24
2