Brug.
"Ya ampun Dara! Lo mau buat gue jantungan ya!" kesal Ruby. Teman sebangku Dara.
Dara sengaja melemparkan tas nya ke atas meja untuk membangunkan temannya yang sedang tidur.
"Sorry sorry," timpal Dara tanpa rasa berdosa.
"Nyebelin banget sih ah." Ruby masih kesal sedikit memanyunkan bibirnya.
"Lagian ngapain sih pagi-pagi udah tidur? Belum puas tidurnya semalem," ucap Dara sambil menyandarkan punggungnya pada bangku.
"Udah puas sih. Cuma gue lagi berusaha melanjutkan mimpi gue semalam."
"Emang mimpi apa sih sampe pengen dilanjutin?"
Mendengar Dara bertanya seperti itu, bibir yang semula manyun seketika berubah menjadi seutas senyuman.
"Seriusan lo mau tau?" tanya Ruby antusias.
Dara menoleh dan mendapati temannya yang tiba-tiba tersenyum. Temannya ini sudah seperti sycho yang mood nya tiba-tiba berubah dalam waktu sekejap. Dara curiga, hal yang tidak ingin ia dengar akan terjadi.
"GUE SEMALAM MIMPI DILAMAR SONG JONG- hmpt."
Dara dengan sigap membekap mulut Ruby. Ia tidak ingin mendengar apa yang sudah ia duga. Bukannya tidak mau. Hanya saja Dara merasa jenuh mendengar hal yang sama berulang kali.
"No no no no. Gue udah tau lo mau ngomong apa. Stop jangan di lanjutin, okeh."
"Hmpt."
"Lagian lo gak bosen apa mimpi si Song Jong Ki mulu. Gue yang denger aja bosennya ya tuhan."
"Hmpt."
"Gue juga yakin sih. Kalo si Song Jong Ki tau, dia juga bakal marah dan gak sudi masuk di mimpi lo terus."
"Lepsn."
"Gue akan lepasin. Tapi janji lo jangan terusin omongan lo!"
Ruby mengangguk seperti anak anjing. Dara pun segera melepaskan bekapannya karena tak tega juga.
Ruby langsung terengah-engah mencoba mengatur nafasnya. Karena baru saja Dara bukan hanya membekap mulutnya tapi juga hidungnya.
"Sumpah tangan lo bau banget sih! Habis sarapan sampah ya lo," ujar Ruby masih dengan nafas yang terengah-engah.
"Sembarangan lo, mau gue bekep lagi!" Dara bersiap mengangkat tangannya namun Ruby langsung membekap mulutnya sendiri sebelum tangan temannya melayang.
Tak ada pembicaraan lagi setelahnya. Selang beberapa detik, Dara memecah keheningan.
"Bu Desi belum dateng?"
Bu Desi adalah guru matematika sekaligus wali kelas mereka.
"Katanya ada urusan bentar. Lo gak tau?"
"Gimana mau tau, orang gue baru dateng bego. Lo gak sadar gue kesiangan?"
Ruby melihat jam di pergelangan tangannya, dan waktu menunjukan jam 07.10.
"Oh iyah. Gue tidur sih tadi, jadi gak sadar."
"Kok bisa kesiangan? Jangan bilang bangun kesiangan lagi," tebak Ruby. Ia sudah tahu kebiasaan temannya itu karena ia sudah cukup lama berteman dengan Dara.
Dara hanya mengangkat kedua alisnya sebagai jawaban.
"Tuh kan sudah ku dugong. Habis liar kemana lo semalam?" tanya Ruby yang malah mendapat hadiah jitakan dari Dara.
"Aw. Orang nanya kok malah dijitak!" ujar Ruby kesal sambil mengelus-elus kepalanya.
"Lo mah bukan nanya, tapi nuduh," kata Dara yang sama kesalnya. "Lagian yah, bukan seratus persen salah gue."
"Trus salah siapa?"
"Tuh si kutu kampret! Bawa motornya gak bener. Ban motornya bocor di tengah jalan," kesal Dara setelah mengingat kembali kejadian tadi pagi.
"Maksudnya Kak Andra?"
"Iya siapa lagi," jawab Dara ketus.
"Lo jangan gitu lah. Gitu-gitu juga kakak lo mau nganterin lo."
Dara mengernyitkan kedua alisnya. Reaksi macam apa ini. Itu lah kira-kira yang ada dipikiran Dara.
"Kok lo malah ngebelain abang gue sih! Lo sebenernya temen siapa?" ujar Dara kembali dibuat kesal.
"Iya gue temen lo. Tapi gue sukanya sama kakak lo," ujar Ruby sembari memasang muka sok imutnya.
"Najis banget dah," timpal Dara.
Sekilas info. Ruby memang menyukai kakaknya Dara sejak pertama kali mereka bertemu. Menurutnya, Andra gantengnya sebelas dua belas dengan Song Jong Ki. Yap betul, Ruby memang sangat-sangat mengidolakan Song Jong Ki sampe mati. Maybe. Jadi tidak heran juga jika Ruby menyukai lelaki yang lebih tua, termasuk Andra.
"Bentar. Lo katanya bangun kesiangan trus ban motor kak Andra bocor. Tapi kok lo bisa berhasil masuk? Gak mungkin naik angkot kan? Tau sendiri angkot jalannya kaya penganten sunat," tanya Ruby setelah tersadar ada hal aneh dari cerita Dara.
"Gue nebeng sama orang di jalan. Kebetulan dia juga sekolah di sini."
"Siapa?" tanya Ruby penasaran.
"Itu Kak Bayu."
"Kak Bayu? Siapa?" Ruby bertanya lagi karena dia baru mendengar nama itu
"Itu loh yang kemaren dipanggil ke depan pas upacara. Lo juga tahu kok. Orang lo juga ikut heboh."
Ruby mengingat-ingat kembali. Namun tetap nama itu terdengar asing di telinganya.
"Eh Bayu. Tuh kan salah lagi gue. Maksudnya Abhay."
"WHAT. ABHAY!"
Ruby sontak membelalakkan kedua matanya dan menyebut nama itu sangat keras sampai membuat perhatian seluruh penghuni kelas tertuju padanya.
"Lo apa-apain sih pake teriak segala. Tuh liat orang-orang pada ngeliatin kita," ujar Dara kesal karena kini mereka menjadi pusat perhatian.
"Lo seriusan gak salah nyebut nama? Kak Abhay?" tanya Ruby kini dengan suara yang lebih kecil.
"Iya dia. Lo gak percaya banget sih sama gue."
"Ya lo yang bener aja. Kak Abhay loh yang lo maksud," ujar Ruby berharap Dara sadar dengan siapa orang yang sedang ia bicarakan itu.
"Lo tuh sama aja yah sama orang tadi. Berharap gue takut sama dia. Emang apa yang harus ditakuti?"
Ruby sudah tak habis pikir lagi. Dia kembali terbelalak mendengar pernyataan Dara yang terkesan enteng sekali. Abhay. Kepala tawuran di SMA Nusa Bangsa, di mulut Dara nama itu terdengar tidak ada seram-seramnya sama sekali.
Ruby membuang nafas kasar seraya berkata, "untuk meyakinkan gue, jam istirahat nanti lo harus ceritain semuanya sedetail mungkin."
...****************...
Kini Abhay sudah berada di warung. Kok bisa? Ya tentu saja ia kabur lewat tembok rahasia. Ia tidak mungkin diam begitu saja menerima nasib terjebak di dalam sekolah. Apalagi ada hal penting yang harus ia lakukan.
"Kemana aja lo Bhay, udah mau setengah delapan baru dateng. Janjinya dateng jam tujuh," ujar Gilang. Teman karib Abhay.
"Habis ngepet dulu kali dia semalem, jadi kesiangan," timpal Vano diiringi dengan suara cekikikan.
Gilang dan Vano adalah temen akrab Abhay. Mereka berada di kelas yang sama dengan Abhay yaitu XII IPS 2. Tempat duduknya pun bersebelahan. Jadi bisa bilang mereka ini berteman di sekolah maupun di luar sekolah.
"Sorry. Tadi ada masalah kecil," jawab Abhay
"Wuih masalah apa tuh?" tanya Gilang penasaran.
"Gak penting," jawabnya singkat.
Lalu Abhay teringat motornya ditinggal di sekolah. Mana mungkin kan dia kabur sambil membawa motor lalu lompat ke atas tembok.
"Lang, gue ikut motor lo yah."
"Masa boss gak punya motor sih," ujar Gilang. Entah itu sebuah pujian atau sebaliknya.
"Boss boss pala lo peyang. Mana ada boss disini," ucap Abhay. Entah apa alasannya ia tak suka bila ada orang yang menganggapnya seperti itu. Nyatanya orang pertama yang merencanakan ini semua adalah dirinya sendiri.
"Emang ke mana motor lo?" kini Vano yang bertanya.
"Di sekolah."
"Ngapa ada di sekolah? Kangen sekolah lo?" goda Gilang lagi diiringi dengan tawa kecil.
"Udah lah jangan banyak nanya. Itu gak penting. Mending kita langsung siap-siap aja. Sebelum para bajingan itu kabur," lanjut Abhay.
Setelah Abhay berkata seperti itu, orang- orang yang ada di sana seraya bergegas bersiap-siap. Iya, memang kini bukan hanya mereka bertiga yang ada di warung itu, tapi ada beberapa orang lainnya. Mayoritas dari mereka adalah anak-anak dari kelas 12 IPS, namun ada juga satu dua orang dari kelas 12 IPA juga. Tak ayal, mereka pun ingin ikut serta dalam pertempuran jilid II.
...****************...
"OMO, SERIUSAN LO!" Suara Ruby menggema di seluruh penjuru kantin.
Kini Ruby dan Dara sudah berada di kantin. Dara mengabulkan permintaan Ruby untuk menceritakan semua kejadian bersama Abhay tadi pagi. Dan di sepanjang ia bercerita, Ruby tak henti-hentinya membulatkan mata dengan mulut yang terus menganga. Karena menurut Ruby, apa yang diceritakan Dara tak satupun yang bisa masuk diakal.
"Bisa biasa aja gak sih? Lo tuh seneng banget jadi pusat perhatian yah!" ujar Dara geram.
"Ya gimana gue mau biasa kalo cerita lo aja gak biasa." Ruby membenarkan posisi duduknya, lalu menunggu lanjutan cerita Dara yang sudah seperti drakor-drakor yang biasa ia tonton.
"Terus gimana lagi?"
"Iya terus dia tanya kelas. Terus gue kasih tau lah," jawab Dara.
"Wah parah sih. Dia pasti mau kasih perhitungan sama lo. Ih," ujar Ruby menggidik ngeri. "Trus dia ngomong apa lagi?"
"Dia bilang 'tungguin gue'."
"Lo jawab apa?"
"Gue jawab okeh."
"BEGO BANGET SIH LO RA! KENAPA GAK MINTA MAAP AJA SIH!"
Untuk kesekian kalinya Ruby kembali mengeraskan suaranya, hingga membuat orang-orang pun kembali menoleh kearahnya.
"Nyesel gue cerita. Lo teriak-teriak mulu. Dah lah," ujar Dara pasrah.
"Ya suruh siapa lo bilang gitu. Itu namanya lo menggali kuburan sendiri!" ucap Ruby geram.
Selang beberapa menit, Ruby terdiam. Ia beberapa kali menggelengkan kepala, tak paham dengan sikap Dara yang sudah diluar nalar. Alias nekat.
"Lo gak lagi ngarang cerita kan?" tanya Ruby lagi, berharap omongan Dara ini hanya rekayasa belaka.
"Lo kira gue lagi bikin novel?!" jawab Dara sedikit kesal.
Melihat reaksi Dara, Ruby tahu Dara sedang tidak berbohong padanya.
Gini amat punya temen, ujar batin Ruby.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Miss HALU💋💖
seru,,,
aku mampir thor semangat 😊💪
2022-04-10
2
Umaymay Sifa
cerita yang menarik untuk di baca☺
2022-04-05
1