Bel pulang berbunyi.
Dara berjalan menuju halte bis seorang diri, karena Ruby sudah pulang lebih dulu. Di sepanjang perjalanan, Dara disambut oleh tatapan dan bisikkan-bisikkan aneh dari orang-orang di sekitar. Hal ini tak lain tak bukan karena kejadian di kantin siang tadi. Ia tidak menyangka berita tentangnya akan viral begitu cepat.
"Oh itu pacarnya Kak Abhay?"
"Harus gue akui sih mereka itu cocok. Sama-sama cantik dan ganteng."
"Gue yakin hubungan mereka gak akan lama!"
"Sok cantik banget sih dia. Bisa-bisanya dia jadi pacarnya Kak Abhay!"
"Emang cantik sih. Tapi gue gak terima!"
"Abhay nya gue udah sold out!!"
"Gue yakin Abhay cuma mau mainin dia doang."
Itulah beberapa bisikan-bisikan yang terdengar di telinga Dara. Ada yang mendukung, iri, bahkan yang mencaci maki.
"Oh jadi begini rasanya jadi artis," gumam Dara yang bisa didengar oleh telinganya sendiri.
Dara tak begitu menghiraukan hal itu. Ia masih bisa berjalan dengan tenang menuju halte tempat biasa ia menunggu kakaknya.
Sampai ia tiba di halte pun masih banyak orang-orang yang membicarakannya.
"Maki aja gue. Supaya dosa gue berkurang," gumam Dara lagi. Ia duduk dengan tenang di kursi halte di tengah bisikan-bisikan orang yang berjalan melewatinya.
Sudah 20 menit berlalu, namun Andra tak kunjung datang.
"Andra! Butuh berapa lama lagi gue harus nunggu!" kesal Dara yang sudah tak sabar menunggu Andra.
Karena tak sabar, Dara memutuskan untuk menelpon Andra. Namun malah suara wanita yang terdengar. Ia menghubungi beberapa kali, namun hasilnya tetap sama.
"Nih orang lagi tidur di goa apa gimana sih!" kesal Dara.
Dara berdiri dari tempat duduknya yang sudah panas. Ia berpikir untuk naik angkot saja. Namun ia sadar, untuk mendapatkan angkot tidak semudah itu furgeso. Dara pun kembali menggerutu.
"Nih angkot bener-bener gak mau diduduki ama gue apa gimana sih! Tadi pas gue masih duduk, angkot pada seliweran," ucapnya kesal.
Ia mencoba menghubungi Andra lagi, tapi hasilnya tetap sama. "Awas lo Dra. Tungguin gue di rumah!"
Dara yang kesal langsung terlonjak kaget sampai gadget nya hampir jatuh karena mendengar suara klakson motor yang cukup keras. Ia menoleh berharap itu adalah Andra. Namun justru sosok yang tidak ingin dia lihat yang muncul.
"Belum pulang lo?" tanya Abhay dengan motor ninja yang ditunggangi nya.
Dara tak menghiraukan. Ia malah mengedarkan pandangannya berpura-pura tak melihat.
Abhay tertawa kecil melihat cewek di depannya malah bermain-main dengannya.
tint tint tint tint tint tint tint
Abhay menekan klakson berulang kali dengan sangat keras hingga membuat orang-orang di sana turut menoleh ke arahnya karena merasa terganggu.
Dara apalagi. Gendang telinganya seakan mau lompat dari telinganya. Ia pun tak bisa terus diam.
"Kakak apa-apaan sih! Caper banget!"
Dara merespon, membuat Abhay berhenti menekan klakson.
"Gue kira lo budeg. Tadi gue nanya gak dijawab," ujar Abhay.
"Ya kan bisa liat sendiri gue masih di sini? Apa perlu gue jawab?"
Abhay tersenyum. Entah kenapa setiap perkataan Dara berhasil menarik perhatiannya. Mungkin karena ini kali pertama ia diperlakukan seperti itu. Jadi hal itu membuat Abhay semakin tertarik untuk terus menggangunya.
"Mau gue anter pulang?" Abhay menawarkan diri.
"Gak usah," jawab Dara singkat.
"Trus mau di sini terus?" tanya Abhay lagi.
"Bentar lagi kakak gue dateng."
"Yakin bakal dateng?"
"Yak-in," jawab Dara ragu. Ia sebenarnya tidak yakin. Ia pun tak tau apa yang sedang kakaknya lakukan sekarang.
Tak lama, suara nada dering bergetar di saku Dara. Ia langsung mengangkat nya setelah mengetahui yang menelpon adalah Andra.
"Lo kemana aja sih?!" kesal Dara. Tanpa berpikir untuk mengucapkan salam dahulu.
"Sorry gue ketiduran tadi," jawab Andra di balik telepon.
"Apa? Terus lo dimana sekarang?!"
"Gue di rumah. Oh ya gue lupa ngasih tau ke lo kalo gue gak bisa jemput lo. Motor gue lagi diservis."
"APA! KENAPA LO GAK BILANG DARI TADI!"
"Kan gue bilang ketiduran. Udah pake angkot aja pulangnya."
"LO BENER-BENER ANJ-"
Dara tersadar. Bukan hanya dia yang ada di sana. Ia menoleh pada Abhay dan memergoki cowok itu yang sedang tersenyum jahil. Dara tak jadi memaki Andra, lalu menutup telepon secara sepihak.
"Kenapa? Gak dijemput yah?" tanya Abhay penuh percaya diri.
Dara tak menjawab. Ia merasa dongkol karena baru saja ia tertipu omongannya sendiri.
"Udah gak usah gengsi. Bukannya lo cinta sama jok motor gue," ujar Abhay. Ia kembali menggoda Dara dengan mengungkit kejadian beberapa hari yang lalu.
Dara diam. Mencoba menimbang-nimbang tawaran Abhay. Di sisi lain ia ingin menerima tawaran itu karena jika menunggu angkot belum tentu juga ada. Tapi sisi lain, ia juga gengsi.
"Kenapa Kakak nawarin tumpangan sama gue? Bukannya Kakak seneng kalo gue menderita," tanya Dara. Ia merasa aneh, kenapa Abhay tiba-tiba berbuat baik padanya.
"Gue kan pacar lo. Wajar dong gue nganterin pulang cewek gue."
Bukannya baper, Dara berdecak kesal. Ia tidak bodoh. Mana mungkin itu alasan sebenarnya.
"Trus gue harus percaya sama Kakak? Kalo Kakak malah nyulik gue, gimana?"
"Telpon 112! Udah jangan banyak nanya. Mau gak? Kalo gak mau, gue pergi," tawar Abhay untuk yang terakhir kalinya. Tak tahan menghadapi Dara yang terus curiga padanya.
Dara kembali berpikir keras. Egonya terlalu sulit dikalahkan. Padahal hatinya sudah pasrah untuk menerima tawaran itu, namun mulutnya seakan sulit untuk bersuara.
"Lama banget mikirnya. Dah lah gue pergi," ucap Abhay. Ia menutup kaca helm nya dan bersiap untuk menancapkan gas.
Melihatnya, Dara sudah tidak bisa lagi menahan egonya. Ia pun memutuskan untuk menerima tawaran itu sebelum ia menyesal, mengingat waktu pun sudah semakin sore.
"Iya ya gue ikut," ujar Dara Ia bergegas naik di jok penumpang yang pernah ia duduki sebelumnya.
Dara pasrah. Jikalau pun memang akan terjadi sesuatu padanya, seperti kata Abhay, ia akan menelpon 112. Masalah selesai.
...****************...
Abhay dan Dara sudah sampai di depan gerbang rumah Dara. Ternyata benar, Abhay benar-benar melajukan motornya sesuai arahan Dara. Sebenarnya di sepanjang jalan Dara sempat was-was, namun tanpa diduga Abhay memang berniat untuk mengantarkan dirinya pulang.
Dara turun dari motor Abhay. Ia tak langsung masuk, karena bagaimanapun ia adalah manusia yang harus punya rasa terima kasih.
"Thanks ya," ucap Dara singkat dengan wajah datar.
"Padahal udah mau siap-siap nelpon 112 yah," ledek Abhay.
Dara tak menimpal. Ia segera masuk ke dalam rumah tanpa mengantarkan kepergian Abhay.
Melihat punggung Dara yang mulai menghilang. Abhay tersenyum sinis.
"Lo kira gue kaya gini gak ada maunya," gumam Abhay dibarengi tawa kecil ala psychopath.
...****************...
Dara berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Rumah Dara sebenarnya sederhana, namun karena rumahnya berada di area yang sempit, jadi rumahnya memiliki dua lantai.
Kondisi rumahnya cukup sepi, karena ayahnya sedang pergi dinas ke luar kota sedangkan ibunya menemani ayahnya. Jadi kini rumahnya hanya diisi oleh 3 orang. Dia,bibi yang membantu urusan rumah dan satu lagi tentu kakaknya, Andra.
Berbicara tentang Andra. Dara cukup kecewa karena saat di datang kakaknya sudah tidak ada dirumah. Menurut bibinya, Andra pergi bersama teman-temannya.
"Sialan. Padahal tangan gue udah gatel mau geprek tuh orang!" kesalnya tak tertahan.
Dara melemparkan tasnya asal ke atas kasur. Tak lama Dara pun ikut menghempaskan tubuhnya. Ia termenung dengan pandangan mengarah ke langit-langit rumah. Mencoba mengingat-ingat kembali rangkaian kejadian yang terjadi hari ini.
"Gue kenapa sih? Ngapain gue mau jadi pacar dia?" tanya Dara pada dirinya sendiri.
"Kenapa sih gue selalu gak bisa kalah kalo ada orang yang nantang gue?" tanyanya lagi.
Ternyata butuh waktu lama sampai ia tersadar bahwa tindakannya itu tidak wajar. Kini dia hanya bisa pasrah menerima keputusan bodohnya. Dan juga ia pun mau tak mau harus bersiap menghadapi hari esok yang tentunya akan berbeda dari hari-hari sebelumnya.
"Semangat Dara menghadapi kebodohanmu!" ujar Dara menyemangati diri sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
zelindra
kmna aja darr... Bru sadar loe😂😂😂
2022-03-17
2