Suasana kelas 11 IPA 1 cukup ramai, karena Pak Dedi, guru Fisika mereka tidak masuk karena sakit. Sebenarnya mereka diberi tugas, namun seperti kebanyakan anak-anak sekolah lainnya. 15 menit mengerjakan, sisanya huru-hara.
Begitupun dengan Ruby. Ia memanfaatkan waktu senggang itu untuk mendengarkan cerita Dara tentang tragedi yang menimpa Dara kemarin.
"Gue bilang juga apa Ra. Lo pasti sekarang udah jadi mainannya dia!" ucap Ruby geram setelah tahu bahwa Dara ditinggal sendirian di pinggir jalan oleh Abhay.
Mengenai kejadian kemarin, Dara meminta bantuan kepada Ruby agar dirinya tidak dialpakan. Alhasil Ruby bilang kepada seksi absensi bahwa Dara sedang mencret-mencret jadi tidak bisa masuk sekolah. Dan ternyata sang seksi absensi pun percaya. Jangan ditiru ya yeoreobun.
"Ngapain juga sih lo mau mau aja jadi pacar dia?!Alasannya apa?" tanya Ruby masih geram, lalu tak lama dia kembali berbicara.
"Ya Kak Abhay emang ganteng sih. Mirip kaya Park Solomon. Tau gak Park Solomon?" tanya Ruby lagi.
"Itu nama orang?" Dara bertanya balik karena merasa aneh mendengar nama itu.
"Ya iyalah. Lo pikir sejenis tumbuh-tumbuhan?!" kesal Ruby lagi.
"Mana gue tau. Makanya jangan bawa dunia lo ke dunia gue."
Ruby tersadar. Memang dirinya juga yang salah menanyakan hal yang paling tidak dimengerti Dara. Lalu Ruby melanjutkan dumelan nya.
"Ya udah intinya Kak Abhay emang ganteng. Tapi kalo kelakuannya bikin istighfar. Gue sebagai orang normal lebih baik nolak!" kata Ruby tegas.
Mendengar pernyataan Ruby, jelas Dara tidak terima. "Maksud lo gue gak normal?!" Kini Dara ikut-ikutan kesal.
"Pikir aja sendiri," tutur Ruby yang berhasil membuat Dara bungkam.
Dara menghela nafas kasar. Tak tahu harus mengatakan apa. Karena setelah dipikir-pikir, ia juga merasa dirinya memang tidak normal.
"Jadi alasan lo mau jadi pacar dia itu apa?" tanya Ruby lagi. Kini Dara benar-benar sedang diintrogasi oleh Ruby.
"Gue juga gak tau."
"What?! Alasan macam apa itu?!" Ruby kembali kesal. Semakin menyakinkan bahwa memang sahabatnya itu tidak normal.
"Ya intinya gue paling gak suka kalo ada orang yang remehin gue," tutur Dara.
Kembali jawaban Dara membuat Ruby menjadi gregetan sendiri. "Tapi ini beda konsep Ra. Lo jangan samain pemikiran itu ke dalam urusan hati lo!" jelas Ruby.
Ruby beberapa kali menggeleng kepalanya. Kembali dibuat pusing oleh sikap Dara. Ia pun memutuskan untuk tidak lagi bertanya. Karena semakin ia bertanya, semakin ia akan dibuat stress.
"Udah Putusin aja, Ra," ujar Ruby pasrah.
"Kaya judul film dong," timpal Dara yang malah mengajak bercanda.
"Gue serius, Ra," ucap Ruby dengan wajah yang sangat serius.
Dara yang tadinya tersenyum, langsung memudar senyumannya karena ia sadar sahabatnya tidak ingin diajak bercanda.
Dan Dara pun mau tak mau harus menimpalinya dengan serius juga.
"Nih yah gue kasih tau," kata Dara sambil membenarkan posisi duduknya yang tidak nyaman. Dan kini Dara ikut-ikutan serius.
"Pertama. Kalo gue putusin dia, seakan-akan gue emang layaknya pacaran beneran sama tuh orang. Sedangkan lo tau sendiri, gue kaya lagi pacaran apa enggak?" tanya Dara pada Ruby.
Sebagai jawaban, Ruby menggelengkan kepalanya.
"Nah itu. Dan kedua. Kalau pun gue putusin dia, belum tentu juga gue akan bebas. Belum jamin kalo kak Abhay gak gangguin gue lagi. Tujuan dia kan bukan jadi pacar gue tapi cuma pengen balas dendam. Bener, kan?" tanya Dara lagi dan kini Ruby mengangguk.
"Jadi udah paham sekarang?" Dara kembali bertanya untuk terakhir kalinya.
"Paham sih. Jadi intinya lo goblok," tegas Ruby tak berperasaan.
"Anjir. Kok tiba-tiba ngumpat gue," kata Dara tak terima.
"Iya kalo lo gak mulai duluan, pasti gak bakalan ada cerita-cerita kaya gini," ucap Ruby menjelaskan.
Dara kembali terdiam. Memang benar juga yang dikatakan Ruby. Dia yang memulai lebih dulu. Jadi apa dirinya memang goblok?
"Lo itu sekarang bagaikan lagunya Blackpink. Tau gak Blackpink?" tanya Ruby lagi.
"Nah kalo itu gue tau. Yang lagunya dududut itu, kan?" Dara memastikan.
"Nah iya. Tapi bukan lagu itu. Tapi yang judul lagunya playing with fire."
"Blackpink punya lagu itu?" tanya Dara dengan kepolosannya.
"Iyah. Jadi sekarang lo kaya lagi bermain-main dengan api. You know?"
"Jadi rencana ke depannya gimana?" tanya Ruby lagi.
Dara mengangkat kedua bahunya acuh.
"Serah lo dah. Capek lama-lama gue nanya sama lo," kata Ruby pasrah.
...****************...
Sepulang sekolah Dara tak langsung pulang, karena di hari sabtu ini anak-anak yang mengikuti ekskul diwajibkan untuk melakukan latihan rutin. Tentu Dara pun melakukan hal yang sama.
Dara sudah siap dengan baju putih kebanggaannya. Tak lupa, ia pun mengikat rambut panjangnya agar tidak menggangu penglihatannya nanti saat latihan.
"Ayo semuanya kumpul!" perintah Rakha. Ia adalah ketua taekwondo di SMA Nusa bangsa. Sebagai ketua, jelas ia sudah bersabuk hitam. Dan Dara sendiri, ia sudah bersabuk merah di mana satu tingkat lagi ia juga akan mendapat sabuk yang sama dengan Rakha.
"Sudah kumpul semuanya?" tanya Rakha pada semua orang.
"Sudah," jawab anak-anak serentak.
"Okeh kita langsung saja mulai. Namun sebelum itu, kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa dalam hati mulai."
Untuk sesaat, keadaan menjadi hening. Mereka sama-sama menundukkan kepala dan berdoa agar diberi keselamatan saat menjalani latihan ini.
"Berdoa selesai. Silahkan lakukan pemanasan dan keliling lapangan 10 kali."
Anak-anak pun menuruti arahan Rakha. Mereka memulai dengan peregangan kecil lalu lari keliling lapangan. Setelah selesai berlari 10 putaran, mereka pun kembali berkumpul di tengah lapangan untuk melakukan gerakan-gerakan inti dalam taekwondo, mereka melakukannya dengan sangat tangkas dan kompak.
Hingga akhirnya sesi one on one atau satu lawan satu dimulai. Satu persatu para peserta latihan sudah melakukannya tugasnya dengan bertarung dengan rekan lainnya. Sedangkan Dara mendapat bagian terakhir.
"Oke selanjutnya. Dara," perintah Rakha pada Dara.
Dara yang sedari tadi duduk segera berdiri untuk bersiap-siap bertarung.
"Siapa yang belum kebagian?" tanya Rakha dan setelahnya tak ada yang menjawab karena Dara adalah petarung terakhir.
"Sepertinya semuanya sudah," ucap Rakha, lalu menoleh pada Dara yang berdiri di sampingnya.
"Gimana kalo lo sama gue aja?"
Dara berpikir sejenak karena sempat ada keraguan bahwa ia harus melawan dengan petarung yang sudah bersabuk hitam. Namun bukan Dara namanya jika menyerah begitu saja.
"Baik, Kak."
Dara mengiyakan. Lalu dengan kemampuan yang ia miliki, ia dengan sigap melakukan gerakan yang sudah ia pelajari. Mulai dari pukulan, tendangan dan sabetan berhasil ia lakukan. Dan pertarungan pun menjadi sangat sengit karena kedua petarung yang sama-sama hebat. Namun pada akhirnya Rakha memenangkan pertarungan itu dengan kemenangan yang tidak mudah.
Waktu istirahat tiba. Dara duduk sendirian dengan kaki selonjoran dan punggung yang menempel pada tembok gimnasium. Nafas ia terengah-engah karena latihan hari ini sangat menguras tenaganya.
"Nih buat lo."
Dara melihat ada sebotol minuman dingin tepat di wajahnya. Ia mendongak dan mendapati Rakha yang sedang menyodorkan minuman padanya. Kemudian Dara pun menerimanya.
"Thanks ya, Kak," kata Dara berterimakasih kepada kakak kelasnya, lalu ia langsung meminum air itu.
"Tadi pertarungan yang sangat seru," ucap Rakha.
"Dan tetep Kakak yang menang," timpal Dara yang disambut tawa kecil dari Rakha.
Kemudian Rakha pun ikut duduk di samping Dara dan menyandarkan punggungnya sambil meminum sebotol air.
Keadaan hening. Tak ada yang bicara. Mereka sama-sama kelelahan jadi mereka sibuk melakukan recovery diri.
Selang beberapa menit, Rakha yang memulai bicara.
"By the way, lo pacarnya Abhay sekarang?"
Dara sedikit kaget karena Rakha tiba-tiba bertanya seperti itu.
"Kakak tau?" tanya Dara merasa heran.
"Gue rasa satu sekolah tahu. Bukannya viral banget yah."
"Gue juga gak tahu Kak. Kenapa bisa viral yah?"
"Bukannya udah jelas. Karena orangnya itu Abhay. Lo tau sendiri Abhay gimana di sekolah."
Dara berpikir sejenak. Benar juga yang dikatakan Rakha. Abhay memang salah satu siswa famous di sekolah. Jadi tidak heran jika beritanya dengan Abhay sampai terdengar di telinga Rakha.
"Iya juga sih," timpal Dara.
Rakha kembali meneguk minumannya, setelah itu ia kembali bertanya.
"Beneran pacaran?"
"Maksudnya?" tanya Dara tak paham.
"Yang gue denger sih, dia cuma mau nguji lo doang. Emang bener?" tanya Rakha penasaran.
Dara dibuat terkejut oleh pernyataan Rakha.
Ternyata orang-orang yang tidak melihat kejadiannya secara langsung pun sangat tahu kejadian yang sebenarnya. Ia tidak bisa membayangkan, betapa mendetailnya orang-orang berghibah tentangnya.
"Ya gitu deh kak," jawab Dara singkat.
"Padahal lo bisa nolak loh. Apalagi dia cuman mau main-main sama lo doang, kan?"
Mendengar ucapan Rakha, Dara langsung diam. Tak tahu harus menimpalinya bagaimana. Karena apa yang terjadi pada dirinya murni berawal dari dirinya sendiri. Jadi dia tidak bisa beralasan.
"Sorry. Kayanya gue terlalu lancang." Rakha meminta maaf karena menyadari Dara yang langsung terdiam saat ia bertanya seperti itu.
"Gak papa Kak. Orang-orang juga banyak yang nanya kaya gitu," ujar Dara.
Rakha melihat jam yang ada di gadget nya, lalu berdiri setelah mengetahui hari sudah semakin sore.
"Udah waktunya pulang nih. Kita langsung pendinginan aja lalu siap-siap pulang," ucap Rakha.
"Iya Kak." Dara berdiri lalu berjalan mengikuti Rakha.
Saat mereka berjalan ke tengah lapangan, tiba-tiba Rakha menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Dara. Otomatis Dara pun jadi ikut berhenti.
"Oh ya. Lo pulang sama siapa?" tanyanya.
"Abang gue Kak," jawab Dara.
"Trus lo nunggu dimana?"
"Biasanya sih di halte depan."
"Yaudah gue anter sampe halte yah. Lumayan juga kan kalo jalan kaki ke depan."
Rakha menawarkan diri yang membuat Dara menjadi tak enak hati. Dara pun berniat menolak.
"Gak usah, Kak."
"Kenapa. Takut Abhay marah yah?" tebak Rakha.
"Bukan itu. Gue sih bodo amat gak mikirin orang itu. Cuma gue gak enak aja sama Kakak," tutur Dara menjelaskan.
"Gak enak apanya, orang gue yang nawarin. Lagian cuma nyampe depan doang."
Dara kembali berpikir. Apakah dia harus menerima ajakan Rakha?
"Yaudah Kak. Kalo emang gak ngerepotin," ucap Dara. Karena jika dipikir-pikir malah tak enak hati jika harus menolak. Jadi ia memutuskan untuk ikut dengan Rakha.
...****************...
Sesuai penawaran tadi, Rakha benar-benar mengantarkan Dara ke halte menggunakan motornya. Setelah sampai, Dara berterimakasih kepadanya lalu mempersilahkan Rakha pergi. Ia tak mau bila kakaknya harus melihat Rakha. Bisa salah paham nanti dan Dara sangat malas untuk menjelaskan.
Namun di lain tempat, di sebrang jalan tepatnya, ada sepasang mata elang yang terus memperhatikan mereka.
Sialan. Mainan gue direbut orang, ucap Abhay dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Umaymay Sifa
hhmmm emang si dara boneka ya...
2022-04-05
1
Rafa Aqif
maenaaaan... heeh tong.. lu kata boneka itu si eneengg.. 😆😆😆🤣🤣🤣🤣🤣
2022-04-05
2