PENDEKAR NAGA API
Sore itu, langit menampakkan warna jingga seperti seharusnya dia berwarna. Langit yang cerah dan matahari yang bersinar tanpa tertutup awan menambah indahnya kala itu. Namun tidak demikian dengan kondisi orang ini. Pun tidak demikian dengan hati nya. Pemuda yang sebenarnya berparas tampan, berperawakan tinggi dan memiliki tulang yang besar pada struktur tubuhnya.
Wajahnya yang mengguratkan kesedihan mendalam menutupi semua perawakan Tampannya. Hasea adalah nama pemuda itu. Pemuda yang berjalan lunglai sepulang dari pusara neneknya. Satu-satunya keluarganya yang tersisa. Satu-satunya orang yang berharga baginya, orang yang telah membesarkannya sepeninggal ayah ibunya bersama saudara-saudaranya yang telah mendahuluinya menuju perjalanan ke alam baka.
Hari ini memang adalah hari dimana Nenek dari Hasea meninggalkannya untuk selama-lamanya. Bersama dengan beberapa warga desa Hariara, Hasea menguburkan neneknya yang memang sudah menua di akhir hayatnya. Penyakit usia memang yang menjadi bahtera baginya menuju alam baka.
Sebenarnya Hasea sudah sangat mengiklaskan kepergian neneknya, hanya saja saat terlintas hari-hari kedepan yang akan dia hadapi dengan kesendirian membuat hatinya kembali dirundung kesedihan.
Tak terasa, Hasea akhirnya tiba di depan Rumah yang sudah dia tempati selama 15 tahun terakhir ini. Ya, sedari kecil Hasea memang dibesarkan di Rumah yang seharusnya lebih layak dikatakan Gubuk daripada Rumah ini. Dinding tepas yang rapih dan atap rumbiya yang masih tersusun bagus membuat rumah itu menjadi layak ditempati. Ditambah lagi beberapa bunga yang indah di halaman rumah sedikit menyamarkan kecilnya bangunan itu.
Hasea membuka puntu rumahnya. Tampak kesunyian menyambutnya, nyaris tak ada suara di sana selain suara jangkrik yang samar terdengar dari halaman rumah. Hasea menatap tempat duduk didapan Tungku, tempat dimana biasanya neneknya duduk sembari sesekali membetulkan letak kayu bakar dalam perapian saat memasak.
Tanpa ia sadari, air mata menetes dari kedua sisi bola matanya. Air mata yang menggambarkan kesedihan yang mendalam. Tangis pilu sebenar-benarnya dari seorang pemuda sebatang kara. Tangis yang tak bersuara. Tangis yang mengiringnya menuju alam mimpi. Pemuda itu
menutup mata dan menutup harinya dengan tidur berselimutkan kesedihan berharap besok pagi semua akan baik-baik saja.
Pagi hari seperti hari-hari sebelumnya Hasea terbangun dari tidurnya. Tidak ada yang berbeda kecuali fakta bahwa kini dia sebatang kara. Dia membuka bungkusan makanan di meja yang dia terima dari seorang wanita di desanya yang diberikan kepadanya saat wanita tersebut menghampirinya sehari sebelumnya saat menyampaikan bela sungkawa kepadanya . Setelah membasuh wajahnya dan mencuci tangan serta kakinya dengan air hasil tampungan air hujan pasa kendi besar di halaman rumahnya, hasea kemudian menuju meja yang terbuat dari bambu itu untuk mengisi perutnya.
Hari ini Hasea memang membutuhkan tenaga ekstra untuk memulai perjalanan baru dalam hidupnya. Ya, dia bermaksud meninggalkan desa Hariara bersama dengan semua kenangan di dalamnya. Desa yang sudah dia tinggali selama 15 tahun ini memang tidak lagi menyisakan apa-apa baginya.
Satu-satunya hal yang mampu membuatnya bertahan di desa ini adalah keberadaan neneknya dulu. Namun kini itu telah tiada, tak ada lagi pasal yang membuatnya harus bertahan di desa ini.
Desa ini memang tidaklah ramah kepadanya. Entah apa sebabnya, sedari kecil saat sudah mengenal dunia memang dirinya selalu saja diperlakukan hina di Desa Hariara. Orang-orang sebanyanya selalu merundungnya dengan hal apa saja. Orang dewasa sama saja selalu memandangnya rendah dengan tatapan sinis. Tidak jarang orang menyebutnya pembawa sial dan petaka.
Sehari-hari Hasea selalu saja mendapat perlakuan merendahkan dari masyarakat Desa. Kalau ada orang yang layak disematkan tanda jasa kepahlawanan bagi dirinya dan neneknya dulu di desa itu, orang itu adalah Pak Malawu kepala desa Hariara. Orang inilah yang mengupah nenek Hasea dan dirinya sehari-hari sebagai imbalan bekerja di ladangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Abdullah
see update
2022-02-25
0
Abdullah
see
2022-02-17
0
misuri seijiou
wow
2021-09-22
0